Kekuatan “Sense Of belonging” Bagi Pustakawan

Sumber Gambar :

Oleh Bella Muhammad Anugrah*

Sense of belonging adalah perasaan diterima, dihargai, dan menjadi bagian dari suatu kelompok, komunitas, atau lingkungan. Ini menciptakan rasa keterikatan dan hubungan emosional yang mendalam dengan orang lain atau tempat tertentu. Atau dapat disebutkan pula bahwa Sense of belonging merupakan perasaan yang ada dalam diri anggota suatu kelompok atau organisasi yang mana mereka memiliki rasa memiliki dalam kelompok atau organisasi tersebut. Hal ini juga menjadi suatu kebutuhan dasar yang perlu dimilki manusia karena terkait dengan keadaan psikologis dan kesehatan mental, nahkan juga kesehatan fisik seseorang.

Maka dapat dikatakan bahwa sense of belonging merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasa memiliki sesuatu, sehingga dengan perasaan memiliki itu akan sepenuhnya mencintai, menjaga, dan peduli dengan sesuatu tersebut.

Konsep Sense of belonging telah lama menjadi bagian dari kajian psikologi, sosiologi, dan filsafat manusia. Berikut adalah perkembangan sejarah pemikiran tentang rasa memiliki dan keterikatan sosial :

Pertama, Pemikiran Awal tentang Kebutuhan Sosial (Zaman Kuno - Abad Pertengahan). Menurut Aristoteles (384–322 SM) menyatakan bahwa manusia adalah "zoon politikon" (makhluk sosial) yang secara alami membutuhkan hubungan dengan orang lain. Sementara Filsafat Konfusianisme di Tiongkok menekankan harmoni sosial dan keterikatan individu dalam keluarga serta komunitas. Dan Pada abad pertengahan, agama dan komunitas memainkan peran besar dalam memberikan rasa memiliki kepada individu melalui keanggotaan dalam kelompok keagamaan dan sosial.

Kedua, Perkembangan dalam Psikologi Modern (Abad ke-20). Menurut Abraham Maslow (1943) dalam teori Hierarchy of Needs menempatkan "belongingness" sebagai salah satu kebutuhan psikologis dasar setelah kebutuhan fisiologis dan keamanan. Manusia membutuhkan hubungan sosial agar bisa berkembang secara emosional. Sementara menurut Erik Erikson (1950-an) dalam teori perkembangan psikososialnya menekankan pentingnya identitas dan keterikatan sosial dalam membangun rasa diri yang sehat. Dan menurut Baumeister & Leary (1995) dalam penelitian mereka The Need to Belong mengajukan teori bahwa kebutuhan untuk memiliki hubungan sosial adalah kebutuhan dasar manusia, sama pentingnya dengan kebutuhan makan dan tidur.

Ketiga, Sense of  Belonging dalam konteks modern. Dalam organisasi dan dunia kerja, bahwa konsep sense of belonging mulai diterapkan dalam dunia kerja, di mana lingkungan kerja yang inklusif dan suportif dapat meningkatkan kepuasan kerja serta produktivitas karyawan. Sementara dalam dunia pendidikan para ahli seperti Carol Goodenow dan Jean Phinney meneliti bagaimana rasa memiliki dalam lingkungan pendidikan dapat meningkatkan keterlibatan dan prestasi siswa. Dan di dalam komunitas digital dan globalisasi dikatakan bahwa era internet dan media sosial memungkinkan orang untuk membangun rasa memiliki dalam komunitas virtual, meskipun tidak berada dalam satu lokasi fisik.

Mengapa Sense of Belonging  penting?. Ada beberapa asumsi terkait hal ini yang coba penulis ringkas sebagai berikut yaitu untuk  mengurangi kesepian & stres (merasa diterima membantu mengatasi perasaan terisolasi). Untuk meningkatkan kepercayaan diri (berupa dukungan dari lingkungan untuk memperkuat harga diri). Dan untuk meningkatkan motivasi & produktivitas (yaitu ketika merasa memiliki tempat, seseorang cenderung lebih aktif dan berkontribusi. Serta untuk membangun ketahanan mental (berupa rasa kebersamaan membantu menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik).

