BAGAIMANA CARA MENJADI PENULIS?
Sumber Gambar :BAGAIMANA CARA MENJADI PENULIS?
Achi
TM*
Mengapa Ingin Menulis?
Salah satu dari manfaat membaca adalah memiliki pemikiran yang kritis. Ketika kita membaca sebuah buku kemudian merasa bahwa pemikiran dari buku itu salah, apa yang akan kita lakukan? Jika hanya sekedar berkata-kata kesalahan dari buku yang dibaca, akan lebih tepat sasaran jika menuliskan kesalahan buku itu melalui sebuah review. Bahkan lebih bagus lagi jika membuat buku tandingan dan meluruskan kesalahan sebuah buku.
Dengan membaca buku juga membuka
cakrawala berpikir kita. Buku satu dengan lainnya saling bertautan sehingga
cepat atau lambat membentuk imajinasi dan daya kritis dalam kepala kita.
Pemikiran-pemikiran di kepala pun bergejolak dan membutuhkan wadah untuk
dikeluarkan. Maka proses pengeluaran yang tepat dari pemikiran yang menggumpal
di kepala adalah dengan menulis.
Henry Guntur Tarigan (2008:1)
membagi keterampilan berbahasa menjadi empat aspek. Yaitu keterampilan
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Mendengar dan membaca merupakan
penguasaan bahasa reseptif, yakni kemampuan untuk memahami sebuah bahasa dengan
mendengar atau membaca. Sedangkan menulis dan bicara termasuk bahasa produktif.
Penguasaan bahasa untuk menyampaikan sebuah ide atau gagasan.
Menurut Seno Gumira Adjidarma, “Menulis
adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk
menyapa -- suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara
itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.”
Masalahnya tidak banyak orang yang
memiliki kemampuan menulis yang baik. Bahkan seringkali bingung harus memulai
kalimat dari kata apa dan bagaimana merangkai kalimat itu menjadi paragraf
kemudian mengolah paragraf demi paragraf menjadi sebuah tulisan utuh yang
memberikan ilmu pengetahuan, efek emosional serta pencerahan kepada pembacanya.
Artikel yang saya tulis sekarang, mencoba memandu para pecinta buku yang ingin
mulai menuliskan pemikiran-pemikiran mereka melalui sebuah karya.
Ada banyak alasan mengapa seseorang
ingin menulis. Oleh karena itu sebelum memutuskan ingin menjadi penulis,
seseorang harus tahu terlebih dahulu apa alasan dia menulis? Hal apa yang
memotivasinya untuk menjadi seorang penulis?
Beberapa motivasi menulis yang bisa ditemukan dalam diri kita adalah sebagai berikut :
1. Menuliskan hasil pemikiran. Buah dari banyak membaca. Banyak ilmu dan pengetahuan
yang didapat tentu membutuhkan penyaluran agar kapasitas otak tidak penuh.
Seperti teko yang diisi terus menerus, ia akan tumpah jika tidak dituang ke
dalam cangkir. Isi kepala harus dikosongkan agar bisa menerima ilmu baru
lainnya. Salah satu cara merilis pemikiran kita yang kita dapatkan dari
membaca, adalah dengan menulis.
2. Mendapatkan
uang dari menulis. Mencari rejeki bisa dari berbagai arah, salah satunya adalah dengan
menulis. Saat ini profesi penulis sudah banyak dicari oleh berbagai bidang
usaha. Terutama sejak media sosial merajai promosi produk-produk perusahaan. Kita
bisa mendapatkan uang dari menulis artikel di blog,
menulis skenario untuk video-video promosi, menulis caption promosi di media sosial, menulis buku di penerbit, novel di
platform digital dan masih banyak lagi media lainnya.
3. Mengikat
Ilmu.
Ali bin Abi Thalib RA pernah
berkata: “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”. Maka tuliskan kembali
ilmu-ilmu yang kita dapatkan dari membaca banyak buku dan tuliskan ilmu dari
kajian-kajian atau seminar yang kita ikuti. Kenapa harus menuliskannya? Karena
manusia adalah tempatnya lupa. Ilmu yang kita dapatkan hari ini, boleh jadi kita
lupakan di tahun depan.
