BookTok: Tren Literasi Digital yang Membawa Generasi Muda Finlandia Kembali ke Buku

Sumber Gambar :

Resha Hidayatullah *

Pendahuluan

Finlandia, yang menduduki peringkat pertama literasi dunia pada 2016 menurut data WMLN, mencapai prestasi ini bukan karena keberuntungan, melainkan berkat akses luas masyarakatnya terhadap ilmu pengetahuan, terutama melalui membaca. Pada 2021, negara ini memiliki 738 perpustakaan yang terdiri dari perpustakaan umum dan universitas, serta 140 perpustakaan keliling yang mempermudah akses buku bagi masyarakat. Dukungan pemerintah terhadap fasilitas ini berkontribusi pada tingginya budaya membaca di Finlandia.

Namun dibalik kesuksesan Finlandia dalam meningkatkan upaya literasi warga negaranya, tidak serta merta berhenti melakukan upaya dan inovasi terhadap peningkatan literasi masyarakat. Kesadaran itu tidak lagi dalam kerangkeng kebijakan, namun lahir dari kemauan pribadi dari seorang warga negara Finlandia. Di Finlandia pengaruh kemajuan teknologi tidak mengurangi minat baca seseorang, dimana fenomena ini justru dijadikan sebuah kesempatan untuk berinovasi dalam meningkatkan kreativitas dan literasi warga negaranya. Fenomena yang terjadi itu sering disebut sebagai fenomena Book Tok atau sering disebut komunitas pecinta buku di beranda TikTok.

Ada 3 TikTokers atau selebriti TikTok yang berasal dari Finlandia sebagai kreator yang aktif mengunggah kegiatan hariannya dengan buku. Yang pertama ada dua bersaudara Emmi dan Inka sebagai influencer dengan lebih dari 1000 pengikut yang telah menjangkau ratusan ribu views di TikTok. Dimana mereka membuat konten review dan rekomendasi bacaan-bacaan terbaik dari suatu buku yang pernah mereka baca. Yang kedua ada Emilie Isabelle dengan 539 pengikut berhasil mendapatkan likes sebanyak 15 ribu untuk konten review buku hariannya. Dia merupakan pengguna pemula yang telah mencapai lebih dari 2000 pengikut sebagai seorang BookTok. Selain itu, dia juga seorang penulis buku romance. Dimana dia menjadikan TikTok sebagai platform untuk mempromosikan karyanya kepada publik. Hal ini terbukti dan berdampak signifikan melihat jumlah pengikut dan penggemarnya mencapai ribuan orang.

Di era digital, literasi mencakup tidak hanya kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga keterampilan dalam memahami, menganalisis, dan memanfaatkan informasi dari berbagai platform digital. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Media Literacy Education 2021, literasi digital menjadi aspek penting dalam menghadapi derasnya arus informasi yang sering kali sulit dibedakan antara fakta dan opini. TikTok, sebagai salah satu platform media sosial, memiliki peran besar dalam mendukung hal ini melalui konten audio-visual yang dapat diakses oleh berbagai kalangan. Dengan memanfaatkan algoritma berbasis minat pengguna, komunitas seperti BookTok berhasil mendorong minat baca, memperluas akses terhadap bahan bacaan, dan membangun budaya literasi, terutama di kalangan generasi muda yang sangat akrab dengan teknologi digital. 

TikTok, sebagai platform yang berbasis komunitas, memberikan ruang bagi penggunanya untuk berbagi rekomendasi buku, tips membaca, hingga diskusi literasi secara kreatif dan menarik. Dalam Penelitian (Digital Education Review, 2020) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis media sosial dapat meningkatkan partisipasi dan keterlibatan dalam literasi. Melalui video singkat yang menggabungkan elemen visual, narasi, dan musik, TikTok mampu menghubungkan aspek hiburan dengan edukasi. Salah satu komunitas nya, BookTok, tidak hanya berhasil meningkatkan minat baca dan penjualan buku secara global, tetapi juga menciptakan ruang diskusi literasi yang interaktif. Dengan demikian, TikTok mendukung pengembangan literasi tradisional sekaligus membekali masyarakat dengan keterampilan literasi digital yang relevan di era modern.

