Ada Apa Dengan Minat Baca Bangsa Kita…?
Sumber Gambar :Oleh: Ai Bida Adidah*
Bagi sebagian orang membaca adalah kegiatan yang menyenangkan, seperti Mantan Presiden B.J Habiebi dalam sebuah wawancara beliau mengatakan membaca baginya adalah rekrasi. Karena dengan membaca imajinasi kita diajak terbang melanglang buana mengitari cakrawala ilmu yang maha luas dan tak terbatas. Untuk bisa mengarungi lautan ilmu tentu saja melalui membaca buku. “Buku adalah jendelanya ilmu dan membaca adalah kunci untuk membukanya”. Begitu kira kira ungkapan yang sering kita dengar tentang begitu pentingnya membaca.
Sejarah telah mencatat bahwa perkembangan ilmu pengetahuan yang di mulai dari Yunani dan dikembangkan di negar-negara Islam melalui proses penerjemahan buku-buku berbahasa Yunani. Seperti diterjemaahkannya buku filsafatnya Plato, Aristoteles dan lain lain ke dalam Bahasa arab, maka proses penerjemahan buku in adalah awal dari transfer Ilmu pengetahuan, kita tau bahwa sarjana-sarjana Islam bukan hanya menterjemahkan buku, tapi juga mengembangkannya menjadi ilmu baru sehingga, terciptalah kemajuan-kemajuan di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Maka tidak heran jika tercatat dalam Sejarah Universitas Islam di Spanyol, menjadi kiblat belajar orang dari seluruh dunia untuk belajar berbagai bidang disiplin Ilmu pengetahuan. dari mulai ilmu kedokteran, ilmu astronomi, ilmu filsafat dan lain lain. Begitu juga sebaliknya ketika kekuasaan Islam di Spanyol mulai meredup dan buku-buku hasil karya sarjana-sarjana Iislam di terjemahkan kedalam Bahasa Inggris dan Prancis maka Cahaya ilmu pengetahuan pun beralih dari kekuasaan Islam ke Eropa. Jelas sudah bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki kebiasaan dan minat baca yang baik.
Mengapa membaca itu penting?
Membaca adalah salahsatu kegiatan yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia dari sejak ribuan tahun yang lalu. Ternyata tradisi membaca tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk mempetoleh informasi tetapi juga sebagai cara untuk menjaga dan meneruskan warisan budaya serta pengetahuan dari generasi ke generasi. Dalam konteks masyarakat modern yang semakin dipenuhi dengan teknologi dan informasi yang instan, penting bagi kita untuk memahami dan menghargai tradisi membaca sebagai pondasi dalam pengembangan diri dan Masyarakat. Salah satu aspek penting dari membaca adalah kemampuannya untuk membuka wawasan, melalui buku, artikel, dan berbagai bentuk bacaan lainnya. Membaca dapat menjelejahi berbagai ide, pemikiran dan perspektif yang mungkin tidak kita temui dalam kehidupan sehari hari. Membaca, memungkinkan individu untuk memahami konteks Sejarah, budaya dan sosial yang berbeda, sehingga memperkaya pengetahuan dan empati terhadap orang lain. Dalam dunia yang semakin terhubung ini kemampuan untuk memahami dan menghargai perbedaan ada;ah kunci untuk menciptakan masyarakat yang harmonis.
Selain itu tradisi membaca juga berperan penting dalam pengembangan keterampilan. Berfikir kritis. Ketika seseorang membaca mereka tidak hanya sedang menyerap informasi tetapi juga diajak untuk menganalisis, mengevaluasi dan menginterpretasi apa yang mereka baca. proses ini melatih otak untuk berfikir secara logis dan kritis yang sangat diperlukan dalam menghadapi berbagai tantangan di era informasi saat ini. Dengan kemampuan berfikir kritis yang baik individu dapat mempunyai keputusan yang lebih bijaksana dan bertanggung jawab.
Disisi lain tradisi membaca juga membawa dampak positif terhadap perkembangan bahasa dan komunikasi. Membaca secara teratur dapat meningkatkan, kosa kata dan kemempuan menulis seseorang. Hal ini sangat penting terutama bagi pelajar yang akan menjadi penerus bangsa. Dengan kemampuan bahasa yang baik, mereka mampu mengekspresikan ide dan pendapat, serta berkonstribusi dalam diskusi yang konstrukrif di masyarakat.
