SYARIF M. DZUKHRI AL BA'ABUD BANTEN (1915 - 1985) : Sang Pelopor Kemerdekaan Indonesia Dari Banten
Sumber Gambar :SYARIF M. DZUKHRI AL BA'ABUD BANTEN (1915 - 1985) : Sang
Pelopor Kemerdekaan Indonesia Dari Banten
Oleh : Ratu Nizma Oman*
"Apapun yang telah saya sumbangkan untuk Negara dan bangsa adalah hanya sebagai "Kewajiban" saya selaku warga negara dan orang yang beragama. Kewajiban itu harus saya tunaikan dengan sebaik-baiknya. Apabila saya lalai, saya takut kelak Allah SWT. Meminta pertanggungjawaban saya atas kewajiban yang saya lalaikan itu. Kepada Allah jualah saya berserah diri".
(H.
Ayip M. Dzukhri/ Harian Umum Pelita/Sabtu, 11 Mei 1985/Rubrik Mengenal Tokoh).
Keturunan Ulama Pejuang
Syarif/Ayip Muhammad Dzukhri bin Syarief Salim bin Hasan Bin Muhammad bin
Husen bin
Muhammad (Mamak) bin Umar bin Bachsan/Muksin, dst. bin Abdurrahman Al Ba’bud. Beliau
masih keturunan yang ke VIII dari Syarif Bachsan Ba'abud (Al Ba'abud), adalah
seorang habib senior yang pertama kali menyebarkan agama Islam ke Nusantara
pada Tahun 1500-an.
Ayip Dzukhri adalah anak kedua dari tiga belas bersaudara.
Ayahnya memiliki dua orang isteri. Yang pertama bernama Nyi Mas Atikah binti M.
H. Husein. Memiliki tujuh orang anak. Diantaranya ; Syarief Hasan (lahir
1296 H/1875 M), Syarief Husen (1299 H/1878 M),
Syarifah Amnah/Menah (1303 H/ 1881 M), Syarief Mukhsin (1306 H/ 1884
M), Syarifah Zuhriyah (1309 H/1887 M), Syarifah Hudriyah (1312 H/1890
M) dan Syarifah Rodiah (1315 H/ 1893M).
Isteri yang kedua bernama Ratu Sufiyah binti Tb. Kudsi,
memiliki enam orang anak diantaranya ; Syarifah Muhdah (1910 M), Syarief
Zuhri/Dzukhri (1914 M), Syarief Syamim (1917 M),
Syarifah Hulmah (1920 M), Syarief Busro (1923 M),
Syarief Rughby (1926 M).
Ayip Dzukhri dilahirkan di kampung Kaloran Kabupaten Serang -
Banten. Ayahnya seorang tokoh ulama dari Banten. Ibunya seorang guru ngaji yang
berasal dari kampung Karundeng - Serang. Selain mengajar ngaji, ibunda juga
berjualan kue dan sayur-sayuran (wirausahawan).
Anak - anak Syarif Salim semuanya adalah para ahli agama dan
pejuang. Anak yang terakhir, Ayip Rughbi pernah menjabat sebagai Bupati daerah
Bogor (Periode 1975 - 1982).
Pendidikan
Ayah dan ibunya mendidik anak-anak mereka dengan kasih sayang
dan pendidikan agama yang disiplin. Pada usia 13 tahun beliau dikirim ke
Pesantren di kampung Ciwedus Priyai kabupaten Serang, di bawah asuhan Kyai
Syamsuddin. Sebelumnya, pernah sekolah madrasah di Subbanul Wathon Kaujon
Serang dan madrasah Khairul Huda Kaloran Serang. Setelah dewasa beliau
pindah ke pesantren Buntet Cirebon di bawah pimpinan Kyai Abbas. Lanjut ke
Pesantren Tebu Ireng Jombang yang pada saat itu dipimpin oleh Kyai Haji Hasyim
Asy'ari tahun 1936. Serta pesantren lainnya selama 7 tahun.