Melihat fenomena menarik ini, penulis merasa perlu menyusun sebuah artikel ilmiah berbentuk opini untuk mendalami dan mengkaji fenomena BookTok di Finlandia. Komunitas ini terbukti mampu memberikan dampak positif dalam meningkatkan minat baca di kalangan anak muda. Penulis berharap, artikel ini dapat menjadi inspirasi atau gagasan bagi para pegiat literasi serta pihak-pihak terkait untuk merancang program unggulan yang mendukung peningkatan budaya membaca, khususnya di kalangan generasi muda di Indonesia, termasuk di Provinsi Banten.

Pengertian BookTok dan Fenomena BookTok di Finlandia

BookTok merupakan subkomunitas di TikTok yang berfokus pada konten buku dan sastra. Dalam konten tersebut, kreator berbagi video pendek tentang buku yang mereka sukai, termasuk ulasan dan rekomendasi. Sebetulnya fenomena ini ada sejak 2020 yang menjadi bagian dari fenomena integral dalam pengembangan literasi internasional.

Salah satu figur terkenal dalam membuat konten-konten kreatif tentang booktok adalah Cait Jacob seorang bangsawan Amerika Serikat yang gemar membuat konten-konten review buku dan rekomendasi buku yang mempengaruhi hidupnya. Di Finladia sendiri 3 konten kreator yang disebutkan diatas merupakan konten kreator yang memiliki banyak followers. Bahkan satu diantaranya merupakan seorang penulis buku.

salah satu contoh konten yang menarik dari konten BookTok yaitu konten seorang Cait Jacob yang mereview buku bacaan anak yang di kombinasi kan dengan ejaan alat bantu voice over AI. Konten ini mendapat 500 ribu lebih like dari penontonnya. Tentu dengan engagement (interaksi) yang tinggi tentu fenomena ini menunjukan tingkat ketertarikan yang luar biasa di kalangan komunitas nya.

Karakteristik konten ini sebagian besar video BookTok menggabungkan teks lisan, teks tertulis, musik, dan emoji. Pemirsa dapat berinteraksi dengan video ini melalui tombol suka, membagikan video, atau meninggalkan komentar. Hingga pertengahan 2024, video yang dibuat menggunakan aplikasi TikTok dapat berdurasi hingga 60 detik, sementara video yang di anggah langsung dari perangkat dapat berdurasi hingga 3 menit. Dalam analisis awal konten video pendek dengan tagar #BookTok yang dilakukan pada Agustus 2020, Merge (2021) menemukan bahwa hampir setengah dari 116 video dalam jenisnya adalah video rekomendasi, di mana pengguna memberikan tips buku spesifik kepada audiens mereka. Dan menurut Maddox sendiri dalam penelitiannya menyatakan bahwa genre konten ini memiliki peminat yang tinggi.

Fenomena BookTok di Finlandia

Fenomena BookTok di Finlandia telah merebak di kalangan anak muda. Dengan adanya fenomena ini literasi membaca warga Finlandia terselamatkan. Dimana sebelumnya, tingkat literasi warga Finlandia sempat menurun. Mengutip data PISA di tahun 2018 Finlandia pernah mengalami degradasi penurunan motivasi membaca, meskipun sebelumnya tercatat sebagai negara dengan peringkat pertama literasi membaca terbaik.

Sama dengan negara-negara lain, dampak globalisasi dan canggihnya teknologi berbasis smartphone sangat berdampak terhadap efek penurunan tingkat literasi anak muda di negara Finlandia. Namun, dengan asas fundamental yang kuat, masyarakat memanfaatkan trend BookTok ini sebagai salah satu fenomena yang positif dalam membangun komunitas membaca. Dengan membuat konten tentang buku, mereka bisa saling berbagi dan berdiskusi tentang buku yang mereka baca.

Dalam skala global melalui penelitian yang di lakukan di Inggris menemukan bahwa BookTok atau Influencer buku memiliki pengaruh besar terhadap preferensi bacaan audiens. Sebanyak 55 persen responden menyatakan bahwa mereka menggunakan TikTok sebagai sumber rekomendasi buku. Selain itu, 68 persen responden menyebutkan bahwa BookTok telah memotivasi mereka untuk membaca buku tertentu, sementara 38 persen lainnya mengaku memberikan saran bacaan kepada keluarga dan teman berdasarkan rekomendasi dari BookTok.

