Kenapa Harus Membaca Nyaring?

Sumber Gambar :

Oleh  Ai Bida Adidah Shofa*

Perlu kita ketahui bahwa Hari Membaca Nyaring Sedunia di peringati setiap Hari Rabu Minggu Pertama Bulan Februari. Dan tentu saja setiap tahunnya akan berbeda tanggal peringatannya. Sejarahnya, seperti dilansir situs Days of The Year dan National Today, Hari Membaca Nyaring Sedunia diprakarsai oleh LitWorld, sebuah organisasi yang didedikasikan untuk membawa literasi ke seluruh dunia. Pada tahun 2010, LitWorld menciptakan Hari Baca Nyaring Sedunia yang pertama untuk mempromosikan suara dan narasi yang beragam di seluruh dunia untuk menyatakan “kegembiraan dan kekuatan membaca dan berbagi cerita dan memperluas definisi dan cakupan literasi global”. (https://news.detik.com/berita).

Sebetulnya jika kita menelusuri pengalaman 30 atau 40 tahun kebelakang, bahwa kebiasaan membacakan nyaring sudah dilakukan oleh orang tua kita ketika mereka memperkenalkan bacaan atau kosa kata kepada anak-anaknya. Hal ini dilakukan juga oleh para guru SD kelas satu dan dua, yang membacakan buku cerita di depan kelas karena situasi saat itu bahan bacaan sangat terbatas.

Namun sekarang, dengan kondisi bahan bacaan yang relatif tersedia, masih banyak orang tua yang memiliki balita mengatakan bahwa mengajari anaknya membaca di rumah mengalami banyak kesulitan, padahal dia belum melakukan apapun untuk mengajari ataupun mengembangkan anaknya untuk membaca. Apa yang terjadi kemudian? Mereka (para orang tua tersebut) langsung menyerahkan pengajaran anaknya kepada orang lain. Padahal, jika saja para orang tua mau meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan anaknya untuk membaca, akan terjadi ikatan emosional antara orang tua dan anak, dan hal ini akan berdampak positif terhadap perkembangan mental anak itu sendiri.

Membangun keterampilan membaca pada anak memang tidak bisa dilakukan secara singkat, perlu waktu dan bimbingan yang lebih intens serta memahami psikologi anak itu sendiri. Mengajari anak dalam mengenal sesuatu yang baru memerlukan ketelatenan, karena konsentrasi yang dimiliki anak biasanya tidak lebih dari lima menit. Proses pengajaran itu sendiri harus dilakukan dalam situasi santai dan tidak terlalu memaksakan target kapan anak harus memahami materi yang diberikan.

Kemampuan membaca merupakan bagian dari empat keterampilan berbahasa yang lain, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Agar orang mampu memahami ucapan orang lain, ia harus menguasai bahasa yang diucapkan. Agar orang mampu memahami sebuah teks bacaan, ia harus menguasai bahasa yang ada dalam naskah atau teks tersebut. Jika tidak, ucapan atau teks tersebut akan menjadi tak bermakna. Sederhananya, bagaimana mungkin seseorang mengerti tulisan dalam bahasa Inggris bila ia tak menguasai bahasa Inggris. Bagaimana mungkin seseorang mengerti isi berita dalam koran berbahasa jepang bila ia tak menguasai bahasa Jepang. (Nurhadi: 2018).

