MENANTI SENYUMAN PUSTAKAWAN

MENANTI
SENYUMAN PUSTAKAWAN
Oleh Irfan M. Nasir*
Senyum dalam pelayanan sirkulasi
masuk pada ranah kualitas layanan. Kualitas layanan merupakan komponen utama
dalam persaingan baik dalam persaingan bisnis barang maupun jasa. Kualitas
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai tingkat baik buruknya
sesuatu. Kualitas dapat pula didefinisikan sebagai tingkat keunggulan, sehingga
kualitas merupakan ukuran relatif kebaikan.[1]
Kualitas barang atau jasa bisa didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan
karakteristik barang dan jasa menurut pemasaran, rekayasa, produksi, maupun
pemeliharaan yang menjadikan barang dan jasa yang digunakan memenuhi harapan
pelanggan atau konsumen. Kualitas merupakan sesuatu yang diputuskan oleh
pelanggan. Artinya, kualitas didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan atau
konsumen terhadap barang atau jasa yang diukur berdasarkan
persyaratan-persyaratan atau atribut-atribut tertentu.
Barang atau jasa yang berkualitas
adalah yang mampu memenuhi atau melebihi ekspektasi pelanggan. Ekspektasi
pelanggan dapat dijelaskan melalui atribut-atribut kualitas atau yang sering
disebut sebagai “dimensi kualitas”. Berbeda dengan barang yang sifatnya
konkrit, jasa sifatnya abstrak. Jasa dapat diartikan sebagai barang yang tidak
berwujud (intangible product) yang
dibeli maupun dijual dipasar melalui transaksi pertukaran yang saling
memuaskan. Ada beberapa definisi kualitas jasa, antara lain: kesesuaian dengan
persyaratan/tuntutan, kecocokan untuk pemakaian, perbaikan/penyempurnaan,
berkelanjutan, bebas dari cacat, dan sesuatu yang membahagiakan pelanggan.[2]
Perpustakaan yang bergerak dalam
bidang jasa layanan informasi mempunyai fungsi yang cukup banyak sebagaimana
yang disebutkan oleh (Andi Prastowo: 2012) diantaranya yaitu: 1. menyimpan, 2.
Penelitian, 3. Pusat informasi, 4. Pendidikan, 5. kultural[3]. Perpustakaan
juga mempunyai beberapa prinsip sebagaimana yang dikatakan oleh Prof. Sulistiyo
Basuki yang juga dikutip oleh Andi prasetyo, memiliki 17 prinsip diantaranya:[4]
1. Perpustakaan
diciptakan oleh masyarakat
2. Perpustakaan
dipelihara oleh masyarakat
3. Perpustakaan
dimaksudkan untuk menyimpan dan menyebarkan informasi
4. Perpustakaan
adalah pusat kekuatan
5. Perpustakaan
terbuka untuk semua orang
6. Perpustakaan
harus berkembang
7. Perpustakaan
nasional harus berisi literatur nasional
8. Setiap
buku pasti ada manfaatnya
9. Seorang
pustakawan harus orang yang berpendidikan
10. Seorang
pustakawan adalah seorang pendidik
11. Peranan
pustakawan menjadi penting jika dipadukan dalam sistem sosial politik
masyarakat
12. Untuk
menjadi pustakawan diperlukan latihan dan pendidikan keahlian
13. Tugas
pustakawan adalah menambah koleksi perpustakaan
14. Perpustakaan
harus disusun berdasarkan urutan tertentu
15. Perpustakaan
gudang ilmu pengetahuan
16. Kenyamanan
faktor utama
17. Perpustakaan
harus memiliki katalog subjek
Pembahasan kali ini, penulis
memfokuskan pada pustakawan serta senyum pustakawan sebagai pelayan di
perpustakaan. Pustakawan bukanlah penjaga perpustakaan. Istilah penjaga akan
berdampak pada sikap irit dalam menjalin komunikasi layaknya Satpam yang menjaga
sebuah lokasi. Penjaga identik dengan sikap yang selalu waspada, tegang, penuh
curiga, tidak simpati dan empati. Akan tetapi pustakawan jauh berbeda dengan
istilah “penjaga perpustakaan”. Pustakawan menurut UU No.43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan pasal 1 angka 8, yaitu:"seseorang yang memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai
tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan
perpustakaan. Selain itu pustakawan harus
memiliki kompetensi profesional (aspek pengetahuan, keahlian, dan sikap kerja),
dan kompetensi personal (kepribadian dan interaksi sosial).
