Perpustakaan Nasional Dorong Literasi untuk Kesejahteraan
Sumber Gambar :Serang - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI)
saat ini tengah didorong menjadi pelopor gerakan literasi untuk memperbaiki
kesejahteraan rakyat. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
bahkan mendukung dengan meluncurkan program Transformasi Layanan Perpustakaan
Berbasis Inklusi Sosial ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2019, dan
menjadikan tema “Literasi Untuk Kesejahteraan” sebagai salah satu kegiatan
Prioritas Nasional pembangunan manusia. Hal tersebut disampaikan Kepala Perpusnas
Muhammad Syarif Bando.
Menurutnya, salah satu upaya penting adalah mengubah paradigma
perpustakaan dari gudang buku menjadi perpustakaan yang dapat memberdayakan
masyarakat dengan pendekatan teknologi informasi.
Transformasi perpustakaan memiliki peran signifikan meningkatkan
kemampuan masyarakat, sehingga mereka mampu mengubah kualitas hidupnya menjadi
lebih baik. Peran perpustakaan harus ditingkatkan sebagai wahana pembelajaran
bersama untuk mengembangkan potensi masyarakat.
Selain menyediakan sumber-sumber bacaan informasi dan
pengetahuan, lanjutnya, perpustakaan juga memfasilitasi masyarakat dengan
berbagai kegiatan pelatihan dan keterampilan untuk pemberdayaan social ekonomi
masyarakat.
“Demi mendukung tercapainya program tersebut, Perpusnas mengadakan
Bimbingan Teknis Strategi Pengembangan Perpustakaan dan Teknologi Informasi dan
Komunikasi Untuk Layanan Perpustakaan kepada 450 desa dari 152 kabupaten di 32
provinsi penerima manfaat,” katanya, Selasa (5/6).
Ia menjelaskan, dalam memberikan layanan kepada pemustaka,
pemerintah dalam hal ini perpustakaan wajib menyesuaikan dengan kemajuan TIK
yang terjadi saat ini. “Transformasi layanan perpustakaan berbasis inklusi
sosial menitikberatkan pada peningkatan kapasitas pengelola perpustakaan agar
layanan perpustakaan mampu memahami kebutuhan masyarakat, memberikan inovasi
layanan dengan pelibatan masyarakat serta membangun kerja sama dengan berbagai
pihak untuk mewujudkan layanan perpustakaan yang sesuai kebutuhan masyarakat,”
ujarnya.
Di lokasi yang sama, Usman Asshiddiqi Qohara, Kepala DPK Banten
menyampaikan, transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, atau yang saat
ini lebih sering disingkat TPBIS baru berjalan tiga tahun di Provinsi Banten.
Namun manfaat dan dampak program ini telah dirasakan bukan hanya oleh pengelola
perpustakaan tapi juga oleh masyarakat sekitar. “Terima kasih kami sampaikan
atas kepercayaan yang diberikan untuk berpartisipasi dalam program ini,”
katanya.
Menurutnya, kegiatan ini merupakan salah satu upaya pemerintah
untuk peningkatan kualitas pengelola perpustakaan, khususnya pengeola
perpustakaan desa dalam meningkatkan kualitas layanan serta inovasi program
dalam rangka meningkatkan kontribusi perpustakaan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Tim DPK.