Literasi : Peradaban Kaum Wanita Dalam Sejarah Dunia

Literasi : Peradaban Kaum Wanita Dalam Sejarah Dunia
Oleh : Anisa Fitriani*
“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup
ditanya karena dosa apakah dia dibunuh.” (Q.S. At-Taqwir: 8-9)
Datanglah Islam agama yang membawa penyelamat untuk kaum wanita,
cahayanya yang menerangi gelap gulitanya dunia pada waktu itu. Kedatangan Islam
mengikis habis tingkah pola kejahiliyahan yang hina dan menghinakan, khususnya terhadap kaum
wanita. Ketika wanita dianggap sebagai budak dunia, dan keberadaanya tak lebih
dari sekedar barang mainan, yang akan disingkirkan setelah bosan atau
menjemukan.
Dunia yang memandang buruk terhadap kaum wanita, yang
mencela atas kehadiran seorang wanita, yang menganggap lemah dan tak berdaya
yang hanya dijadikan alat pemuas kaum laki-laki semata, tak di perdulikan haknya bahkan mereka malu
ketika di anugrahi memiliki anak perempuan, sebagai kutukan kepada keluarganya,
yang lebih menyayatkan hati adalah di kubur hidup-hidup.
Datangnya Islam
seakan-akan membawa harapan yang baik untuk kaum wanita, wanita menjadi
terangkat kedudukannya pada saat turunnya wahyu, namun mereka juga kehilangan
fungsi dan posisinya pada masa-masa sinar wahyu mulai redup. Diantara keadaan
dan undang-undang manusia yang melanggar hak-hak kaum wanita bahkan menganggap
mereka sebagai sampah adalah diperlihatkan oleh sejarah perundang-undangan
Negara Dunia seperti Yunani, Romawi, Persia, Yahudi, Nasrani, dan Arab
Jahiliyyah. Ini terjadi sebelum terbitnya matahari Islam yang memuliakan kaum
wanita dan mendudukan mereka di tempat yang layak.
Wanita menurut bangsa Yunani
Pakar sejarah menulis tentang peradaban Yunani, bahwa
diantara anak cucu mereka masih ada memuji orang kota. Bagi mereka wanita tidak
lain sebagai alat pemuas pria dan alat perkembangbiakan, bahkan tidak ada
kedudukan sama sekali. Undang-undang Yunani memposisikan wanita tak lebih dari
pembantu.
Kondisi ini terus berlangsung pada Yunani di kuasai oleh
nafsu syahwat. Kemudian mereka dikendalikan oleh tabiat-tabiat binatang dan
kemewahan. Dikala itu wanita pelacur dan berakhlak buruk memiliki posisi
terhormat dalam komunitas bangsa Yunani.
Wanita menurut bangsa Romawi
Kondisi
wanita di negara Romawi tidak lebih baik dari bangsa Yunani. Undang-undang
Romawi bahkan menetapkan kaum wanita tidak memiliki kepribadian sama sekali.
Mereka menjadikan wanita sebagai ukuran ketidaklayakan, sebagaimana halnya gila
dan usia kecil. Lebih parah lagi ketika seorang wanita beralih ketempat tinggal
suaminya maka hubungan si wanita dengan keluarganya menjadi terputus. Para
suami Romawi memiliki hak untuk menghukum istrinya dengan semaunya apabila
istrinya melakukakan kesalahan dan bahkan bisa mendapatkan hukuman mati.
Kondisi ini memicu lemahya hubugan rumah tangga, banyak terjadi perceraian, dan
maraknya perzinahan.
Wanita menurut bangsa Yahudi
Diantara yang tercantum pada dalam kitab Taurat “wanita
lebih pahit dari pada kematian. Hanya orang sholeh yang mampu selamat darinya,
dan aku mendapati diantara seribu orng hanya satu orang yang selamat. Adapun
kaum wanita maka aku tidak mendapati mereka”.
Menurut
bangsa Yahudi wanita adalah kutukan atau laknat. Wanita tidak berhak atas harta
warisan ketika dia bersama saudara laki-lakinya. Bahkan dalam cerita mereka
menetapkan Hawa adalah biang kesedihan dan kesusahan.
Wanita menurut kaum
Nasrani
Kaum Nasrani memarginalkan
kedudukan wanita. parahnya lagi pada tahun 586 M orang Nasrani belum
mengakui adanya perempuan, dan wanita itu lebih dekat dengan neraka dan
keburukan. Dan merekapun lebih memilih hidup membujang dari Diantara ajaran
Nasrani adalah menetapkan bahwa wanita sebagai sumber masuknya syaithan kedalam
tubuh manusia, karna syaithan tertarik untuk menyamar sebagai wanita.
