Anak Berkebutuhan Informasi

Sumber Gambar :

Anak Berkebutuhan Informasi

Oleh Asep Awaludin*

Perkembangan teknologi informasi pada saat ini tidak bisa terelakan, siapapun akan menerimanya secara langsung maupun tidak langsung. Coba kita perhatikan dalam kehidupan dilingkungan kita. Di rumah kita. Betapa anak-anak kita yang masih duduk di bangku PAUD/TK atau SD sudah menikmati perkembangan teknologi informasi dengan seksama. Terkadang, sadar atau tidak orang tua sudah memberikan “menu” yang sebenarnya belum boleh diberikan kepada anak-anaknya.

Agar anak-anak tidak rewel, tidak mengganggu aktivitas orang tuanya, agar anaknya “anteng” atau agar anak-anaknya sama dengan anak lainya, maka orang tua memberikan sebuah gawai sebagai permainannya. Tanpa orang tua memberikan bimbingan dan arahan apa sebenarnya dampak yang ditimbulkan dari pemberian gawai pada anak-anaknya.

Pada dasarnya, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tidak dapat dihindari lagi karena sudah menjadi hal yang sangat wajar dan menjadikannya sebagai tantangan agar bisa dilakukan. Kita harus bijak dalam penggunaannya dan mampu memfilter mana yang baik dan mana yang buruk dari munculnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut.

Bimbingan atau pendidikan yang dilakukan orang tua di rumah sangat berpengaruh pada perkembangan anak selanjutnya. Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam meletakan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap, perilaku dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semuanya itu secara sadar atau tidak sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal demikian disebabkan karena anak mengidentifikasikan perilaku orang tuanya sebelum mengidentifikasikan dengan orang lain.

Dengan demikian peran orang tua di rumah sangat kental pengaruhnya bagi perkembangan pengetahuan anaknya. Semua perbuatan dan perlakuan akan direkam oleh anak dan jika perlakuan orang tua itu baik, maka akan berpengaruh baik juga bagi perkembangan anak selanjutnya. Tetapi jika pengaruh yang diterapkan buruk, tentu akan mempengaruhi perkembangan perilaku anak selanjutnya pula.

Manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Dalam keadaan seperti ini manusia akan mudah menerima kebaikan atau keburukan, karena pada dasarnya manusia berpotensi untuk menerima kebaikan atau keburukan. Manusia memiliki kesempatan kesempatan yang sama untuk membentuk akhlaknya, apakah dengan pembiasaan yang dilakukan sejak kecil akan membawa kegemaran dan kebiasaan yang menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupannya.

Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa “anak adalah amanah orang tuanya, hatinya yang bersih adalah permata berharga nan murni, yang kosong dari setiap tulisan dan gambar. Hati itu siap menerima setiap tulisan dan cenderung pada setiap yang ia inginkan. Oleh karena itu, jika dibiasakan mengerjakan yang baik, lalu tumbuh di atas kebaikan itu maka bahagialah ia di dunia dan akhirat, orang tuanya pun mendapat pahala bersama.”

 

Kebutuhan Informasi

Tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan informasi saat ini sangat deras dan perlu perilaku bijak dari kita untuk mensikapinya. Informasi yang berkembang dapat mempengaruhi dan mengubah tatanan sosial yang ada di masyarakat, karena informasi tersebut dapat pula mengubah perilaku individu yang ada di masyarakat.

Hamidah Sulaiman dkk (2020) mengatakan bahwa kemajuan teknologi berdampak positif terhadap tumbuh-kembangnya informasi anak dan remaja diantaranya :

1.       Internet sebagai media komunikasi. Tanpa dibatasi ruang dan waktu, internet menjadi alat komunikasi bagi siapa saja diseluruh dunia. Dampaknya adalah terbukanya kesempatan dan peluang untuk terhubung dengan berbagai kalangan sosial, sumber informasi, ide, gagasan sebagai pengembang potensi diri.

2.      Internet sebagai media pertukaran data. Kita dapat melakkan pertukaran data melalui internet, pertukaran data tersebut akan berakibat positif dan diarahkan pada informasi yang lebih baik, seperti informasi beasiswa yang dimanfaatkan untuk mengembangkan pendidikan masa depan remaja.

3.   Sebagai media untuk mempermudah proses pembelajaran. Informasi ini memuat hasil penelitian, uji coba formula baru, dan lain sebagainya sebagai penunjang proses pendidikan, termasuk penunjang penyelesaian tugas pembelajaran.

4.      Kemudahan untuk bertransaksi dan berbisnis. Tak dapat dipungkiri bahwa terdapat pergeseran gaya hidup dalam masyarakat. Tak terkecuali dalam dunia bisnis dan perdagangan yang kesemuanya kini serba mudah, seolah dunia dalam genggaman.

5.       Internet sebagai media hiburan. Fasilitas yang tersedia sangat beragam, namun kita harus bijak pula dalam penggunaan internet sebagai media hiburan. Tergantung kita bagaimana memfilternya.