4. Meninggalkan warisan. Ketika kita meninggal, kehidupan orang
lain akan tetap berjalan tetap normal. Mereka yang mengenal kita akan melupakan
kehadiran kita jika tak ada warisan yang kita berikan. Bukan harta benda yang
bisa diperebutkan akan tetapi tulisan-tulisan bermanfaat untuk anak cucu dan
keturunan kita lainnya.
5. Menjadi
amal jariyah. Insya
Allah warisan yang baik berupa tulisan baik akan memberikan efek kebaikan
kepada pembaca. Jika banyak pembaca melakukan banyak kebaikan dari tulisan
kita, insya allah itu akan menjadi amal jariyah bagi kita.
6. Merilis
emosi negatif. Menulis
telah menjadi salah satu metode penyembuhan dalam sesi pengobatan oleh banyak
psikiater di dunia. Kita bisa mencoba metode ini untuk menyembuhkan luka-luka
di hati kita. Luka hati yang ditumpuk dan tidak disalurkan, bisa membentuk
kemarahan tanpa sebab yang efeknya bisa membuat stress, depresi, kecemasan dan
penyakit kejiwaan lainnya. Oleh karena itu, menuliskan emosi-emosi yang kita
rasa, menuliskan peristiwa-peristiwa yang membuat duka, akan menjadi salah satu
metode meriliskan emosi kita agar tidak mengendap di jiwa.
Jika beberapa motivasi menulis di atas belum cukup untuk
membuat kita tergerak untuk menulis, maka kita perlu menelaah lebih dalam untuk
apa kita menulis? Karena seringkali kita menemukan alasan kita tersendiri dalam
proses perjalanan menulis kita. Yang terpenting sekarang menemukan motivasi
dasarnya terlebih dahulu dan mulailah menulis. Imam Ghazali mengatakan dalam
kutipannya yang terkenal : Kalau kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama
besar, maka menulislah.
Semua profesi memerlukan keahlian menulis agar ilmu-ilmu
yang dimiliki bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya. Oleh karena itu guru
dan dosen, dewasa ini dituntut untuk bisa menghasilkan karya lewat tulisan.
Setiap generasi harus memunculkan penulis-penulis baru. Bayangkan jika tidak ada
regenerasi baru dalam dunia kepenulisan, tidak akan ada bahan bacaan lagi di
masa depan.
Lalu apa modal utama untuk menulis?
Modal utama untuk menjadi penulis bukanlah memiliki
laptop bagus. Sekedar pena dan kertas pun bisa menjadi penulis. Tentu nanti hasil tulisan harus diketik,
tapi itu adalah masalah teknis yang mudah diselesaikan. Tidak akan ada sebuah
tulisan utuh tanpa modal menulis seperti di bawah ini :
1. Memiliki niat untuk menulis. Niat menulis akan muncul jika kita sudah menemukan
motivasi menulis yang tepat.
2. Mulai menulis. Begitu ada niat menulis, mulailah menulis, jangan
ditunda-tunda. Niat menulis biasanya akan datang beriringan dengan ide menulis.
Ide harus segera dituliskan, jika tidak akan menghilang dan sulit dicari
kembali. Kita
bisa menuliskan ide-ide di buku agenda atau ponsel.
3. Memiliki tekad yang kuat. Sebuah tulisan tidak akan selesai jika kita tidak
memiliki tekad yang kuat untuk menyelesaikannya. Seringkali kita menyerah di
tengah jalan karena ide yang tiba-tiba buntu atau kondisi hati yang tiba-tiba
berubah.
4. Memperluas
wawasan dengan rajin membaca, bergaul.
buka pikiran. Selain membaca
buku, penulis juga harus memperluas wawasan dengan bergaul. Berinteraksi dengan
banyak orang, menggali informasi di lapangan, akan membuka pikiran kita.
5. Menerima
kritik dan mau merevisi. Penulis juga harus siap menerima kritik. Jika kritik disikapi dengan
bijaksana dan dijadikan ajang untuk memperbaiki tulisan, maka niscaya kemampuan
menulis sang penulis akan terus meningkat dari waktu ke waktu.