Pendidikan formalnya hanya lulusan Sekolah Rakyat selama 5
tahun. Karena pada masa itu banyak
masyarakat yang tidak mau belajar di sekolah buatan pemerintah kolonial
Belanda. Mereka lebih suka belajar di pesantren.
Pengalaman Kerja Dan Organisasi
Kemudian pada tahun 1938, beliau dinikahkan oleh ayahnya
dengan Ratu Ifat Fatmah Chatib, cucu ulama besar bergelar Waliyullah dan paling
berpengaruh pada abad ke-20 di Banten yakni Syekh Asnawi Agung Caringin Banten.
Ratu Ifat juga adalah putri pertama dari tokoh pemimpin masyarakat Banten saat
itu, K. H. Tb. Achmad Chatib yang kemudian menjadi Residen Banten pertama dari
kalangan pribumi. Beliau juga berhasil mengusir penjajah asing Belanda dan
Jepang dari Banten dan Indonesia.
Dari pernikahan Ayip Dzukhri dan Ratu Fatmah Chatib kemudian
dikaruniai tujuh orang anak diantaranya ; Syarifah/Ipah/Ipol Dzakiah, Ipah
Dzikriah, Syarif/Ayip Fauzi, Ayip Farid, Ayip M. Fachruddin, Ipah Dzafifah,
Ayip A. Fakihuddin. Ayip Fauzi anak nomor
tiga pernah menjabat sebagai anggota Dewan di Kota Serang tahun 2004.
Setelah menikah, beliau kemudian diperbantukan untuk mengajar
di Pesantren Masyarikul Anwar Caringin milik Syekh Asnawi, kakek mertuanya.
Sebelumnya beliau pernah mengajar di beberapa Madrasah diantaranya di Pesantren
Arabiyah Ichsaniyah Serang. Beliau tidak mau bekerja pada pemerintah Belanda
sehingga disebutnya Non Coprator.
Pada tahun 1931 - 1942, Ayip Dzukhri bergabung menjadi
anggota Partai Indonesia (Partindo) cabang Serang di bawah pimpinan Soekarno.
Kemudian keluar karena ideologi yang dianut adalah kebangsaan. Beliau mencari
partai yang berideologi Islam akhirnya masuk menjadi anggota dan pengurus PSII
pada sekitar tahun 1940. Kemudian bergabung dengan organisasi masyarakat NU dan
aktif menjadi pengurus. Beliau pernah menjabat sebagai Ketua Syuriyah Cabang
Serang dan sebagai Ketua Koordinator DPC PPP Serang. Kemudian pada tahun 1942 -
1945, beliau menjadi pengurus Barisan Pelopor Istimewa. Bahkan beliau adalah
ketuanya. Pengurus Jawa Hakko Kai (Sidokang Komico), Pengurus Barisan Benteng
Daerah Banten dan menjadi pengurus anggota Barisan Indonesia Merdeka (BIMA).
Perlu dicatat tentang BIMA adalah
organisasi bawah tanah yang tugasnya melawan penjajah Belanda dan Jepang dengan
mengadakan intimidasi, sabotase, teror, yang sifatnya menghancurkan musuh. Cara
kerjanya pun amat rahasia dan tersembunyi baik keluar atau kedalam. Sehingga
diantara anggotanya saja jarang saling mengenal satu sama lainnya. Setiap
anggota hanya mengetahui satu orang pimpinan diatas dan tiga orang anggota
bawahannya. Salah satu atasan yang bisa diketahui oleh beliau adalah Sdr. Halid
Rasyid. Namun akhirnya diketahui bahwa pimpinan BIMA itu ialah Sdr. Tan Malaka,
Syutan Syahrir, pemuda Sukarni dan Bung Adam Malik bekas Wakil Presiden R.I.