Banyak sekali hal-hal positif dari perkembangan media informasi dan teknologi. Hal ini dikembalikan lagi kepada kita bagaimana memanfaatkannya agar hal ini memiliki nilai bagi kehidupan kita selanjutnya. Meskipun dampak positif dari teknologi informasi tersebut tak dapat disangkal, namun terdapat pula dampak negatifnya.

Dampak-dampak negatif tersebut misalnya, individu menjadi malas untuk bersosialisasi secara fisik dengan individu lainnya. Kemudian akan muncul pula penipuan dan kejahatan cyber karena salah dalam menggunakan kemudahan dan kecanggihan teknologi informasi. Selain itu akan memungkinkan timbulnya cyber bullying yang semakin marak terjadi di media sosial. Selain itu tidak sedikit konten-konten negative yang tidak bisa diatasi oleh pihak yang berwenang, yang kesemuanya mengakibatkan hal yang negatif bagi perkembangan psikologi anak.

Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, diharapkan anak-anak kita mampu belajar dan memanfaatkannya untuk kebutuhan informasi semata. Agar mereka menjadi seseorang yang mampu memanfaatkan perkembangan tersebut kearah yang positif dan agar tidak diperbudak oleh teknologi yang ada. Oleh karena itu perlu adanya peran dari orang tua, guru dan masyarakat untuk dapat membimbing dan mengontrol penggunaan media internet, dan menanamkan nilai-nilai moral yang diharapkan dapat meredam dampak buruk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga apa yang mereka lakukan adalah semata untuk memenuhi kebutuhan informasi dan memanfaatkan untuk kehidupan pada masa yang akan datang.

 

Bimbingan Orang Tua

Orang tua memiliki peran penting dalam memperkenalkan anak pada pengetahuan, kebudayaan masyarakat dan kehidupan sosial, dan membimbingnya menuju jalan yang benar. Benar menurut aturan agama dan aturan sosial kemasyarakatan. Sebelum menerima dari sumber yang lain, anak akan menerima ide dari orang tuanya karena ia mudah percaya dan senang meniru. Pembangunan kepribadian dan rohaninya akan terus mengalami penyempurnaan sejalan dengan waktu melalui berbagai media dan pembelajaran dari lingkugannya.

Beberapa strategi membimbing anak, sebagaimana disebutkan Ija Suntana (2015) diantaranya adalah :

1.     Membuka jalan. Dalam memberikan bimbingan ini, orang tua memikul tanggung jawab besar karena ia akan mengarahkan pikiran, perilaku, harapan, cita-cita, serta aspek-aspek moral dan sosial. Dengan membuka jalan kearah ini dirapkan anak dapat memiliki tanggung jawab penuh pada diri dan lingkungannya.

2.    Kecermatan dalam membimbing. Perilaku anak sangat berkaitan dengan keahlian dan tingkat kecerdasan pembimbing. Jadi hal ini berkaitan erat dengan pengetahuan yang dimiliki orang tua. Kepandaian orang tua akan tercermin dalam memilih langkah-langkah yang sejalan dengan pertumbuhan anak. Orang tua akan memahami kebutuhan anak pada setiap fasenya, dimana orang tua menebarkan benih-benih pendidikan yang baik pada dirinya.

3.      Masa diterimanya pembimbingan. Upaya berfikir pada anak dimulai pada tahun ketiga usianya. Pada usia ini akan muncul berbagai pertanyaan dan menciptakan dunia khusus baginya. Pada fase ini anak juga mampu menguraikan dan membedakan beberapa hal dan ia hanya meniru, sehingga orang tua harus benar-benar dalam mengarahkan bimbingannya.

4.    Jenis-jenis bimbingan. Anak akan merasa bingung terhadap pendapat dan bimbingan disekitarnya, dan ia juga memiliki berbagai keinginan dan kecenderungan. Maka dengan demikian orang tua harus mengarahkan bimbingannya pada pemikiran, kebudayaan, kemasyarakatan, akhlak dan agama.

Melalui bimbingan yang dilakukan oleh orang tua, anak akan mengerti mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus dilakukan dan mana yang dilarang. Sehingga pada akhirnya anak bisa menerima pengetahuan yang diberikan orang tuanya dan akan bermanfaat pada kehidupannya.

Bimbingan yang dilakukan orang tua bisa dilakukan dengan berbagai cara, tanpa harus membebani pemikiran anak itu sendiri. Misalnya melalui metode tanya jawab, dengan ini pengetahuan bisa diperoleh secara tidak langsung. Selain itu anak di dorong untuk mencari tahu apa yang menjadi pertanyaannya, bisa dilakukan atau diarahkan melalui berbagai cara semisal membaca buku-buku yang disediakan atau dari sumber-sumber tertentu yang tentunya dipilihkan oleh orang tua itu sendiri, sehingga akan tumbuh cara mereka berfikir dan mengemukakan pendapatnya, walaupun masih sangat sederhana.