Adapun beberapa cara membangun sense of belonging tersebut yaitu, dengan pertama, membangun hubungan yang tulus, yaitu dengarkan, hargai, dan dukung orang lain dengan tulus maka hal yang sama akan terbentuk kepada diri kita dari mata orang lain. Kedua, ciptakan lingkungan yang inklusif. Dengan  menerima akan perbedaan dan buat ruang yang aman bagi semua orang. Ketiga, temukan komunitas yang sesuai, yaitu bergabunglah dengan kelompok yang memiliki nilai atau minat yang sama, dari hal tersebut kita akan merasa bahwa kita tidak bergerak secara sendiri. Keempat, terlibat dalam aktivitas sosial, dengan melakukan partisipasi aktif dalam komunitas membantu merasa lebih terhubung.

Begitu juga dengan profesi pustakawan yang memang merupakan profesi yang hampir tidak lumrah dan awam di mata masyarakat luas, maka dari itu Sebagai pustakawan, rasa memiliki (sense of belonging) sangat penting untuk meningkatkan kepuasan kerja, keterlibatan, dan efektivitas dalam melayani pengguna perpustakaan. Sense of belonging ini bisa hadir dalam berbagai aspek, seperti di lingkungan kerja, komunitas profesi, dan interaksi dengan pengguna perpustakaan.

Manfaat Sense of Belonging  bagi Pustakawan

Rasa memiliki (sense of belonging) sangat penting bagi pustakawan karena dapat meningkatkan kesejahteraan, motivasi, dan efektivitas kerja. Berikut adalah beberapa manfaat utama : pertama, meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja. Yaitu Pustakawan yang merasa menjadi bagian dari komunitas kerja lebih termotivasi dalam menjalankan tugasnya. Dan meningkatkan semangat dalam memberikan layanan terbaik kepada pengguna perpustakaan.

Kedua, meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional. Untuk mengurangi stres dan rasa kesepian, terutama jika bekerja di lingkungan yang mendukung, dan meningkatkan rasa percaya diri karena merasa dihargai dan diterima.

Ketiga, mendorong kolaborasi dan inovasi. Yaitu dengan sense of belonging yang kuat, pustakawan lebih terbuka untuk bekerja sama dengan rekan kerja, akademisi, dan komunitas, akan meningkatkan kreativitas dalam mengembangkan layanan dan program perpustakaan.

Keempat, meningkatkan hubungan dengan pengguna. Pustakawan yang merasa memiliki peran penting dalam komunitas akan lebih aktif dalam membangun hubungan baik dengan pengguna perpustakaan, dan Memberikan layanan yang lebih ramah, responsif, dan inklusif kepada masyarakat.

Kelima, meningkatkan profesionalisme dan pengembangan diri. Mendorong pustakawan untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan mereka, dan membantu dalam membangun jaringan profesional melalui seminar, pelatihan, dan organisasi pustakawan.

Ketika pustakawan merasa memiliki sense of belonging yang kuat, mereka lebih bahagia, produktif, dan siap menghadapi tantangan dalam profesinya. Dengan memiliki sense of belonging yang kuat, seorang pustakawan akan merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk memberikan layanan terbaik bagi komunitasnya,  Untuk menciptakan sense of belonging itu sendiri sebisa mungkin sebagai seorang Pustakawan melakukan hal-hal seperti berikut ini.