Perintis Kemerdekaan
Sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada
Tanggal 17 Agustus 1945 diumumkan, pada tanggal 9 Agustus 1945 bersama dengan
para pemuda atas nama Pemuda Banten, diantaranya H. Abdurrachman (Serang),
Tachril (Rangkas Bitung), Chasi'in (Pandeglang), Ayip Moh. Dzukhri (Serang),
Husein (Tan Malaka). Keempat pemuda itu mengadakan perundingan di Gedung Gebo
Rangkas Bitung untuk Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Proklamasi ini
kemudian ditanda tangani oleh Soekarno - Hatta.
Pada tahun 1945, setelah turut merumuskan proklamasi bersama Tan
Malaka. Ayip Dzukhri yang pada saat itu seorang pemuda berusia 30 tahun,
sebagai Ketua Pemuda Pelopor Banten dan menantu dari Residen Banten 1. Ayip
Dzukhri merupakan salah satu orang penting di jajaran tokoh Pemuda Banten.
Selain diasuh langsung oleh Tan Malaka, Bapak Proklamasi Indonesia. Beliau
adalah pemuda yang sangat cerdas dan berani. Ilmu sosial, keorganisasian dan
kemiliteran serta ilmu agama dapat dikuasainya dengan baik. Sejak kecil beliau
sangat tertarik dengan dunia pergerakan dan politik. Hingga di usia muda beliau menjadi
salah satu pelopor pergerakan pemuda di Indonesia.
Beliau turut mempelopori perlawanan terhadap Jepang dan
menyusun strategi pemberontakan terhadap agresi Belanda II. Setelah Belanda dan
Jepang berhasil diusir dari Banten dan Indonesia, beliau diangkat menjadi wakil
ketua Komite Nasional Indonesia (KNI Pandeglang) dan BE (Badan Eksekutif).
Sekaligus menjadi Ketua Pembelaan Masyumi (Hisbullah/ Sabilillah) Daerah
Keresidenan Banten.
Beliau juga pernah menjadi Ketua Sarekat Dagang Islam
Indonesia (SDII) dan menjadi Komisaris Daerah Gerakan Pemuda Islam Indonesia
(CDGPII) se Banten.Kemudian menjadi anggota DPD (Dewan Pertahanan Daerah
Banten) dan DPN (Dewan Pertahanan Negara) yang berpusat di Jogjakarta.Pada
bulan Mei 1947, diangkat menjadi asisten Wedana Kramat Watu Serang.
Dalam aksi militer kedua (Kles ke- II daerah Banten di duduki
oleh Belanda), Ayip Dzukhri ikut serta menjalankan tugas dan kewajibannya dalam
mempertahankan pemerintahan R.I. secara gerilya di hutan-hutan dan
gunung-gunung. Saat itu beliau sebagai Panglima Hizbullah/Sabilillah dan
Panglima penghubung GERA (Gerilya Rakyat Daerah
Banten) merangkap GERA Kabupaten Serang.
Dalam menjalankan tugasnya dari tanggal 10 April 1948 sampai
tanggal 22 Desember 1948. Akhirnya tertawan oleh Belanda dan dijebloskan ke
dalam penjara Serang bersama putra Residen Banten, adik iparnya yang juga
Komandan Hizbullah wilayah Banten, K. H. Tb. Achmad Suchari Chatib. Namun
alangkah terkejutnya mereka ketika mengetahui di dalam sel ternyata sudah ada
sang ibu mereka tepatnya ibu mertua Ayip Dzukhri yaitu Ratu Iyot Hasanah, Ibu
Banten, isteri dari Residen Banten K. H. Tb. Achmad Chatib. Mereka dipenjara selama
kurang lebih 9 bulan yakni sebagai "jaminan" supaya Achmad Chatib
menyerahkan diri. Namun akhirnya dapat dibebaskan atas perlindungan dari sang
pemimpin Banten, Achmad Chatib yang dengan segala kecerdasan, keberanian dan
kelihaian beliau akhirnya dapat mengalahkan agresi Belanda.
