Cerdas Finansial Sejak SD : Pentingnya Edukasi Literasi Keuangan pada Anak Usia Dini

Sumber Gambar :

 oleh  Resha Hidayatullah*

Pendahuluan

Di tengah dinamika ekonomi masa kini, memberikan edukasi literasi keuangan sejak usia dini merupakan langkah penting yang tak bisa diabaikan. Anak-anak yang berada di jenjang sekolah dasar sedang berada dalam fase pembentukan karakter serta pola pikir, termasuk dalam memahami arti dan fungsi uang. Literasi keuangan tidak sebatas mengajarkan menabung, tetapi juga melibatkan keterampilan mengelola keuangan, menyusun rencana, hingga membuat keputusan finansial yang tepat. Ketika pemahaman ini ditanamkan sejak SD, anak akan memiliki bekal yang kuat dalam menghadapi tantangan ekonomi di masa depan. Artikel ini akan membahas urgensi pengenalan literasi keuangan kepada anak-anak usia sekolah dasar serta strategi efektif dalam penerapan nya, baik di lingkungan keluarga maupun institusi pendidikan.

Literasi keuangan tidak hanya untuk orang dewasa saja, bahkan penanaman literasi keuangan hendaknya sudah diajarkan sejak dini. Namun, jika penulis melihat fenomena sosial hari ini rasanya orang dewasa pun belum sampai pada angka 50% paham tentang literasi keuangan. Hal ini tergambarkan melalui hasil survei OJK pada tahun 2013 bahwa 21,845 masyarakat Indonesia yang benar-benar paham mengenai Lembaga Jasa keuangan (LJK) (Selvi, 2018). Dan dalam kategori spesifik menunjukan bahwa 28% pelajar atau mahasiswa yang memiliki literasi keuangan dengan baik dengan tingkat utilitas nya sebesar 44% (Kamil, I., D. Anggraini, 2023).

Dalam penelitian Kamil dan kawan-kawan disebutkan juga bahwa Mandel & Klien menemukan, jika masyarakat lokal Indonesia tidak mampu untuk mengelola keuangan dengan baik, dan fenomena ini akan berdampak negatif bagi perekonomian suatu negara. Selain itu, mereka juga menyebut bahwa Indonesia menjadi salah satu negara uang jarang memberikan pendidikan keuangan pada murid-muridnya (Kamil, I., D. Anggraini, 2023).

Ini adalah fakta negatif yang harus diterima oleh kita, dan kenyataannya memang literasi keuangan bagi siswa atau pelajar Indonesia sangatlah tabu. Selain itu, literasi keuangan tidak ada dalam kurikulum pendidikan formal. Kita hanya diajarkan untuk menabung sejak Taman Kanak-Kanak (TK). Sedangkan literasi keuangan tidak hanya soal menabung. Banyak orang tua masih menganggap pembahasan keuangan di depan anak sebagai hal tabu, sehingga anak tidak memperoleh pemahaman dasar tentang pengelolaan keuangan sejak dini (Ranem & Dewi, 2024).

Mengapa pendidikan literasi ini sangat penting di tanamkan sejak dini? Tidak lain dan tidak bukan karena perkembangan zaman yang semakin kompleks. Dan itu akan dihadapi oleh anak-anak kita kelak. Maraknya perkembangan berbagai aplikasi pinjaman online, metode pembayaran pay later di beberapa ecommerce yang sangat mudah di akses oleh seluruh masyarakat yang telah memiliki smartphone.

Nah, disini penulis akan menjabarkan beberapa pemahaman dasar tentang literasi keuangan dan studi kasus beserta praktik untuk memberikan edukasi literasi keuangan kepada anak. Dimana, Menurut Chen dan Volpe, literasi keuangan merupakan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola keuangan pribadi, termasuk pemahaman tentang tabungan, asuransi, dan investasi.

Literasi finansial perlu ditanamkan sejak anak berada di jenjang sekolah dasar agar mereka mampu mengelola keuangan secara tepat dan bermanfaat. Ketika anak memahami dan menerapkan literasi keuangan dengan baik, hal tersebut akan berdampak positif pada berbagai aspek kehidupannya di masa depan (Meidiyustiani, 2023).

Pendidikan keuangan bagi anak bukan sekadar mengenalkan uang, melainkan membentuk kemampuan mengatur pengeluaran melalui pemahaman akan perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Dalam jurnal (Ariyani, A.D., R.N. Fajri, N. Hidayah, n.d.) menjelaskan bahwa pengenalan literasi keuangan pada anak merupakan langkah terencana untuk mengembangkan keterampilan dasar dalam memahami konsep keuangan yang berguna di kemudian hari. Selain itu, anak juga dilatih agar mampu memahami aktivitas ekonomi dan transaksi keuangan, serta dibiasakan mengelola pengeluaran dengan bijak (Khayisatuzahro & Bakir, 2021)

Kajian Teoritis Edukasi Literasi Keuangan Anak

Yang pertama kita harus memahami terlebih dahulu tentang prinsip dasar pendidikan literasi. Hal ini dapat membantu kita memberikan praktik dan pola pembelajaran yang tepat bagi anak. Literasi adalah proses yang melibatkan berbagai aspek penting dalam komunikasi dan pemahaman makna. Dalam kegiatan literasi, penulis atau pembicara menyampaikan pandangannya terhadap dunia melalui pengalaman dan ide-ide, lalu pembaca atau pendengar menafsirkan kembali pesan tersebut sesuai dengan pengetahuan dan sudut pandang mereka.

Proses ini tidak bersifat satu arah, melainkan menuntut interaksi dan kerja sama antara kedua pihak untuk mencapai pemahaman yang sama. Di samping itu, literasi juga mengikuti aturan atau kesepakatan budaya yang terus berkembang dan menyesuaikan dengan kebutuhan individu dalam penggunaan bahasa, baik lisan maupun tulisan.

