Menumbuhkan Motivasi Membaca Dilingkungan Keluarga dan Sekolah
Sumber Gambar :Oleh Ervi Widiawati*
Pembentukan kebiasaaan anak akan dimulai dari lingkungan keluarga dan sekolah. Peran orang tua dan guru untuk membentuk karakter anak sangat dominan, selebihnya anak akan menemukan jalannya pada lingkungan masyarakat. Anak bagaikan kertas putih, yang akan mewarnai perjalanan hidupnya yang diterapkan pada lingkungan keluarga dan sekolah. Hal ini juga berkaitan dengan bagaimana memotivasi anak agar menemukan jalan kehidupannya.
Peran dan aktifitas keluarga untuk mendorong minat dan kebiasaan membaca bagi anak-anaknya sangat besar sekali. Ini merupakan kewajiban orang tua. Dan apabila hal ini tidak dilakukan sejak dini, dapat mengakibatkan hal-hal yang akan merugikan anak itu sendiri dimasa datang. Aktifitas dalam keluarga itu juga harus menjadi teladan bagi anak-anaknya, sehingga secara tidak langsung mereka akan meniru kebiasaan-kebiasaan dalam keluarga itu. Sebagai orang tua, kita harus cermat dalam membagi waktu bagi anak-anaknya. Karena pada usia kanak-kanak, keinginan bermain sangat besar. Maka untuk menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca di rumah, sejak dini mereka harus disediakan lingkungan yang mendukung terhadap penyediaan kesempatan membaca. Dalam lingkungan ini mereka harus mendapat kesempatan merasakan bahwa membaca itu adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Begitu pula ketika anak mengerjakan tugas-tugas sekolah atau menginginkan sesuatu dan menyakannya kepada orang tua, maka tindakan orang tua jangan langsung menjawab, tetapi mereka dituntun unuk mencari sendiri informasi dimaksud. Dengan membiasakan anak-anak mencari informasi sendiri penjelasan yang ingin mereka ketahui dari sumber informasi maka sekaligus pula minat baca mereka akan bertambah.
Untuk mengkondisikan dan menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca anak dalam lingkungannya, maka orang tua memegang peranan yang amat penting sebagai model yang akan ditiru dan diteladani oleh anak-anak dirumah. Tentu kita tidak bijaksana apabila anak-anak diminta untuk membaca buku, sementara orang tua malah asyik bermain handphone. Salah satu hal yang sangat penting dilakukan untuk mengkondisikan dan menumbuhkan minat baca dan mengurangi kegiatan bermain handphone bagi anak-anak adalah membuat aturan pada saat jam belajar setiap hari. Pada saat liburan sekolah pun bermain handphone tetap dibatasi berdasarkan waktu yang dapat dirundingkan bersama anak-anak. Karena bagaimanapun juga terlalu banyak bermain handphone dapat melemahkan minat baca anak-anak.
Selain kasus diatas, anak-anak juga harus didorong untuk mampu mengapresiasi atau membuat rangkuman dari apa yang mereka baca, sehingga nantinya ketika ada permasalahan atau keingintahuan terhadap sesuatu, yang dicari pertama kali adalah bahan/sumber informasi, orang tua tinggal mengarahkan sumber informasi apa yang harus didapatkannya, atau mereka diajak mengapresiasi dan mengevaluasi buku yang dibacanya. Mendiskusikan bersama atau menyimpulkan isinya.bisa saja anak memiliki gagasan yang berbeda atau ingin mengkritik tema cerita, ini semua merupakan kesempatan bagi anak untuk mengekspresikan berbagai ide kreatifnya. Selain itu, apabila ada waktu luang/libur, anak-anak diajak ke toko buku atau perpustakaan untuk memilih sendiri buku apa yang mereka inginkan.
Motivasi Pembelajaran
Demokratisasi di bidang pendidikan berangsur-angsur sudah mulai terlihat dan berjalan walaupun belum sepenuhnya terwujud. Sistem pengajaran di kelas yang dulu berlangsung satu arah dan seakan-akan guru adalah segalanya, menguasai bidang ilmu yang diajarkan, sementara para murid diyakini tidak mengerti apapun, layaknya wadah kosong yang siap di isi apapun atau seperti kertas putih yang bisa di isi atau di tulis dengan apapun yang dikehendaki. Murid harus sepenuhnya mematuhi guru dan memahami pelajaran sebagaimana guru itu memahaminya. Kepatuhan itu tampak misalnya, pada saat belajar mengajar berlangsung, guru berdiri atau duduk di depan kelas sementara murid menghadap kedepan dan harus mendengarkan guru mengajar.
Pembelajaran semacam itu adalah salah satu hambatan terhadap pengembangan minat dan kebiasaan membaca. Kegiatan membaca sebagai salah satu kegiatan komunikasi tidak teriolasi iklim komunikasi secara keseluruhan. Kalau siswa senantiasa disuapi oleh guru dan menelan bulat-bulat apa yang disampaikan oleh guru, harus menjawab pertanyaan guru persis sebagaimana yang diajarkan atau yang tertuang dalam buku pelajaran, maka rasa ingin tahu murid tidak akan berkembang maksimal. Dengan demikian, murid akan berfikir buat apa mengetahui berbagai masalah apabila toh jawaban ketika ulangan harus sesuai buku pelajaran (teks book). Siswa akhirnya menjadi makhluk mekanis yang seakan-akan tanpa jiwa dan kurang kreatif.