6. Menulis setiap hari Jangan malas
merevisi tulisan anda (rewriting). Untuk
menjadi seorang penulis yang profesional, maka harus dimulai menjadi penulis
yang amatir. Malcolm Gladwell dalam bukunya yang berjudul Outliers menuliskan
bahwa seseorang bisa menjadi ahli jika melakukan latihan yang sama selama 10.000
jam. Begitu pun untuk menjadi penulis. Untuk bisa menguasai bidang kepenulisan,
seseorang harus berlatih menulis setiap hari. Selain itu mau merevisi naskah
sehingga menjadi lebih baik lagi.
7. Fokus.
Modal terakhir adalah kemampuan untuk fokus. Dalam
menciptakan karya tulis, seseorang harus bersabar dalam merangkai kata, riset
dan merevisi. Banyak pekerjaan dan urusan dalam kehidupan yang seringkali
menyita pikiran sehingga naskah menjadi terbengkalai. Oleh karena itu
diperlukan fokus yang kuat dalam proses menyelesaikan sebuah tulisan.
Selanjutnya mulailah mengenali jenis tulisan yang ingin kita tulis. Ada dua jenis tulisan yang harus diketahui yaitu Fiksi dan Non Fiksi. Mari kita bahas satu
per satu :
1. Fiksi.
Menurut KBBI, Fiksi memiliki arti sebagai cerita rekaan,
khayalan dan tidak berdasarkan kenyataan. Menurut Altenbernd dan Lewis dalam
Nurgiyantoro (2005:2) fiksi dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat
imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang
mendramatisasikan hubungan-hubungan manusia. Walau bersifat fiksi, sebuah
tulisan tidak boleh serta merta cacat logika, alur ceritanya tidak masuk akal, oleh karena itu dalam menulis fiksi juga dibutuhkan
riset.
2. Non
Fiksi.
Menurut KBBI, Non fiksi adalah yang
tidak bersifat fiksi, tetapi berdasarkan fakta dan kenyataan (tentang karya
sastra, karangan, dan sebagainya). Jadi non fiksi sifatnya bertentangan dengan
fiksi. Sudah tentu karena sifatnya fakta maka dalam menulis non fiksi
dibutuhkan data dan riset.
Menentukan
Genre, Tema dan Sasaran Pembaca
Menurut KBBI, Genre memiliki arti
sebagai berikut : Jenis, tipe, atau kelompok sastra atas dasar bentuknya ;
ragam sastra. Menurut Shipley, genre adalah kelas atau jenis
yang juga mengelompokkan karya sastra. Sedangkan menurut Hasry Shaw, genre
adalah kategori atau kelas yang mempunyai bentuk, teknik, dan isi khusus. Gramedia dalam websitenya menyebutkan ada 12 genre
dalam ranah fiksi dan Dee Publisher menyebutkan 18 genre non fiksi dalam
websitenya.
Genre fiksi sebagai berikut
:
1. Romantis : Menceritakan kisah cinta dua insan
manusia/tokoh imajinatif
2. Fantasi : Menceritakan tokoh, negara, bahkan dunia
yang dirancang sendiri
3. Fiksi Sains : Fiksi yang konflik di dalamnya
terdapat banyak sains dan teknologi
4. Horor : Cerita yang memberikan rasa takut,
didominasi oleh cerita hantu
5. Misteri : Cerita yang penuh teka-teki pemecahan
masalah, contohnya cerita detektif
6. Thriller : Cerita yang memberikan ketegangan,
ketakutan, teror, atas kejadian-kejadian mengerikan. Seperti peristiwa
pembunuhan, virus penyakit dan lain lain.
7. Komedi : Menceritakan karangan lucu yang membuat
tertawa
8. Inspiratif : Kisah fiksi yang memberikan inspirasi
pembacanya
9. Sejarah : Karangan dengan setting waktu yang
berkaitan dengan peristiwa sejarah
10. Psikologi : karangan yang mengangkat konflik
psikologi tokoh-tokohnya
11. Keluarga : karangan yang mengedepankan
kisah/konflik keluarga
12. Petualangan : karangan yang memberikan pengalaman
bertualang di alam/ dunia baru.