 

Bimbingan Guru

Meskipun sekolah merupakan tempat mencari ilmu, baik melalui lisan maupun tulisan, belum tentu murid mencarinya di dalam buku, atau melakukan kegiatan membaca untuk menimba ilmu. Kebiasaan guru menjelaskan dan murid mendengarkan sudah lama menjadi sitem dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah. Tradisi semacam ini harus dihilangkan dan tradisi baca-tulis perlu dikembangkan

Dengan membangun suasana yang menyenangkan dan melakukan aktvitas bersama dalam kegiatan baca tulis, siswa akan tertarik dengan sendirinya dan tanpa paksaan. Mereka akan mengubah gaya hidup masing-masing menjadi gaya hidup yang berakar pada tradisi baca tulis. Jika sekolah belum menyadari pentingnya tradisi tersebut bagi kehidupan, semua gerakan meningkatkan budaya literasi akan sia-sia dan hanya muncul sebagai sebuah utopia.

Melvin L. Silberman (2019) mengatakan bahwa mengajarkan bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi kedalam benak siswa. Belajar memelukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.

Dengan demikian peran guru dalam membimbing dan mengarahkan siswa dalam menerima pengetahuan di sekolah adalah sebagai mentor. Keterlibatan guru tidak lebih dari seorang mentor. Sehingga siswa diberikan kebebasan yang tinggi dalam memperoleh informasi.

Lebih jauh Silberman mengatakan bahwa apa yang terjadi ketika guru menjejali siswa dengan pemikiran mereka sendiri (betapapun meyakinkan dan tertatanya pemikiran mereka) atau ketika guru terlalu sering menggunakan penjelasan dan pemeragaan (demonstrasi) yang disertai ungkapan. Menuangkan fakta dan konsep kedalam benak siswa dan menunjukan keterampilan dan prosedur dengan cara yang kelewat menguasai justru akan mengganggu proses belajar. Cara menyajikan informasi akan menimbulkan kesan langsung di dalam otak, namun tanpa memori fotografis, siswa tidak akan mendapatkan banyak hal baik dalam waktu lama maupun sebentar.

Dengan demikian, guru hanya memiliki peran dalam membimbing dan mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi dan mengolahnya dalam pemikiran kemudian dituangkan dalam sebuah tulisan. Siswa dalam hal ini juga diberikan ruang untuk mendiskusikan, mengajukan pertanyaan, mempraktikan dan bahkan mengajarkannya kepada siswa yang lain.

Informasi-informasi yang peroleh dari berbagai sumber akan menjadi modal pengetahuan yang selanjutnya akan menjadi bahan untuk melakukan diskusi atau membuat tulisan lain, sehingga proses belajar aktif dari siswa akan berlangsung dan mereka mampu menabung kata-kata untuk membuat kalimat dan opini yang tersimpan lekat dalam otaknya.

Sejalan dengan hal tersebut Nenny Mahyudin (2019) yang mengutip pendapat  De Decce dan Grawford mengatakan bahwa ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik. Pertama, mengarahkan anak didik. Guru harus memelihara minat anak didik dalam belajar, yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek ke aspek lain pelajaran dalam situasi belajar. Discovery learning atau metode sumbang saran (brainstorming) memberikan kebebasan ini untuk meningkatkan gairah anak didik, guru harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai disposisi awal setiap anak didiknya.

Kedua, memberikan harapan realistis. Guru harus memelihara harapan-harapan anak didiknya yang realistis dan memodifikasi harapan yang kurang atau tidak realistis. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap anak didiknya.

Ketiga, memberikan insentif. Bila anak didik mengalami keberhasilan, maka guru memberikan hadiah berupa pujian, angka yang baik dan sebagainya, sehingga anak terdorong untuk melakukan upaya yang lebih lanjut.

Keempat, mengarahkan anak didik. Mengarahkan perilaku anak didik adalah tugas guru. Caranya dengan memberikan hukuman yang mendidik, menegur dengan sikap lembut dan dengan perkataan yang ramah dan baik. Kegiatan ini seperti pujian verbal, membangkitkan rasa ingin tahu dan hasrat eksploratif, merangsang hasrat, dan menerapkan konsep dalam konteks yang unik dan luar biasa agar anak didik terlibat dalam belajar.

Dengan demikian, kita sebagai orang tua berharap bahwa kelak apa yang sudah diajarkan melalui pembelajaran di rumah, sekolah dan lingkungan masyarakat, dapat dipraktikan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Dan pengetahuan yang diperoleh dapat bermanfaat bagi kehidupannya dan masyarakatnya.

 

*Pemustaka

 

 

Sumber Tulisan :

1.        Hamidah Sulaiman (dkk). 2020. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya.

2.        Ija Suntana. 2015. Etika Pendidikan Anak. Bandung : Pustaka Setia.

3.        Melvin L. Silberman. 2019. Active Learning : 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung : Nuansa Cendikia.

4.        Nenny Mahyudin. 2019. Emosional Anak Usia Dini. Jakarta : Prenada.


Share this Post