Wanita menurut Bangsa Persia
Wanita menurut
Bangsa Persia, wanita tak lain hanya sekedar barang dan perhiasan, jika wanita
sedang haidh atau nifas, mereka diasingkan jauh dari tempat tinggal mereka dan
di tempatkan dalam sebuah tenda.
Wanita menurut kaum Arab Jahiliyyah
Dalam Al Qur’an
Allah yang maha mengatahui menjelasakan perasaan orang Arab jahiyyah ketika
mendapat kabar kelahiran seorang anak
perempuan.
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan
(kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat
marah. Dia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita
yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung
kehinaan ataukah akan menguburkannya kedalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah
alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An- Nahl: 58-59)
Dalam Al Qur’an menjelaskan perilaku-perilaku bangsa Arab
Jahiliyyah bahwa mereka mengubur anak-anak perempuan mereka karena takut
mendapatkan celaan dan cemoohan dari orang banyak. Karna dalam pandangan mereka
, wanita tak lebih dari sekedar barang warisan, sehingga seorang anak laki-laki
bisa menikahi istri ayahnya (setelah kematian ayahnya) dan melarang mereka
menikah sepanjang masa.
Kalaupun mencintai barang mereka, contoh hal lain mereka
mencintai kuda mereka. ada sedikit pemuliaan pada kaum wanita, itu bukan sebagai
bentuk pengakuan terhadap hak-hak mereka, melainkan sebagai bentuk cinta
kepadanya. (Dr. Ali bin Sa’id Al Ghamidi. Dalam bukunya yang
berjudul Fiqih wanita).
Itulah sejarah
peradaban kaum wanita di sejumlah Negara, kita tidak tau apa yang akan terjadi
apabila Islam belum hadir di tengah masyarakat Jahiliyyah, mungkin sampai
sekarang wanita tetap dijadikan sebagai budak dan hawa nafsu semata. mungkin
sampai saat ini hak-hak kaum wanita dihilangkan, dilecehkan, di samakan seperti
binatang. Namun beruntunglah kita, di tengah-tengah masyarakat Allah Hadirlah
sosok penyelamat Dunia, penyelamat kaum wanita, yang memuliakan, bahkan mangangkat derajat kaum wanita, Yaitu
Nabi Kita Rahmatanlil’alamin Nabi Muhammad Saw. Seperti datangnya Cahaya
menerangi kegelisahan, ketidak adilan, kegelapan yang selama ini kaum wanita
hadapi berabad-abad. Sampai detik ini
kita masih merasakan Nikmat Allah Swt, terhadap kau wanita. Yang melindugi,
memberikan haknya sebagaimana laki-laki mendapatkan haknya. Wanita dilindungi
dengan sebaik-baik perlindungan yang Allah beri untuk kaum wanita itu sendiri.
Diceritakan dari Aisyah, Rasulullah. Bersabda: “Barang siapa diberi cobaan dengan beberapa anak perempuan, lalu dia memperlakukan mereka dengan baik maka kelak anak itu menjadi tabir baginya dari api neraka” (HR. Bukhari)
Kesimpulan.
Perbanyaklah bersyukur atas rahmat Allah terhadap rasa aman, rasa perlindungan
yang Allah anugrahkan. Bahkan kita dapat menjadikan kaum wanita untuk
berperestasi, mendapat hak pendidikan, hak berpendapat, hak memperoleh
kepemilikan, hak kehormatan, namun jangan hilangkan unsur-unsur kodrat pada
diri wanita yang Allah mulyakan karna pada dirinya sendiri terdapat kemuliaan
yang tak dapat di raih oleh kaum Adam seperti seorang ibu bisa menjadi wasillah
untuk kita meraih Syurga, seorang Istri menjadikan penyempurna Agama, dan anak
perempuan menjadi wasillah yang mencegahmu dari api neraka.
*penulis adalah Mahasiswa Akademi Dakwah Indonesia
(ADI) Banten. Anggota Majlis Pendidikan Syarikat Islam Indonesia (MPSII)
Provinsi Banten. Anggota GPMB (Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca) Provinsi
Banten dan Anggota PII (Pelajar Islam Indonesia) Provinsi Banten.