Lingkungan Keluarga : Mengawali Peradaban
Sumber Gambar :Lingkungan
Keluarga : Mengawali Peradaban
Oleh Ai Bida
Adidah*
Pembentukan kebiasaaan
anak adalah dimulai dari lingkungan keluarga. Peran orang tua untuk membentuk
karakter anak sangat dominan, selebihnya anak akan menemukan jalannya pada
lingkungan sekolah atau masyarakat. Anak bagaikan kertas putih, yang akan
mewarnai perjalanan hidupnya adalah pendidikan yang diterapkan pada keluarga. Hal
ini juga berkaitan dengan bagaimana memotivasi anak agar menemukan jalan kehidupannya.
Memotivasi anak adalah
pemberian dorongan agar anak bersedia mengerjakan suatu kegiatan atau perilaku
yang diharapkan. Menurut Irwan Prayitno (2018) dalam buku “Mendidik &
Membesarkan Anak Berkarakter” mengatakan bahwa memotivasi anak biasanya diawali
dengan cara membujuk dengan baik, lembut serta penuh kasih sayang yang membuat
hati anak senang, sehingga terdorong melakukan kegiatan yang diharapkan. Anak
yang memiliki motivasi akan mampu mengembangkan dirinya sendiri. Meskipun begitu,
memotivasi anak hanya dapat dilakukan bila anak sudah bisa diajak berfikir dan
mulai mengerti perintah dan larangan dari orang tua.
Terkait dengan motivasi
anak untuk membaca, bagaimana anak-anak kita dilingkungan keluarga akan suka
membaca jika tidak dikenalkan pada bahan bacaan sejak dini. Oleh karena itu,
untuk menjadikan membaca sebagai budaya dilingkungan keluarga, sejak usia dini
mari kenalkan bahan bacaan pada mereka dengan menghadirkan beraneka buku,
membacakan buku, mengajaknya mengeksplore isi bacaan, menceritakan kembali isi
bacaan, dan mempraktikkannya. Setelah mengenal maka lambat laun tumbuh rasa
sayang pada buku dan kebiasaan membaca menjadi sebuah kebutuhan mereka.
Membaca tanpa memahami
apa yang dibaca maka menjadi sia-sia apa yang dibaca. Yang perlu kita pahami
bahwa literasi menjadikan kita dari tidak tahu menjadi tahu, dari bodoh menjadi
cerdas, dan dari kebingungan menjadi tercerahkan. Bagaimana mencapai tujuan
itu, dibutuhkan partisipasi banyak pihak, termasuk pendidik yang setiap hari
bertemu dengan anak didiknya.
Dalam mewujudkan
masyarakat cerdas dan sejahtera, literasi menjadi budaya yang sangat penting
dalam membangun masyarakat berpengetahuan, inovatif, kreatif, dan berkarakter. Masyarakat
yang cerdas dan sejahtera dapat meningkatkan peradaban suatu negara, mengangkat
martabat bangsa, dan mampu berkompetensi secara global di dunia.
Kegiatan literasi perlu
didukung dengan tersedianya beraneka bacaan yang berkualitas. Dalam
membudayakan literasi, pendidik perlu mencarikan bahan bacaan yang relevan
dengan kebutuhan sehari-hari, bacaan yang menjadi solusi diri, bacaan yang
menjadi bekal untuk bisa berkontribusi, bacaan yang menumbuhkan keceriaan,
sarana rekreasi dan berimajinasi, dan bacaan yang menjadi inspirasi dalam
berkarya, Dengan demikian, anak didik menjadi semakin termotivasi dalam
membaca.
Mereka merasa membaca
menjadi menyenangkan saat mendapati hal yang dibutuhkan dan ingin diketahui.
Misalnya, buku yang berisi aktivitas keseharian anak, dapat menjadi inspirasi
bagi anak bagaimana menjalankan kesehariannya; buku yang berisi pengetahuan
dapat menumbuhan imajinasi, menemukan ide, dan membimbing mereka dalam
berkreasi; dan buku cerita dapat menjadi sarana rekreasi, berimajinasi, dan
menumbuhkan keceriaan.
Tingkatan atau tahapan
literasi, menurut Herlina (2022) terdiri dari:
1.
Mengenal baca tulis hitung dan karakter.
