Kontribusi Mahasiswa dalam Pengabdian Kepada Masyarakat dengan Program Taman Baca Masyarakat
Sumber Gambar :Kontribusi
Mahasiswa dalam Pengabdian Kepada Masyarakat
dengan
Program Taman Baca Masyarakat
Oleh
: Verry Mardiyanto, M.A*
Kuliah kerja
nyata atau disingkat Kukerta atau KKN menjadi salah satu kegiatan yang wajib
dilakukan oleh mahasiswa. Kegiatan ini ditunjukkan untuk mengimplementasikan
tri darma perguruan tinggi, yaitu pada darma pengabdian kepada masyarakat.
Kuliah kerja nyata dapat dijadikan peningkatan kemampuan mahasiswa dalam bidang
kepekaan kepada sesama manusia dan lingkungan. Mahasiswa sebagai generasi muda
yang tangguh dan berkembang mampu menjadikan kuliah kerja nyata menjadi
pengabdian kepada masyarakat dengan berbagai kegiatan yang direncanakan dan
diimplementasikan dengan segala perencanaan yang matang, salah satu kegiatan
tersebut adalah dengan program taman baca masyarakat.
Taman baca
masyarakat (TBM) mempunyai pengertian yang tidak jauh sebagai tempat yang
nyaman dan bermanfaat dengan berbagai bentuk tempat sebagai sarana interaksi
sesama manusia. Menurut Endang Fitriyah Manan dalam situs https://news.unair.ac.id/
memberikan pengertian mengenai taman bacaan masyarakat atau dikenal dengan
singkatan TBM adalah perpustakaan skala kecil yang dikenal sebagai sudut baca,
rumah baca, rumah pintar, dan sebagainya. Pengertian TBM lainnya dari situs https://donasibuku.kemdikbud.go.id/tentangtbm
menjelaskan mengenai TBM adalah lembaga pembudayaan kegemaran membaca
masyarakat yang menyediakan dan memberikan layanan di bidang bahan bacaan,
berupa: buku, majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multimedia lain, yang
dilengkapi dengan ruangan untuk membaca, diskusi, bedah buku, menulis, dan
kegiatan literasi lainnya, dan didukung oleh pengelola yang berperan sebagai
motivator. Jadi dapat disimpulkan TBM ini merupakan tempat yang nyaman, aman,
dan mampu menyimpan atau menyediakan ruang untuk penyimpanan buku dan koleksi
lainnya yang dapat dijadikan oleh masyarakat untuk berinteraksi dalam hal
peningkatan kegemaran membaca dan peningkatan kapasitas diri masyarakat untuk
menjadi lebih baik dan bermanfaat.
Pembudayaan
kegemaran membaca dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan
di BAB XIII menjadikan landasan untuk membudayakan gemar membaca kepada
masyarakat, terlebih dalam pasal 49 yang berbunyi Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat mendorong tumbuhnya taman bacaan masyarakat dan rumah
baca untuk menunjang pembudayaan kegemaran membaca. Dari pasal 49 tersebut
dorongan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk melakukan pembentukan
TBM menjadi sarana dalam mensosialisasikan dalam tahap proses dalam peningkatan
gemar membaca kepada masyarakat. Oleh karena itu, TBM menjadi sarana dalam
ruang terkecil di masyarakat, dalam hal ini di ruang lingkup Desa sebagai
program kerja pengabdian kepada masyarakat yang dapat dikatakan wajib dalam
pembuatan TBM.
Bagaimana
mahasiswa melakukan program kerja TBM ini? Mahasiswa dengan segala program
kerja dan penanggung jawab setiap kegiatannya telah merencanakan dengan terukur
dan sesuai kemampuannya. Langkah pertama yang dilakukan oleh mahasiswa adalah melakukan
pemetaan survei lokasi kegiatan. Program TBM di desa identik dengan sebuah
lokasi yang dijadikan tempat yang nyaman, aman dan terjangkau oleh masyarakat.
Tempat dalam hal ini dapat berupa di kantor desa, pos kamling, masjid, saung,
surau, kantor RT/RW, karang taruna, tempat pengajian dan arena publik yang
dapat diakses oleh masyarakat. Mahasiswa dapat memilih lokasi-lokasi tersebut dengan
berbagai pertimbangan. Pertimbangan yang dilihat dari ketertarikan masyarakat
untuk berkunjung ke TBM dan keterjangkaun serta kemudahan akses dalam berbagai
sarana dan prasarana. Mahasiswa dalam kegiatan ini dapat memilih pos kamling
sebagai arena TBM.
Rencana
selanjutnya adalah mengenai koleksi yang ada di TBM. Koleksi dalam TBM yang
disesuaikan dengan kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat. Sebagai contoh masyarakat
dengan rentang usia sekolah dasar di umur kisaran lima sampai sepuluh tahun. Di
masa usia emas, anak-anak dikenalkan buku sesuai dengan minat dan kesukannya.