Meskipun manfaat membaca sangat jelas, tantangan dalam mempertahankan tradisi ini semakin besar.di era digital seperti sekarang, banyak orang lebih memilih untuk mengakses informasi melalui media sosial atau platform online lainnya yang menawarkan konten singkat dan cepat. Hal ini dapat mengurangi minat untuk membaca buku atau arrikel yang lebih mendalam. Oleh karena itu penting bagi kita untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan mendorong kebiasaan membaca, baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat.
Banyak cara untuk menghidupkan kembali tradisi membaca adalah dengan mengadakan program literasi seperti klub buku, diskusi literasi, atau festisal membaca. Kegiatan seperti ini tidak hanya dapat merningkatkan minat baca tetapi juga menciptakan komunitas yang saling mendukung dalam upaya memperluas pengetahuan, selain itu orang tua dan pendidik juga memiliki peran penting dalam menanamkan kecintaan membaca sejak dini. Dengan memberikan akses buku yang menarik dan relevan, kita dapat membangun fondasi yang kuat untuk kebiasaan membaca yang bertahan seumur hidup.
Apakah Kita Bangsa Pembaca?
Untuk menjawab pertanyaan ini tentu saja kita tidak bisa sembarangan menjawab diperlukan data valid yang bisa dipertanggung jawabkan. Kita coba angkat beberapa data hasil penelitian yang telah dilakukan tentang bagaimana perbandingan intensitas membaca bangsa kita dibandingkan dengan bangsa lain.
Khusus untuk pelajar menurut data dari UNESCO, minat baca di Indonesia hanya mencapai sekitar 37,5% pada tahun 2021. Angka ini menunjukkan bahwa hanya sedikit pelajar yang memiliki kebiasaan membaca yang baik. Sebagai perbandingan, di Jepang, minat baca pelajar mencapai sekitar 80%. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan dalam kebiasaan membaca antara kedua negara.
Sebuah organisasi benama OEOD (Organization for Economic Co-operation and Development) merilis laporan PISA (Program for International Student Assesment) pada tahun 2019 menyebutkan jika Indonesia ada di peringkat ke-62 dari 70 negara yang diteliti berdasarkan peringkat Literasi. Jika mengikuti Standar UNESCO mestinya stiap individu minimal membaca 3 buku pertahunnya. Orang Indonesia termasuk pelajar didalamnya hanya membaca 0,09 buku pertahun.
Begitu juga dengan survei yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada tahun 2022 menunjukkan bahwa hanya 20% pelajar di Indonesia yang membaca buku secara rutin, sementara 60% lebih memilih untuk menghabiskan waktu di media sosial atau menonton video. Ini menunjukkan bahwa minat baca tidak hanya rendah, tetapi juga teralihkan oleh bentuk hiburan lain yang lebih mudah.
Minat baca pelajar Indonesia berada di posisi ketiga di ASEAN, dengan rata-rata membaca 5,91 buku per tahun, setara dengan 129 jam. Sementara itu, negara-negara lain di ASEAN menunjukkan minat baca yang lebih tinggi.
Tidak ada salahnya coba kita cari tahu negara manakah yang masyarakatnya paling banyak membaca buku di dunia ini. Ternyata posisi pertama di tempati oleh Finlandia. Pemerintah Finlandia mengkampanyekan membaca bukan hanya sekedar gaya hidup tapi sudah jadi budaya. Sistem pendidikan di Finlandia mewajibkan murid untuk membaca buku setiap minggunya. Yang menarik tidak ada alih suara atau dubber dalam program TV berbahasa asing. Pemerintah Finlandia memilih untuk meletakkan subtitle dalam program TV berbahasa asing itu agar masyarakat terutama anak anak terbiasa untuk membaca cepat dan tepat.
Yang kedua Belanda, Negara ini penduduknya terutama pelajarnya sejak dini sudah diwajibkan untuk membaca buku sebelum pelajaran dimulai, begitu juga sesudah usai pelajaran mereka diwajibkan untuk membaca buku. Sehingga kebiasaan ini dibawa sampai mereka dewasa. Yang ketiga Swedia, jika kita berkunjung ke negeri ini akan ditemui perpustakaan yang letaknya di pusat pusat keramaian atau ditempat yang mudah diakses dan ternyata perpustakaan di negeri ini selalu ramai dipenuhi pengunjung.
Perbandingan Minat Baca Pelajar di ASEAN
Negara |
Jumlah buku yang dibaca pertahun |
Jumlah jam membaca pertahun |
Indonesia |
5,91 |
129 |
Singapura |
11,5 |
250 |
Thailand |
8,5 |
180 |
Malaysia |
7,2 |
150 |
Filipina |
6,0 |
140 |
- Indonesia: Rata-rata membaca 5,91 buku per tahun menunjukkan bahwa minat baca pelajar Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN.