Membaca nyaring diartikan sebagai membaca dengan keras atau membaca dengan suara lantang. Metode ini diperkenalkan oleh Jim Trelese dalam bukunya The Read Aloud Handbook. Membaca nyaring adalah metode mengajarkan membaca yang paling  efektif untuk anak-anak karena dengan metode ini kita bisa mengkondisikan otak anak untuk mengasosiasikan membaca sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan.  Juga menciptakan pengetahuan yang menjadi dasar bagi si anak, membangun koleksi kata/kosakata (vocabulary), dan memberikan cara membaca yang baik (reading role model). Dalam bukunya, Trelease menyampaikan tentang sebuah penelitian yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Amerika, yang menemukan fakta bahwa satu-satunya kegiatan terpenting guna membangun pengetahuan yang dibutuhkan untuk sukses membaca adalah dengan membacakan nyaring pada anak-anak. Dengan membacakan buku secara nyaring pada anak yang belum bisa membaca, kita mengirimkan informasi melalui telinga anak yang akan menjadi pondasi dalam otak anak. Jadi ketika dia nanti bisa membaca sendiri dia memahami kata-kata yang nampak oleh matanya. Jikalau anak hanya diajarkan mengeja saja, tidak heran banyak anak yang hanya bisa membaca kata yang nampak di depan matanya, tetapi tidak mengerti isi bacaannya. 

Adapun manfaat penggunaan metode membaca nyaring ini bagi anak adalah  antara lain dapat membangun keterampilan literasi  melalui pengenalan bunyi, intonasi, kemampuan mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Membaca nyaring juga membantu anak menambah kosa kata, terutama kosa kata bahasa buku yang dipergunakan untuk membaca. Kedekatan orang tua dengan anak juga bisa dicapai karena anak terbiasa dengan suara orang tua dan terdapat ‘skin to skin contact’ ketika membacakan cerita, serta terdapat juga kedekatan dengan buku. Orang tua yang membacakan cerita kepada anak juga langsung menjadi contoh membaca bagi anaknya. (https://www.kemdikbud.go.id/read-aloud-metode-membacakan-buku-untuk-anak-anak).

Membaca nyaring dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja. Bisa di rumah ketika hendak tidur, atau diluar rumah ketika dalam perjalanan berkendara, atau di waktu-waktu senggang lainnya. Yang perlu diperhatikan adalah frekuensi dan konsistensi. Rutinitas merupakan kunci keberhasilan dari metode membaca nyaring ini. Sehingga kegiatan ini mampu membangun keterampilan leterasi melalui pengenalan bunyi, intonasi, kemampuan mendengar, berbicara, menambah kosa kata, membaca dan menulis.

Meskipun membaca nyaring termasuk metode membaca yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan membaca nyaring kepada anak. Diantaranya :

  1. Pilihlah buku bacaan yang bermutu dengan tema dan judul yang menarik. Memilih tema dan judul memang harus cermat dan disesuaikan dengan audiens yang akan menjadi peserta membaca nyaring
  2. Kuasai isi cerita buku yang akan dibacakan. Untuk membawakan cerita, kita memang harus membaca isi buku tersebut terlebih dahulu. Akan lebih komplit apabila kita juga membaca cerita lain yang berhubungan, untuk mengantisipasi timbulnya beberapa pertanyaan.
  3. Kondisikan audiens agar siap menyimak dengan ice breaking atau sapaan. Kondisi emosi audiens sangat beragam. Untuk memberikan konsentrasi seragam, maka perlu dikondisikan terlebih dahulu agar pikiran audiens fokus pada materi yang akan disampaikan
  4. Buku selalu dihadapkan kearah audiens dan tidak ditekuk, gambar dan tulisan agar terbaca. Sehingga audiens ikut mengamati dan konsentrasi jalannya cerita.
  5. Tanyakan kepada audiens, perkiraan mereka tentang isi buku, sebagai kesimpulan awal tentang isi cerita.
  6. Awali membaca nyaring dengan membacakan judul, pengarang, dan penerbit
  7. Bacalah buku, sampaikan isi cerita dengan intonasi, tanda baca, jeda dan nada yang sesuai.
  8. Akhiri dengan menggali tentang apa yang audiens dengar dan simak dari buku yang telah dibacakan. Bila perlu ditunjuk seseorang untuk menceritakan kembali apa yang telah dibacakan.  (https://lpmpdki.kemdikbud.go.id/ membangun-budaya-literasi-dengan-membaca-nyaring)

 

Membaca dan Komunikasi Emosi

Membaca nyaring merupakan kegiatan membaca dengan suara, lafal dan intonasi yang tepat. Membaca nyaring juga bisa dijadikan teknik bercerita untuk membangun hubungan antara yang bercerita dengan pendengarnya. Ini akan bisa lebih efektif jika orang tua melakukan pembiasaan kegiatan membaca nyaring kepada anaknya di rumah. Sehingga akan terjadi hubungan emosional antara orang tua dengan anak.