Mengisi Kemerdekaan
Pada tahun 1949 - 1950, atas jasa-jasanya beliau diangkat
sebagai anggota istimewa dari Keresidenan Banten (anggota I.S Banten). Menjadi
ketua umum PTP (Persatuan Tenaga Pejuang), ketua umum panitia perjalanan Haji,
kepala bagian Bimbingan Sosial, anggota DPD (Dewan Pemerintah Daerah), Ketua
SSS (Serikat Sekerja Sosial) Cabang Serang dll. Kemudian pada tanggal 28 Mei
1953 menjadi Ketua Umum NU Cabang Serang merangkap Komisaris Daerah NU di Banten/Tangerang
dan anggota PBNU Pusat. Pada tanggal 8-10-1954 menjadi Bendahara PKM (Pengurus
Kas Mesjid) Kabupaten Serang. Beliau lah yang mempelopori membuat Menara Mesjid
Pegantungan Serang. Tahun 1955 menjadi Wakil Ketua A1 Indonesia Congress (AIC)
/ Kongres Rakyat Kabupaten Serang dll.Tahun 1956, beliau terpilih menjadi
anggota DPR dan MPR dari Fraksi NU. Kemudian pada tahun 1961 adanya perubahan
dalam DPR menjadi DPRGR dengan adanya Dektrit Presiden. Ayip Dzukhri tetap
duduk sebagai anggota DPRGR hingga tahun 1966 sebagai anggota DPR Orde
Baru.Pada pemilu tahun 1971, beliau tidak mencalonkan di DPR pusat karena ingin
memberikan kesempatan kepada generasi muda dan kondisi fisik beliau sudah tua
tidak sanggup lagi bekerja di pusat.
Sang Pelopor
Pada tanggal 29 September 1963, rakyat Banten dengan dukungan
seluruh orpol dan ormas, rakyat Banten telah membentuk suatu panitia yang
dinamakan "Panitia Provinsi Banten" (untuk meningkatkan Banten
menjadi Daerah Tingkat 1 yang berkedudukan di Serang). Ayip Dzukhri dipilih
sebagai Ketua Panitia. Kemudian pada tanggal 30 September 1965, terjadi gerakan
G30S PKI. Sehubungan dengan itu pada tanggal 5 September 1965 bersama dengan Syaichu
(Ketua DPR Pusat dari Fraksi NU) mendesak kepada pemerintah supaya membubarkan
PKI. Sebagai pimpinan NU Cabang Serang, sang Pelopor Ayip Dzukhri kemudian
bergerak dan mempelopori kepada para anggotanya dan kepada rakyat Banten untuk
mengganyang G 30S PKI dan antek-anteknya. Menjaga dan selalu waspada agar jangan sampai PKI datang
kembali.
Kemudian pada masa Orde Baru, ketika NU, PSII, PARMUSI, PERTI
disatukan menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), beliau menjadi Ketua
koordinator PPP Cabang Serang. Diakhir pensiunnya dari tahun 1972 - 1984, beliau menjadi
Ketua Perkumpulan Pensiun Sipil dan Persatuan Wredhatama Republik Indonesia
(PWRI) Cabang Serang. Selain itu menjadi Rois Syuri'ah Jam'iyah NU Cabang
Serang dan tidak aktif lagi di Partai Politik. Beliau wafat pada tahun 1985
pada usia 70 tahun karena sakit. Dimakamkan di Makam Pahlawan Buah Gede Kaujon
Serang-Banten.
Wasiat beliau bahwa para pejuang di Banten khususnya yang
tergabung dalam GERA BANTEN (Gerilyawan Banten) pada Tahun 1945 era
kemerdekaan, tercatat namanya dalam sejarah sebagai Pahlawan Nasional. Selain
itu ada keinginan beliau untuk dibuatkan "Tugu Kemerdekaan" di rumah
yang dulunya Markas GERA yang berada di rumah Kaloran Serang-Banten sebagai
peringatan sejarah bagi generasi selanjutnya. Semoga wasiat beliau ini bisa terwujud
suatu hari nanti.
*Penulis adalah Cicit dari K.H.Tb. Achmad
Chatib. Ketua Forum Silaturahmi Dzuriyyat Bani Wasi al-Bantani, Penulis dan
Pegiat Literasi.