Selain itu, Finlandia merasakan dampak dari BookTok ini membuat para penulis lokal mengikuti arus trend tersebut. Sehingga buku-buku yang ia tulis bisa disebarluaskan secara masif dan efisien berdasarkan tren pasar. Buku-buku fiksi dan self-improvement menjadi wish list (daftar keinginan) tertinggi di kalangan para pengguna akun TikTok. Dalam wawancaranya di salah satu media digital Kristen McLean Direktur Eksekutif NPD Bookscan mengungkapkan bahwa selama pandemi, BookTok terbukti menjadi salah satu faktor utama yang mendorong peningkatan penjualan buku. Mc Clean menjelaskan bahwa TikTok telah mengalami transformasi, dari sekadar trend baru menjadi pilar yang signifikan dalam pasar buku.

Ketertarikan anak muda dalam membaca melalui Konten Kreatif

Dalam algoritma TikTok, konten dengan jumlah followers bisa mendapatkan retensi penonton yang tinggi. Sehingga mudah bagi pengguna baru untuk menyampaikan informasi terhadap khalayak ramai di dunia maya. Konten hiburan atau konten yang mengundang tingkat emosional yang tinggi bagi penonton memiliki retensi yang lebih baik ketimbang konten edukasi. Disini lah para kreator BookTok memanfaatkan fenomena tersebut untuk menyampaikan kontennya berdasarkan buku yang pernah ia baca dapat menarik perhatian pengguna lain untuk ikut membaca.

Kombinasi antara hiburan dan konten emosional yang dikemas dengan kreativitas kreator mampu mempengaruhi penonton untuk membaca buku yang kreator rekomendasikan. Selain itu, komunitas BookTok yang memiliki hobi yang sama bisa lebih banyak mendapatkan partner dalam diskusi pemikiran mereka, ketika seorang kreator yang tergabung dalam komunitas tersebut pernah membaca buku yang sama.

Salah satu alasan utama mengapa BookTok begitu memikat adalah gaya komunikasinya yang santai dan personal. Ketika seseorang membahas sebuah buku di BookTok, mereka tidak hanya memberikan sinopsis atau ulasan biasa, melainkan berbagi pengalaman pribadi, emosi yang dirasakan, bahkan menggambarkan karakter dalam buku seolah sedang bertemu teman lama. Hal ini menarik minat anak muda, yang mungkin sebelumnya menganggap membaca sebagai aktivitas membosankan atau kuno, karena adanya aspek sosial yang terbangun. Membaca menjadi lebih dari sekadar kegiatan individu, melainkan pengalaman kolektif yang mempertemukan orang-orang dengan minat serupa.

BookTok berhasil membuat sejumlah genre tertentu menjadi viral, seperti romansa remaja atau Young Adult (YA), fiksi ilmiah, hingga kisah misteri dengan plot twist (perubahan alur cerita) yang mengejutkan. Buku-buku seperti It Ends with Us karya Colleen Hoover dan The Song of Achilles karya Madeline Miller, yang sebelumnya lebih dikenal di kalangan pembaca setia, kini menjadi populer di kalangan anak muda berkat pengaruh TikTok. Di Indonesia, novel-novel lokal seperti karya Selena dan Garis Waktu juga ikut meraih perhatian besar dan ramai dibicarakan.

Dampak Positif Serta Tantangan Terhadap Fenomena BookTok

Dengan adanya fenomena BookTok ini tingkat literasi di negara Finlandia bisa sedikitnya terselamatkan. Selain itu basis literasi yang kuat membuat masyarakat tidak mudah untuk tergiring oleh dampak globalisasi akibat arus trend entertainment yang mengarah pada hal yang negatif. Justru kesempatan itu dijadikan sebuah peluang bagi mereka untuk membangun komunitas membaca yang baru dan memperluas jangkauan pengaruh terhadap minat membaca.

Dari komunitas tersebut semakin banyak yang ikut berkontribusi dan bahkan menarik perhatian seseorang terhadap suatu buku bacaan. Algoritma TikTok yang mudah tersebar luas di Platformnya akan semakin memudahkan si penulis buku dalam menyebarkan pesan yang dia tulis dalam buku tersebut. Sehingga ini akan menjadi daya tarik untuk seseorang dalam menulis sebuah buku. Dinamika seperti ini dapat mendorong penulis lokal untuk berkembang lebih pesat dalam kancah global. Sehingga trend BookTok juga bisa menjadi salah satu perantara dalam menyebarluaskan karya kreatif si penulis dalam bukunya.