Ini merupakan kegiatan literasi dasar yang perlu diarahkan sejak dini kepada
anak, agar anak mampu memahami tahapan literasi selanjutnya.
2.
Kemampuan mengakses kepada ilmu pengetahuan
terbaru. Ilmu pengetahuan akan terus berkembang, dengan memahami tingkatan awal
literasi ini, akan akan dengan mudah memiliki kemampuan untuk mengakses
pengetahuan baru.
3. Kemampuan memahami yang tersirat dari
yang tersurat. Setiap kata atau kalimat yang dipelajari akan berisi
penafsiran-penafsiran. Apabila anak diarahkan dan diasah, ia akan menemukan
atau memahami kata atau kalimat yang tersirat dari yang tersurat.
4. Melahirkan inovasi dan kreativitas.
Kreativitas itu akan timbul dari berbagai bacaan dan pengalaman. Jadi anak
harus diberikan bahan bacaan yang beragam agar melahirkan inovasi dan
kreativitas.
5. Kemampuan memproduksi barang dan jasa.
Dari sumber bacaan yang dipelajari, akan melahirkan kreativitas yang berujung
pada kemampuan seseorang untuk memproduksi barang dan jasa.
Berdasarkan
tingkatan/tahapan literasi tersebut, orang tua atau pendidik dapat memilih
strategi yang tepat. Kita dapat menyiasati dengan berbagai kegiatan yang tidak
membosankan dan dapat menumbuhkan rasa cinta pada kegiatan membaca sehingga
tumbuh rasa suka membaca dan menjadikannya sebuah kebiasaan dan kebutuhan.
Adapun strategi yang
bisa diterapkan dalam rangka membudayakan literasi pada lingkungan keluarga
diantaranya adalah dengan menciptakan berbagai kegiatan yang tidak membosankan,
kegiatan ini bisa dilakukan bersama-sama dan tidak monoton. Selain itu, orang
tua atau pendidik juga menumbuhkan rasa cinta pada membaca, dengan cara
memberikan bahan bacaan yang sesuai dengan umur dan minatnya, sehingga anak
tidak memiliki keterpaksaan dalam melakukannya. Orang tua juga dapat menjadikan
membaca sebagai kebiasaan dan kebutuhan, artinya anak selalu diberikan solusi
dan jawaban dari pertanyaan yang diajukan dengan memberikan sumber rujukannya.
Apa yang menjadi pertanyaan mereka, mereka dapat jawabannya melalui bahan
bacaan.
Hal yang dapat
dilakukan dalam membudayakan kegiatan literasi dapat diawali dengan membiasakan
membaca, kemudian menggali tingkat pemahaman, membuat rangkuman atau resensi,
mengemukakan isi bacaan, menemukan ide, dan menghasilkan barang dan jasa.
Beberapa contoh
kegiatan yang menggugah agar anak mampu membiasakan kehidupan sehari-hari
dengan kegiatan positif. Misalnya dengan mengenalkan literasi dengan bermain,
artinya sambil bermain mereka diajak pula untuk memahami gambar atau bacaan
sesuai umurnya. Selain itu anak juga bisa diajak berkunjung dan membaca di
perpustakaan, agar wawasan dan pengalaman mereka bertambah. Hal lain untuk
mengembangkan imajinasi anak adalah dengan membentuk klub menulis, dengan
sarana ini ide-ide yang adala dalam pemikiran mereka akan dituangkan kedalam
tulisan yang pada akhirnya akan mengasah pemikiran mereka yang diperoleh dari
bahan bacaan. Orang tua dirumah juga dapat menyediakan bahan bacaan berjenjang,
artinya kebutuhan bacaan anak dan orang tua akan berbeda. Dengan menyediakan
bahan bacaan berjenjang ini, anak akan memperoleh pengetahuan secara bertahap.
Banyak pendapat yang
mengatakan bahwa membaca itu penting dan memiliki banyak manfaat serta mampu
menjadikan seseorang memiliki wawasan yang sangat luas. Kebiasaan membaca
menjadikan seseorang mampu berfikir kritis dan tanggap terhadap keadaan yang
terjadi disekitarnya, mampu mengembangkan daya imajinasinya dan memiliki
perspektif baru. Membaca merupakan proses yang panjang yang akan terwujud
melalui kebiasaan sejak dini, yang dimulai sejak usia anak-anak. Hal ini
memiliki konsekuensi pada orang tua untuk lebih berperan aktif dalam upaya
menumbuhkan kebiasaan membaca pada anak-anaknya.