- Singapura: Dengan rata-rata 11,5 buku per tahun, menunjukkan komitmen yang kuat terhadap budaya membaca di kalangan pelajarnya.
- Thailand dan Malaysia: Kedua negara ini juga menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia, dengan Thailand mencapai 8,5 buku dan Malaysia 7,2 buku per tahun.
Penyebab Rendahnya Minat Baca
Jika bangsa kita adalah bangsa yang paling malas membaca buku tentu saja ada akar masalah yang menjadi penyebabnya. Penulis mencoba membaca dari berbagai sumber memang ada beberapa faktor penyebabnya. Diantaranya adalah :
faktor geografis. Negara kita adalah negara kepulauan, masyarakat kita banyak yang tinggal di daerah yang belun terhubung oleh akses jalan, sehingga sulit untuk bisa menemukan buku karena biasanya buku di jual atau disediakan oleh perpustakaan ditempat tempat keramaian yang sudah terhubung oleh jalan raya.
Kedua, faktor ekonomi. Dimana daya beli masyarakat akan meningkat seiring dengan pendapatan yang mereka terima. Hal ini berhubungan dengan pendapatan perkapita pertahun bangsa kita dibawah negara negara Asean lainnya, tentu Ini akan berhubungan langsung dengan kemampuan daya beli masyarakat terhadap buku.
Ketiga, faktor Budaya Membaca: Budaya membaca di masyarakat Indonesia belum terbentuk dengan baik. Banyak orang tua yang tidak memberikan contoh yang baik dalam hal membaca, sehingga anak-anak tidak terbiasa dengan kegiatan ini. Ditambah lagi sistem pendidikan yang berorientasi pada Ujian: Sistem pendidikan di Indonesia sering kali lebih fokus pada pencapaian nilai ujian daripada pengembangan minat dan bakat siswa. Hal ini membuat siswa kurang termotivasi untuk membaca di luar kurikulum yang ditetapkan. Maka masih banyak anak didik hanya akan membaca buku jika menjelang ujian, karena dalam benak mereka bagaimana bisa mengisi soal yang diujikan, bukan bagaimana mereka memenuhi rasa haus akan ilmu pengetahuan.
Keempat, faktor kemajuan teknologi. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, banyak pelajar yang lebih tertarik pada konten digital seperti video dan game daripada membaca buku. Media sosial juga menjadi salah satu penyebab utama yang mengalihkan perhatian mereka dari membaca.
Apa solusinya?
Untuk mengatasi masalah rendahnya minat baca di kalangan masyarakat dan pelajar Indonesia, kiranya beberapa langkah dapat diambil: Reformasi Sistem Pendidikan: Kurikulum pendidikan perlu diubah agar lebih menekankan pada pengembangan minat dan bakat siswa, bukan hanya pada pencapaian nilai ujian. Pengajaran yang lebih interaktif dan berbasis proyek dapat meningkatkan minat siswa untuk membaca. Penulis sangat mengapresisasi ide Menteri Pendidikan yang mengusulkan sistem pendekatan pembelajaran yang deep learning (pembelajaran yang menekankan pemahaman mendalam, berpikir kritis, dan pembelajaran yang menyenangkan).
Dengan model pembelajaran seperti ini diharapkan siswa memahami secara mendalam apa yang menjadi objek kajiannya. Jadi tidak hanya tahu tapi memahami, esensi yang dikandungnya. Pemerintah juga dituntut untuk meningkatkan aksesibilitas buku dengan membangun lebih banyak perpustakaan yang bisa diakses oleh semua golongan, tentu saja dibarengi dengan mencetak banyak buku yang disesuaikan dengan perkembangan usia, minat dan bakat pembaca dari berbagai golongan dan usia. Untuk merealisasikan keinginan ini, pemerintah bisa melakukan kerjasama dengan penerbit dan penulis agar harga, tema dan jumlah buku bisa disediakan sesuai kebutuhan. Berikutnya pemerintah juga bisa mengkampanyekan program Literasi Nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kemempuan membaca dan menulis masyarakat, terutama di daerah-daerah terpencil.
Dengan usaha usaha tersebut diharapkan minat baca masyarakat dan pelajar bisa tumbuh dengan baik. Semoga.
*Peminat Masalah Sosial