Berpartisipasi dalam komunitas profesi, yaitu bergabung dengan asosiasi pustakawan, seminar, dan forum diskusi untuk membangun jaringan, dan akan terlibat dalam proyek kolaboratif dengan pustakawan lain. Menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dengan saling mendukung antar-rekan kerja dan berbagi pengalaman, serta berkontribusi dalam pengambilan keputusan di perpustakaan. Meningkatkan interaksi dengan pengguna, untuk membangun hubungan baik dengan mahasiswa, peneliti, atau masyarakat yang menggunakan layanan perpustakaan, dan menyediakan layanan yang ramah dan proaktif untuk meningkatkan keterlibatan pengguna. Mengembangkan diri secara profesional. dengan terus belajar dan meningkatkan keterampilan agar lebih percaya diri dalam berkontribusi, dan berbagi pengetahuan dengan rekan kerja atau komunitas pustakawan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sense of Belonging

Sense of belonging tidak muncul begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang membentuk perasaan keterikatan seseorang terhadap suatu kelompok atau lingkungan. Semakin banyak faktor ini terpenuhi, semakin kuat rasa belonging seseorang terhadap komunitas atau organisasi tertentu. Berikut adalah beberapa faktor utama:

  1. 1. Lingkungan Sosial dan Dukungan. Adanya dukungan emosional dari teman, rekan kerja, atau komunitas. Interaksi positif yang menciptakan rasa diterima dan dihargai. Kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan bersama.
  2. 2. Identitas dan Kesamaan Nilai. Kesamaan visi, misi, atau nilai-nilai budaya dalam kelompok. Adanya kesamaan minat, tujuan, atau latar belakang yang memperkuat keterikatan. Rasa memiliki identitas yang diakui dalam komunitas.
  3. 3. Inklusivitas dan Penerimaan. Adanya kesetaraan dalam perlakuan, tanpa diskriminasi. Lingkungan yang terbuka terhadap perbedaan dan menghargai kontribusi setiap individu. Kebijakan organisasi yang mendukung keberagaman dan partisipasi aktif.
  4. 4. Partisipasi dan Kontribusi. Kesempatan untuk berperan aktif dan memberikan kontribusi nyata. Mendapatkan pengakuan atas usaha dan pencapaian dalam komunitas atau tempat kerja. Rasa memiliki tanggung jawab dan keterlibatan dalam keputusan bersama.
  5. 5. Komunikasi yang Efektif. Adanya komunikasi yang terbuka dan transparan dalam komunitas. Kemudahan dalam mengekspresikan pendapat dan didengar oleh anggota lain. Feedback yang membangun dan apresiasi terhadap ide-ide yang diberikan.
  6. 6. Keamanan dan Kenyamanan Emosional. Lingkungan yang memberikan rasa aman secara psikologis, tanpa rasa takut dihakimi. Hubungan yang saling menghormati dan mendukung satu sama lain. Adanya ruang untuk berkembang dan belajar tanpa tekanan negatif.

Sense of belonging telah berkembang dari pemikiran awal tentang keterikatan sosial hingga menjadi topik penting dalam psikologi, pendidikan, dan dunia kerja. Dalam berbagai konteks, memiliki rasa keterikatan dengan suatu kelompok atau komunitas sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan emosional, motivasi, dan perkembangan individu.

Memiliki sense of belonging terhadap profesi sangat penting karena memberikan dampak positif bagi kesejahteraan individu, produktivitas, dan kualitas kerja. Ketika seseorang merasa menjadi bagian dari profesinya, mereka akan lebih termotivasi, berkomitmen, dan mampu menghadapi tantangan dengan lebih baik.

Bagi seorang profesional, termasuk pustakawan, sense of belonging dapat meningkatkan kepuasan kerja, membangun hubungan yang lebih kuat dengan rekan dan komunitas, serta mendorong inovasi dan pengembangan diri. Faktor-faktor seperti lingkungan kerja yang suportif, nilai-nilai bersama, partisipasi aktif, dan komunikasi yang efektif sangat berperan dalam membentuk rasa keterikatan ini.

Pada akhirnya, sense of belonging terhadap profesi tidak hanya memberikan manfaat bagi individu, tetapi juga bagi organisasi dan komunitas yang mereka layani. Dengan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan mendukung, setiap profesional dapat merasa lebih dihargai dan memberikan kontribusi terbaiknya. Jadi Bagaimana apakah anda sudah memiliki sense of belonging sendiri?

*Pustakawan BBPVP Serang


Share this Post