Emosi merupakan bentuk komunikasi, dimana anak akan mengekspresikan emosi dengan menunjukan perubahan pada ekspresi wajah dan perubahan tubuhnya. Anak juga akan mengomunikasikan perasaannya pada orang lain dan berusaha menginterpretasikan perasaan orang lain terhadap dirinya.

Beberapa fungsi emosi bagi perkembangan komunikasi anak sebagaimana diungkap Nenny Mahyuddin (2019), diantaranya adalah :

  1. Mempengaruhi perkembangan kemampuan berbicara, bahasa, dan keserdasan. Kemampuan komunikasi merupakan kunci utama anak dapat bergaul sengan sesamanya. Sebagai mahluk sosial tentu kemunikasi ini tidak dapat dilepaskan begitusaja, agar satu sama lain saling memahami dan mengerti sehingga terjalin interaksi dan hubungan yang harmonis.
  2. Mengembangkan perkembangan kemampuan bergaul dan mandiri. Kemampuan seseorang untuk mandiri diperoleh dari seiring bertambah usianya dan dimana ia melakukan interaksi sosial, maka ia akan memetik berbagai  pengalaman untuk perbaikan karakter pribadinya.
  3. Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari. Luapan emosi seperti kegembiraan, ketakutan atau kecemasan akan memberikan pengalaman tersendiri dalam rangka memperluas wawasannya.
  4. Emosi sebagai bentuk komunikasi. Perubahan mimik wajah, bahasa tubuh, suara dan sebagainya merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyatakan perasaaan dan pikiran.
  5. Emosi mempengaruhi interaksi sosial. Kematangan emosi anak mempengaruhi cara anak berinteraksi dengan lingkungannya. Di lain pihak emosi juga mengajarkan kepada anak cara berprilaku sehingga sesuai dengan ukuran dan tuntutan lingkungan sosial.

Dengan demikian hubungan antara membaca dengan kekuatan komunikasi sangat erat hubungannya. Karena dengan membaca ia akan memiliki kosa kata yang banyak sebagai bahan komunikasi dengan orang lain. Interaksi komunikasi bisa dilaksanakan dengan kata-kata atau ucapan, dan bisa dilakukan juga dengan ekspresi melalui bahasa tubuh sebagai bentuk komunikasi yang lain.

Ketertarikan seseorang terhadap kebiasaan membaca ditentukan oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah bagaimana pembiasaan itu dilakukan sejak dini. Peran orang tua dirumah, para guru di sekolah atau para pegiat literasi yang ada di masyarakat akan memberikan warna tersendiri bagi perkembangan minat dan kebiasaan membaca. Diperlukan pula kegiatan yang masif yang digagas oleh lembaga-lembaga yang memiliki komitmen yang kuat untuk menumbuh-kembangkan kegiatan membaca sejak dini.

*Peminat masalah sosial

Bahan Bacaan :

  1. Nenny Mahyuddin (2019). Emosional Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana.
  2. Nurhadi (2018). Strategi meningkatkan Daya Baca. Jakarta : Bumi Aksara
  3. https://news.detik.com/berita
  4. (https://www.kemdikbud.go.id/read-aloud-metode-membacakan-buku-untuk-anak-anak
  5. (https://lpmpdki.kemdikbud.go.id/membangun-budaya-literasi-dengan-membaca-nyaring)

Share this Post