Lebih jauh, literasi tidak hanya mengandalkan kemampuan bahasa, tetapi juga pemahaman terhadap konteks budaya, kemampuan berpikir kritis, serta refleksi diri. Literasi beroperasi dalam sistem nilai, kebiasaan, dan kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga seseorang bisa disalahpahami jika berada di luar budaya tertentu. Dalam memahami teks, seseorang perlu membayangkan hubungan antar unsur bahasa dan kaitannya dengan kehidupan nyata, yang merupakan bentuk pemecahan masalah.

Literasi juga mendorong seseorang untuk mengevaluasi kembali apa yang dikatakan dan bagaimana cara menyampaikannya. Dengan demikian, literasi mencakup lebih dari sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga pemahaman menyeluruh tentang cara bahasa digunakan untuk membangun makna dan komunikasi yang bermakna (Hasanah, 2020).

Setelah kita memahami batasan pada pemahaman edukasi literasi, selanjutnya kita harus memahami tentang literasi keuangan dan dimensi apa saja yang harus kita tanamkan pada anak. Pertama-tama marilah kita pahami apa itu literasi keuangan. Pendidikan literasi keuangan perlu diberikan sejak dini karena berperan penting dalam membentuk pemahaman individu tentang pengelolaan keuangan. Menurut Rapih (2016), literasi keuangan merupakan pemahaman yang menyeluruh mengenai pengelolaan keuangan pribadi maupun keluarga, yang memberikan kemampuan, kepercayaan diri, dan kendali dalam mengambil keputusan keuangan. Sementara itu, Novieningtyas (2018) menyatakan bahwa literasi keuangan mencakup kemampuan membaca, menganalisis, mengelola, dan mengomunikasikan kondisi keuangan yang berdampak langsung pada kesejahteraan individu (Ranem & Dewi, 2024).

Adapun dimensi keuangan mencakup pengetahuan umum tentang keuangan. Di dalamnya ada mencakup pembahasan tentang mengatur pengeluaran dan pemasukan. Selanjutnya ada pembahasan tabungan dan pinjaman. Tidak selesai disitu dimensi literasi keuangan juga mencakup asuransi dan investasi.

Agar pencapaian edukasi literasi tercapai dan terencana, tentunya kita perlu memiliki indikator penilaian dan gambaran besar sebagai tolak ukur dalam membuat silabus edukasi literasi keuangan. Adapun indikator keuangan itu adalah sebagai berikut; 1) Financial Knowledge, 2) Financial Attitudes, 3) Financial Behavior.

Kesimpulan dan Cara Memberikan Edukasi Literasi Keuangan Pada Anak Usia Sekolah Dasar

Berdasarkan uraian sebelumnya, literasi keuangan untuk anak-anak sekolah dasar dapat disampaikan melalui berbagai cara yang menarik dan edukatif. Beberapa metode yang dapat diterapkan antara lain sosialisasi tentang pentingnya literasi keuangan, penyampaian materi lewat cerita (storytelling), simulasi kegiatan menabung, permainan yang mendidik, serta kunjungan edukatif ke Museum Bank Indonesia. Tujuan dari pendekatan ini adalah agar anak-anak dapat memahami konsep dasar keuangan, seperti nilai uang, cara mengelola keuangan, dan pentingnya menabung sejak dini secara mudah dan menyenangkan.

Selain pendekatan pembelajaran, memberikan uang saku kepada anak juga merupakan sarana untuk melatih keterampilan mengatur keuangan. Dengan uang saku, anak dapat belajar bertanggung jawab dalam membelanjakan uangnya, membuat perencanaan keuangan sederhana, serta menyisihkan sebagian untuk ditabung. Peran orang tua dan guru sangat penting dalam memberikan arahan dan contoh agar anak mampu membedakan kebutuhan dan keinginan serta membentuk kebiasaan finansial yang baik.

Dampak dari edukasi literasi keuangan ini dapat dilihat dari perubahan perilaku anak dalam hal keuangan, terutama dalam membiasakan diri untuk menabung. Anak yang sudah mendapatkan pemahaman tentang literasi keuangan cenderung lebih sadar dalam mengatur uang sakunya untuk tujuan tertentu, seperti membeli barang keinginan atau menyiarkannya untuk keperluan mendatang. Kebiasaan ini menunjukkan bahwa edukasi literasi keuangan berkontribusi dalam membentuk pola pikir dan sikap yang bijak terhadap keuangan sejak dini.

*Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Daftar Rujukan

  1. 1. Ariyani, A.D., R.N. Fajri, N. Hidayah, U. D. S. (n.d.). Kecakapan Literasi Keuangan Pada Anak Usia Sekolah Dasar sebagai Upaya Pembentukan Karakter Cerdas Mengelola Uang.
  2. 2. Hasanah, U. H. & M. S. (2020). Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar. Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian Dan Pengembangan Dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.
  3. 3, Kamil, I., D. Anggraini, & H. P. (2023). Edukasi Finansial Melalui K Drama (Korean Drama) Populer. ABDI MOESTOPO (Jurnal Pengabdian Masyarakat).
  4. 4. Khayisatuzahro & Bakir. (2021). Inovasi Pengenalan Literasi Keuangan Sejak Dini Melalui Media Pembelajaran Diorama. Jurnal Pengabdian Masyarakat Manage, 7277.
  5. 5. Ranem, N., & Dewi, P. C. P. (2024). Edukasi Literasi Keuangan Sejak Dini pada Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Manajemen Dan Ekonomi, 2(1), 41. https://www.jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/jme
  6. Selvi. (2018). Literasi Keuangan Masyarakat. Ideas Publishing.

Share this Post