K.H. M. ASYIK BENDUNG SERANG : Guru Tarekat Dan Tokoh Perang Sabil Banten Geger Cilegon 1305 H/1888 M
Sumber Gambar :Oleh. Ratu Nizma Oman
"”Wahai orang-orang mukmin, kembalilah kepada nilai-nilai Islam yang suci dan bersih; selalu memegang teguh dan membela kebenaran, enyahkanlah kebatilan dan kemungkaran; serta berjihadlah melawan kaum penjajah kafir yang menindas orang-orang beriman" (K.H.M. Asyik, Guru Tarekat)
Guru Tarekat
Kyai Haji Mohammad Asyik (K.H.M. Asyik) adalah salah seorang Kyai dari desa Bendung – Serang Banten yang ikut serta memberontak melawan penjajah Belanda bersama K.H. Wasid, tokoh dan ulama dari kota Cilegon yang memimpin perlawanan melawan penjajah Belanda pada tahun 1305 H/1888 M. Peristiwa itu terkenal dengan sebutan “GEGER CILEGON”. Yaitu satu peristiwa pemberontakan yang berawal dari daerah Cilegon kemudian diikuti oleh Gerakan yang sama di Serang dan tempat-tempat lainnya.
K.H.M. Asyik adalah putera pertama dari KH. Abdul Karim, ulama kharismatik yang disebut sebagai Kyai Agung/Waliyullah. Ayahnya, Syeikh Abdul Karim adalah seorang guru Tarekat Qadariyah – Naqsabandiyah dan mempunyai banyak pengikut yang luas. Melalui ilmu dan amalan tarekatnya itu, beliau menyadarkan santri-santrinya tentang nilai-nilai Islam yang suci lagi bersih; selalu memegang teguh dan membela kebenaran, mengenyahkan kebatilan dan kemungkaran; serta membangun semangat Jihad melawan kaum penjajah yang kafir. Dari pengajarannya ayahandanya, beliau pun melanjutkan tugasnya sebagai guru tarekat.
Sementara itu pemerintah Kolonial Belanda dan pengalamannya memerintah di Indonesia, menyatakan bahwa dimana ada kelompok penganut ilmu tarekat hampir selalu terjadi pemberontakan atau pembangkangan terhadap pemerintah (Lihat Bernstein : Ilmu Tarekat di Indonesia). Bernstein menyatakan bahwa dalam ilmu tarekat itu sendiri tidak terdapat Pelajaran yang mengajarkan kekerasan, sehingga tidak bisa diterangkan bahwa ilmu tarekat itulah yang mengajarkan pemberontakan. Namun demikian banyak bukti menyatakan bahwa dimana ada penganut tarekat hampir selalu ada pemberontakan atau pembangkangan terhadap pemerintah Kolonial. Dari segi ilmiah hanya dapat diterangkan, bahwa perguruan tarekat itu dipergunakan oleh mereka (yang mau berontak) sebagai alat komunikasi dan pembinaan yang efektif. Sebab penganut tarekat itu sangat anti penjajahan dan menghargai kemerdekaan adalah hak setiap bangsa.
Perang Sabil Geger Cilegon 1305 H/1888 M
Pada tanggal 13 Februari 1876, Syeikh Abdul Karim akan menunaikan ibadah haji ke Mekkah maka berangkatlah beliau dari Pelabuhan Batavia menuju tanah suci. Sepeninggal beliau, rakyat sangat bersedih karena beliau tidak bisa kembali ke tanah air sebab ditahan oleh pemerintah Belanda disana. Akhirnya Tb. Ismail, seorang tokoh ulama yang juga murid dari Syeikh Abdul Karim bertolak ke Mekkah dan disanalah dilancarkan strategi Jihad di bulan Syawal 1305 H/Juli 1888 M.
Perlawanan terhadap pemerintah Kolonial Belanda akhirnya benar-benar terwujud. Melibatkan seluruh elemen masyarakat pribumi yang ketika itu identik dengan kaum musliminin. Perlawanan terjadi pada hari Senin, 29 Syawal 1305 H/ 09 Juli 1888 M pada tengah malam yang dimulai di daerah Cilegon oleh para tentara rakyat pimpinan Kyai Haji Wasid, sebagai panglima perang sabil yang dikenal dengan sebutan perang Geger Cilegon.