Dalam rangka meningkatkan minat dan budaya baca di sekolah, maka upaya yang dilakukan guru adalah bagaimana membuat atmosfir agar siswa terkondisikan walaupun dengan ”pemaksaan” untuk membaca buku-buku pendukung pelajaran. Dari kebiasaan ini suatu waktu akan tumbuh pada mereka semangat untuk meningkatkan potensi diri melalui membaca. Pada akhirnya membaca bukan hanya sekedar untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, tetapi membaca sudah merupakan suatu kebutuhan, karena ia haus akan informasi.
Untuk menumbuhkan minat baca, ketika murid menemukan suatu masalah belajar, maka tempat pertama yang mereka kunjungi dan bertanya adalah perpustakaan. Hal ini harus berbanding lurus dengan ketersediaan bahan informasi di perpustakaan sekolah (dengan segala fasilitas sarana dan prasarananya) harus dipertimbangkan secara komprehensip oleh pengelola sekolah (guru, komite, pengelola perpustakaan dan lainnya), sehingga secara institusional, perpustakaan mampu menumbuhkan rasa percaya diri, selalu membimbing untuk berfikir kreatif dan mempunyai hasil karya yang inovatif.
Pendekatan lain yang diupayakan oleh guru di sekolah adalah proses belajar mengajar yang mengarah pada dialog-dialog secara demokratis, tugas-tugas yang diberikan oleh guru hendaknya lebih banyak melibatkan perpustakaan daripada mendengarkan ”ceramah” guru di depan kelas. Hal ini akan berdampak positif terhadap pengembangan minat baca anak. Secara tidak langsung mereka diarahkan pada penyelesaian permasalahan di kelas baik individu maupun kelompok. Kreatifitas mereka akan tumbuh, seandainya ada persaingan diantara mereka bisa diselesaikan secara sehat. Hal ini juga berkaitan dengan bagaimana memotivasi anak agar menemukan jalan kehidupannya
Memotivasi anak adalah pemberian dorongan agar anak bersedia mengerjakan suatu kegiatan atau perilaku yang diharapkan. Menurut Irwan Prayitno (2018) dalam buku “Mendidik & Membesarkan Anak Berkarakter” mengatakan bahwa memotivasi anak biasanya diawali dengan cara membujuk dengan baik, lembut serta penuh kasih sayang yang membuat hati anak senang, sehingga terdorong melakukan kegiatan yang diharapkan. Anak yang memiliki motivasi akan mampu mengembangkan dirinya sendiri. Meskipun begitu, memotivasi anak hanya dapat dilakukan bila anak sudah bisa diajak berfikir dan mulai mengerti perintah dan larangan dari orang tua.
Terkait dengan motivasi anak untuk membaca, bagaimana anak-anak kita dilingkungan keluarga akan suka membaca jika tidak dikenalkan pada bahan bacaan sejak dini. Oleh karena itu, untuk menjadikan membaca sebagai budaya dilingkungan keluarga, sejak usia dini mari kenalkan bahan bacaan pada mereka dengan menghadirkan beraneka buku, membacakan buku, mengajaknya mengeksplore isi bacaan, menceritakan kembali isi bacaan, dan mempraktikkannya. Setelah mengenal maka lambat laun tumbuh rasa sayang pada buku dan kebiasaan membaca menjadi sebuah kebutuhan mereka.
Kurangnya minat baca pada anak-anak kita merupakan persoalan yang kompleks. Diperlukan berbagai upaya dan usaha untuk menciptakan lingkungan yang mendukung terciptanya kebiasaan membaca. Disisi lain tayangan televisi memiliki peran negatif yang cukup signifikan terhadap peningkatan minat baca anak-anak. Dengan demikian, rumah, sekolah dan masyarakat harus menciptakan lngkungan yang mendukung semuanya. Sekolah harus menyediakan perpustakaan yang representatif untuk mendukung proses pembelajaran, sementara pemerintah disisi lain mengeluaran kebijakan-kebijakan dalam penyediaan bahan informasi/buku yang bermutu.
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa membaca itu penting dan memiliki banyak manfaat serta mampu menjadikan seseorang memiliki wawasan yang sangat luas. Kebiasaan membaca menjadikan seseorang mampu berfikir kritis dan tanggap terhadap keadaan yang terjadi disekitarnya, mampu mengembangkan daya imajinasinya dan memiliki perspektif baru. Membaca merupakan proses yang panjang yang akan terwujud melalui kebiasaan sejak dini, yang dimulai sejak usia anak-anak. Hal ini memiliki konsekuensi pada orang tua untuk lebih berperan aktif dalam upaya menumbuhkan kebiasaan membaca pada anak-anaknya
Minat dan kebiasaan membaca memang tidak bisa tumbuh begitu saja secara seketika setelah anak menjadi dewasa. Namun perlu dibiasakan semenjak ia usia dini sehingga dalam hal ini orang tua harus mempunyai peran yang cukup banyak untuk menyisihkan sebagian besar waktunya untuk membiasakan anak membaca.
*Pemustaka