Akan tetapi trend BookTok tidak sebegitu tinggi peminatnya dibanding entertainment dan hiburan lain, sehingga kemungkinan untuk menarik perhatian seseorang secara emosional mendalam akan sulit di dapat. Hal ini akan berpengaruh pula terhadap proses algoritma platform tersebut. Apalagi baru-baru ini TikTok lebih mengedepankan orisinalitas konten dan konten video pendek ketimbang hanya kata-kata dalam foto yang ditambah musik. Perlu ada ekstra berfikir bagi kreator BookTok untuk bersaing dengan konten entertainment lain.

Di sisi lain, fenomena BookTok juga akan berdampak pada popularitas dan eksistensi perpustakaan menetap. Dimana orang-orang bisa lebih menikmati BookTok daripada perpustakaan tersebut. Ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi perpustakaan-perpustakaan yang ada di universitas dan perpustakaan nasional negara. Selain itu, sulit bagi kita menyingkapi suatu pesan dalam 60 detik untuk menangkap isi buku tersebut, sehingga bisa jadi hal ini dimanfaatkan oleh kaum opportunism untuk memanfaatkan pemasaran buku yang berlebih. Hal ini akan berdampak kepada si pembaca, ketika dia membaca buku tersebut tidak sesuai dengan ekspektasinya.

Motivasi dalam Meningkatkan Literasi Generasi Muda Indonesia

Tantangan Indonesia jauh lebih besar dalam meningkatkan literasi anak mudanya. Dimana sejauh ini kita belum mampu meningkatkan literasi kita secara signifikan. Fenomena BookTok di Finlandia menjadi salah satu contoh yang bisa di tiru oleh komunitas buku atau komunitas literasi dalam memberikan dampak positif bagi masyarakat untuk memulai langkah kecil mencintai buku dan gemar membaca.

Indonesia memiliki kesempatan besar, dimana pengguna TikTok terbesar dan terbanyak juga diraih oleh negara kita. Itu artinya tingkat konsumsi warga negara kita terhadap platform TikTok sangat tinggi. kesempatan ini bisa dimanfaatkan oleh influencer terkenal di kalangan entertainment memberikan dampak positif dalam mengajak masyarakat untuk mulai suka membaca.

Jika Finlandia sudah memiliki basis yang kuat dalam literasi membaca, Indonesia harus bisa membuat sebuah narasi yang lebih kuat untuk membangun generasi yang lebih suka membaca. Sehingga itu bisa menjadi modal bagi para pemula untuk mencontoh para influencer yang sudah terkenal dalam hal membaca buku.

Komunitas literasi bisa melakukan kontrak kerjasama dengan influencer dalam membuat konten tentang buku. Memperbanyak konten tentang ulasan buku bisa menjadi salah satu langkah utama untuk memantik generasi muda saat ini yang terkenal fomo. Berbeda dengan Finlandia dikenal sebagai negara dengan tingkat literasi yang tinggi berkat budaya membaca yang kuat dan kebijakan pendidikan yang mendukung. Fenomena BookTok, yang menggunakan media sosial untuk mempromosikan buku, memiliki potensi besar untuk diterapkan di Indonesia. Dengan komunitas pembaca yang aktif, mirip dengan upaya Finlandia dalam mendorong diskusi literasi melalui perpustakaan, BookTok dapat menjadi alat efektif untuk menjadikan membaca sebagai bagian dari gaya hidup. menunjukkan bahwa kegiatan membaca berbasis komunitas dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, BookTok bisa menjadi sarana kreatif untuk menghidupkan kembali budaya membaca di kalangan generasi muda.

BookTok telah berhasil mempopulerkan berbagai genre buku dan menciptakan komunitas pembaca yang antusias, terutama di kalangan anak muda. Indonesia dapat belajar dari Finlandia dengan memperkuat kerja sama antara pemerintah, sekolah, dan kreator BookTok untuk memperluas akses literasi, misalnya melalui distribusi buku murah atau promosi berbasis media sosial. Mari jadikan BookTok sebagai gerakan literasi digital untuk mendorong generasi muda lebih gemar membaca. Langkah sederhana, seperti membagikan ulasan buku favorit di TikTok atau mengikuti tantangan membaca bersama komunitas, bisa menjadi awal perubahan besar. Literasi bukan hanya soal kemampuan membaca, tetapi juga kunci untuk masa depan yang lebih baik.

*Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Daftar Pustaka


Share this Post