Pada saat yang sama kota Serang juga diserbu dari beberapa jurusan. Dari jurusan Bendung rombongan dipimpin oleh KH. Asyik, dari Terumbu oleh KH. Kanafiah, sedang dari Keganteran dipimpin oleh KH. Abu Bakar.
Begitulah terjadinya perlawanan geger cilegon, dilakukan oleh para guru dan penganut tarekat Sa’bandiyah di daerah Cilegon, Serang dan sekitarnya mempergunakan perkumpulan tarekat sebagai wahana komunikasi dan pembinaan penganutnya. Dalam pertemuan-pertemuan itulah dibahas, dirancang dan diputuskan bagaimana dan kapan perlawanan terhadap Belanda itu dilakukan. Dalam kaitan atau ikatan inilah Ki Asyik sebagai penganut dan guru tarekat terlibat dan mengambil bagian dalam peristiwa Geger Cilegon itu.
Menyebarkan Syi’ar Islam
Perlawanan para pejuang yang dianggap sebagai pemberontakan oleh pemerintah kolonial Belanda, rupanya sangat merepotkan pemerintah Kolonial meskipun pada akhirnya dapat dipadamkan. Sehubungan dengan pemberontakan itu banyak para kyai, santri, dan rakyat yang ditahan dan diadili. Ada yang dieksekusi, dibui, dan banyak pula yang dibuang ke daerah-daerah lain. K. H. Asyik termasuk orang yang dibuang ke kota Ternate di Maluku Utara.
Maka berangkatlah seluruh keluarga Ki Asyik ke Ternate. Mereka berjalan kaki dan menaiki gerobak menuju Pelabuhan Batavia dan kemudian dilanjutkan dengan naik kapal ke Ternate.
Dalam menghadapi pemerintah Kolonial Belanda, terutama dengan pasukan Koninklijke Nederlansch Indische Leger (KNIL) yang selalu berhadapan adalah Ki Hady, yang waktu itu masih seorang pemuda. Ia sebagai anak laki-laki tertua yang mewakili keluarga untuk berunding dan mengatur segala sesuatunya dengan pimpinan pasukan KNIL untuk kepentingan anggota keluarga. Misalnya, sewaktu ditangkap, KH. Asyik dirantai atau diborgol. Namun berkat diplomasi yang dilakukan oleh Ki Hady, maka KH. Asyik tidak lagi diborgol. Menurut keterangan, KH Asyik juga diharuskan berjalan kaki dalam perjalanan itu, namun dengan usaha Ki Hady beliau boleh naik kendaraan mungkin banyak hal-hal lainnya yang berupa keringanan-keringanan adalah hasil perundingan Ki Hady dengan para penguasa dan militer Belanda waktu itu.
Di Ternate, tempat pengasingan rupanya Ki Asyik dan keluarganya mendapat “kebebasan” bergerak, dan bekerja untuk memenuhi keperluan hidup mereka. Disamping itu sebagai layaknya seorang kyai, beliau membuka pesantren, menyebarkan agama Islam, mengajarkan ilmu tarekat dan silat hingga akhir hayatnya.
Menurut data Sartono dalam buku “Pemberontakan Petani Banten 1888 M”, makam KH. Asyik berada di Ternate, namun menurut keterangan keluarganya, makam beliau berada di Bendung karena pada akhirnya beliau pulang ke kampung halamannya. Adapun makam yang di Ternate adalah makam putranya, Ki Abdul Hady. Karena pada waktu itu Ki Hady jatuh sakit dan meninggal di tempat pengasingan. Makamnya terletak di Tengah-tengah perkampungan namun berada di kompleks pekuburuan tidak jauh dari kompleks Istana Sultan Ternate. (Wallahu'alam)
Referensi :
Catatan Hariri Hady, Cucu KHM. Asyik.
Sartono K, Pemberontakan Petani Banten 1888.
Bernstein, Ilmu Tarekat di Indonesia.