Misal seperti cerita dongeng, fiksi, buku pelajaran, buku tanaman, dan tidak
lupa buku-buku peningkatan kemampuan diri serta buku keagamaan dan budi
pekerti. Berbeda dengan masyarakat dengan rentang usia remaja dan rentang usia
dewasa. Dalam rentang usia remaja maka diperlukan buku-buku yang disesuaikan
dengan keinginan masyarakat, misalkan buku motivasi, cerpen, komik, pelajaran
dan buku-buku sesuai keinginan masyarakat. Dalam rentang dewasa dalam hal ini
masyarakat secara umum, maka diperlukan peningkatan kapasitas diri yang
mengarah ke peningkatan kemampuan, seperti buku komputer, pertanian,
pertenakan, dan buku-buku sesuai dengan kemampuan pembaca untuk gemar membaca,
terlebih lagi hingga buku tersebut dapat membuat peningkatan kapasitas diri
dalam hal peningkatan kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial dengan
peningkatan taraf hidup melalui buku di perpustakaan, sehingga mencapai tujuan
dalam perpustakaan berbasis inklusi sosial.
Tahap
selanjutnya, dengan TBM yang sudah didapatkannya lokasi berupa pos kamling dan
koleksi buku, maka mahasiswa perlu melakukan desain interior dan tata letak
buku serta pembaca. Hal ini berlaku dalam prinsip kenyamanan dalam membaca dan
berdiskusi bagi masyarakat. Interior ruang dengan pengecatan sesuai warna yang
nyaman di mata, serta pembuatan rak dan simbol-simbol dan mainan untuk
meningkatkan daya tarik masyarakat datang ke TBM. Selanjutnya hal utama yang
diperlukan ketika TBM sudah siap digunakan adalah kegiatan-kegiatan peningkatan
gemar membaca, diskusi, mengaji, belaajr dan kegiatan lainnya yang dapat
dilakukan di TBM. Kegiatan ini diperlukan supaya TBM mempunyai ciri khas yang
berbeda dengan ruang belajar di formal atau non formal lainnya. Kegiatan dengan
interaksi antara mahasiswa dan masyarakat dengan suasana nyaman dan keakraban
dapat meningkatkan fungsi TBM sebagai sarana mempererat tali silaturahmi. TBM
menjadi sebuah sarana selain meningkatkan kegemaran membaca juga menjadi sarana
untuk meningkatkan diri dan komunikasi layaknya warung kopi di pinggiran atau
angkringan. TBM bersinggungan langsung dengan kehidupan masyarakat, jadi tidak
ada celah yang di-tidak boleh-kan dalam artian siapapun dapat berinterkasi
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Jendela kaca sebagai cahaya kehidupan
melalui buku dan diskusi di TBM menjadikan sarana peningkatan diri masyarakat.
Kolaborasi antara mahasiswa dengan pihak desa, karang taruna, remaja dan
masyarakat dalam melaksanakan kegiatan di TBM menjadi kunci utama.
Keberlangsungan dan keberlanjutan program TBM ketika mahasiswa telah selesai
kuliah kerja nyata maka dapat diteruskan oleh karang taruna atau remaja
masyarakat, namun jika dirasa tidak sanggup maka dapat dialihkan ke pihak desa
dengan menyediakan pojok baca di kantor desa.
Kesimpulan dalam
artikel ini adalah program kerja dalam kuliah kerja nyata di bidang pendidikan
atau peningkatan literasi dengan pembuatan taman baca jika di desa tersebut
belum memiliki taman baca, namun jika sudah memiliki taman baca maka dapat
memaksimalkan taman baca tersebut dengan berkolaborasi bersama mahasiswa, pihak
desa dan pihak lainnya yang bersinergi dalam bidang literasi. Program kerja
taman baca masyarakat ini menjadi program kerja yang umum dilakukan oleh
mahasiswa. Dengan skema penyediaan buku hasil donasi atau hibah dan skema buku
hasil pembelian dengan anggaran menjadikan program ini dapat dilaksanakan,
namun keberlanjutan ketika mahasiswa sudah tidak melakukan kuliah kerja nyata
ini yang harus diperhatikan. Solusi keberlanjutan taman baca masyarakat ini
bisa dihibahkan ke pihak desa atau karang taruan setempat, sehingga taman baca
masyarakat ini dapat berlangsung secara konsisten, setidaknya TBM ini turut
berkontribusi dalam meningkatkan minat baca, pembudayaan gemar membaca dan peningkatan
kecerdasan masyarakat melalui buku dan program-program yang dilakukan di TBM.
*Dosen Ilmu Perpustakaan UIN
Sultan Maulana Hasanuddin Banten