Kompetensi kepribadian dan
kemampuan berinteraksi sosial tidak bisa didapatkan tanpa pengetahuan,
keterampilan dan sikap empati. Pustakawan bukanlah siaran radio yang hanya
ingin didengarkan tapi orang yang bersahabat untuk bisa membuka telinga dan
hati untuk bisa diajak bicara dengan penuh empati dan dan nurani. Untuk
mendekatkan informasi kepada pengguna informasi hendaknya pustakawan belajar untuk
membuka telinga dan hati ketika mereka sedang berbicara, jangan lupa untuk
belajar bertanya tentang kabar mereka. Hentikan kebiasaan buruk untuk serba
mendahulukan mulut dan perasaan.
Pengguna perpustakaan sangatlah
beragam sikap dan karakter, kepiawaian dalam bersikap sangat diperlukan untuk
mendekati mereka. Menjauh dari mereka yang memiliki sifat buruk, bukan berarti
harus membenci dan menolak untuk menolong saat mereka membutukan bantuan.
Karena membenci dan tidak mau menolong pengunjung yang membutuhkan bantuan adalah
sifat buruk yang sebenarnya.
Pintu awal untuk mendapatkan
simpati dari pengunjung adalah senyum. Senyum terlihat dari cerahnya muka.
Sebagaimana dalam hadits HR. Muslim No. 2626: ‘Janganlah engkau
meremehkan kebaikan sekecil apapun, walaupun itu berupa cerahnya wajahmu
terhadap saudaramu.” (HR. Muslim no. 2626).
Senyum
tulus hanya bisa dilakukan jika seorang pustakawan menjalani kehidupan yang
benar-benar bahagia. Maka dari itu
pustakawan harus terlebih dahulu bahagia, terutama bahagia dalam menjalani
profesi pustakawan. kunci bahagia
menurut AA gym adalah ikhlas dan mengerti akan tujuan hidup. Kalau dalam bahasa
motivasi kerja, pekerjaan itu harus sesuai dengan passion, artinya profesi
pustakawan harus benar-benar sesuai dengan keinginan yang tulus dari hati
nurani terdalam. Sebab jika memang sudah
mencintai pekerjaan sebagai pustakawan, maka: 1. Cepat menyesuaikan diri dengan
pekerjaan, 2. Lebih menikmati proses kerja, 3. Kestabilan kerja tetap terjaga,
4. Tidak mudah stres
Keikhlasan disaat melayani
pengunjung harus dilakukan dengan cara yang baik sebanyak yang bisa kita
lakukan tanpa berpikir “mengapa” atau berkata “untuk apa”. Belajar menjadi
sabar adalah cara terbaik untuk menyingkirkan semua kerutan di dahi, melepaskan
kedua tangan yang melintang di dada, dan melepaskan jari-jari diantara
gigi-gigi kita. Maka lakukan senyum itu setiap hari. Dan kamu akan dicintai
banyak orang yang kamu kenal. Bahkan mereka tiba-tiba muncul seperti pertama
kali kamu membuka mata di pagi hari; tanpa make up untuk menutupi wajah
konyolmu
Kita tidak mungkin dihargai orang
lain hanya karena penampilan luar dari diri kita, tapi, sebenarnya lebih pada
apa yang ada dalam pikiran, bagaimana bersikap dan bagaimana cara memperlakukan
orang lain. Hidup menjadi ruwet ketika kita hanya senang menerima hal yang enak
dari orang lain, namun enggan berbuat hal yang sama kepada mereka.
Tetaplah tersenyum, menjadi
pustakawan adalah pekerjaan yang mulia, karena kita bagian dari sebuah
peradaban yang ikut andil menyebarkan ilmu pengetahuan yang ada di masyarakat. Sekian
dan terima kasih.
*Pustakawan UIN SMH
Banten
Daftar Pustaka
1. 1. https://muslimah.or.id/7165-sedekah-tak-sekedar-rupiah.html
2. 2. Aa Gym.
2018. 4 Sebab hidup tidak bahagia, Bandung: Emqies.
3. 3. Andi Prastowo. 2012. Manajemen Perpustakaan
Sekolah Profesional, Jogyakarta, Diva Press.
4. 4. Tony Wijaya. 2018. Manajemen Kualitas Jasa, Jakarta, Indeks.