Genre bisa berdiri secara
tunggal tapi bisa juga digabungkan sehingga membentuk padu padan beberapa
genre. Seperti Komedi Romantis, Petualangan Fantasy, Horor Misteri, Psikologi
Keluarga dan lain sebagainya.
Berikut adalah beberapa
genre non fiksi :
1. Biografi : kisah perjalanan hidup seseorang dari
lahir sampai saat ini/tiada. Ditulis oleh orang lain.
2. Autobiografi : seperti biografi, bedanya ditulis
oleh pemilik cerita sendiri.
3. Memoar : berbeda dengan biografi yang menulis kisah
dari lahir hingga saat ini, memoar hanya menuliskan peristiwa istimewa tertentu
di waktu tertentu. Misal kisah perjuangan mendapatkan beasiswa.
4. Buku panduan dan manual : seperti buku resep
masakan
5. Ensiklopedia : buku tentang ilmu pengetahuan secara
khusus dan menyeluruh
6. Almanak : Buku yang menyajikan informasi ramalan
cuaca, astronomi, statistik dan lain sebagainya, biasanya diterbitkan setiap
tahun.
7. Kamus : Buku yang menyajikan arti dan terjemahan
dari dua bahasa yang berbeda
8. Buku sejarah, laporan jurnalisme, buku psikologi,
pengembangan diri, buku pelajaran, buku teks, catatan perjalanan dan lain
sebagainya.
Setelah menentukan genre
karya yang ingin ditulis, langkah selanjutnya adalah menentukan tema. Tema
memiliki arti pokok pikiran, dasar cerita. Oleh karena itu tentukan tema yang
mau kita tulis agar tulisan kita terarah dan pembahasannya tidak bertele-tele
serta tepat sasaran. Tema juga akan berkaitan erat dengan sasaran pembaca. Misalkan
dalam menulis fiksi kita akan menuliskan tema tentang perceraian. Sasaran
pembaca tentang tema perceraian biasanya adalah orang dewasa atau sudah
menikah. Bukan berarti tema perceraian tidak bisa ditulis untuk anak-anak tapi
tentu akan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi agar cerita kita cocok dibaca
oleh usia anak.
Ada beberapa tema dalam
fiksi dan non fiksi yang bisa dituliskan misalnya; persahabatan, pendidikan, pembullyan, perceraian, perlombaan, kesetiakawanan, perjuangan, pertobatan, kehidupan, sosial, lingkungan, dan lain sebagainya.
Setelah menentukan tema di
atas, langkah selanjutnya adalah menentukan sasaran pembaca. Karena beda
sasaran membaca maka akan beda pula gaya bahasa dan pemilihan kata yang
digunakan dalam menulis. Sasaran pembaca yang bisa kita tentukan adalah :
tingkat anak usia dini, tingkat anak sekolah dasar, tingkat remaja (SMP-SMA),
tingkat dewasa awal (SMA akhir-kuliah-awal kerja), tingkat dewasa (usia
kerja-sampai usia tua).
Dengan menentukan jenis
tulisan, genre, tema dan sasaran pembaca, maka kita bisa mulai menuliskan karya
kita. Berikut tip untuk menulis bebas, sebagai latihan menulis di tahap awal. Pertama,
Kita tahu apa yang akan kita tulis. Kedua, Punya bahan dan referensi yang
lengkap. Ketiga, Memetakan pikiran apa yang akan kita tulis. Keempat Miliki
ketetapan hati yang kuat. Kelima, Rajin Berlatih dan tidak kenal putus asa, Keenam,
Miliki Rasa percaya diri yang cukup.
Demikian artikel tentang bagaimana menjadi penulis pada
sesi pertama. Semoga panduan singkat ini bisa bermanfaat dan melahirkan
penulis-penulis baru di Provinsi Banten. Selamat menulis!
*Achi TM. Penulis dari kota Tangerang. Ibu 3 anak ini telah menulis
42 Buku di penerbit mayor, Instruktur Literasi Nasional, Pimpinan TBM Rumah
Pena.