Ada beberapa alasan
mengapa kebiasaan membaca ini dimulai dari masa kanak-kanak. Pertama, membaca akan memberi wawasan
yang lebih luas keberagamannya. Ada banyak hal yang terdapat dalam bacaan yang berasal dari buku, majalah,
surat kabar seperti fakta-fakta sejarah, geografi, politik, dan pngetahuan
lainnya. Kedua, kebiasaan membaca
akan memberikan berbagai macam perspektif atau sudut pandang kepada seseorang
yaitu dengan melihat suatu masalah atau keadaan dari berbagai sudut pandang
karena banyak pengetahuan yang dimilikinya. Ketiga,
dengan membaca seseorang akan mampu
mengembangkan pola pikir kreatif dan menjajdi aktif karena membaca dapat
menumbuhkan imajinasi sehingga pikiran seseorang akan lebih berkembang. Keempat, dengan membaca seseorang akan
mengenal hal-hal baru, memeroleh keterangan tentang yang dia inginkan dan
mencerna ide-ide. Semuanya itu akan mempengaruhi jalan pikiran sekaligus
membantu perkembangan mental terutama untuk anak-anak.
Melihat banyaknya
manfaat yang diperoleh dari kebiasaan membaca, maka sudah sewajarnya kebiasaan
membaca mulai ditumbuhkan sejak masa kanak-kanak. Dalam benak oarang tua kadang
muncul kesan bahwa usaha menumbuhkan kebiasaan membaca semata-mata tugas para
pendidik di sekolah. Padahal anggapan seperti sangat keliru, karena usaha
kearah pembiasaan tersebuat adalah upaya bersama yang harus dilakuka antara
orang tua dirumah dan guru di sekolah.
Untuk
mewujudkan kebiasaan membaca tersebut, orang tua juga harus jeli dan kreatif
untuk mencari sarana pendukung, tempat maupun cara-cara yang tepat agar proses
tersebut tidak berbenturan dengan kondisi dan perkembangan psikis anak itu
sendiri. Perpustakaan memberikan sebuah alternatif ditengah gencar “wabah”
media audio visual. Perpustakaan menyediakan jasa dan sarana informasi yang
bernuansa rekreatif. Perpustakaan juga merupakan media informal yang sangat
ideal dan cocok bagi orag tua untuk mengenalkan kepada anak-anaknya kebiasaan
membaca. Selain aksesnya yang mudah, perpustakaan juga merupakan sarana yang
murah karena memberikan akses informasi dan bahan informasi yang cuma-cuma
Membuat
Perpustakaan keluarga
Dalam rangka
menumbuhkan spirit membaca dalam lingkungan keluarga, salah satu yang perlu
dibangun adalah membuat perpustakaan keluarga. Namun terkadang membangun perpustakaan keluarga seringkali
dihadapkan bukan pada masalah ada dana atau tidak, ada ruangan atau tidak, dan
masalah-masalah lain yang timbul. Akan tetapi seringkali terkait dengan tingkat
kepedulian kita terhadap peningkatan kualitas wawasan dan cara berfikir dari
seluruh angota keluarga. Oleh karena itu tidak aneh apabila secara faktual,
banyak keluarga yang secara sosial-ekonomi tergolong mapan, tetapi tidak membuat
perpustakaan keluarga. Sebaliknya, tak ajaib pula bila ada keluarga berlatar
belakang ekonomi pas-pasan dengan segala keterbatasannya justru memiliki
kepedulian terhadap penyelenggaraan perpustakaan keluarga. Hal yang
kontradiktif tersebut wajar, karena masing-masing keluarga memiliki persepsi
yang berbeda dalam melihat keberadaan perpustakaan di rumah mereka.
Ada beberapa
pertimbangan yang mendukung keberadaan sebuah perpustakaan dalam keluarga,
antara lain : Pertama, perpustakaan
keluarga akan menjadi stimulus positif bagi setiap anggota keluarga dalam
mempergunakan waktu luang yang dimilikinya untuk membaca. Hal ini jauh lebih
edukatif dibanding dengan penggunaan waktu luang hanya untuk menonton televisi,
yang kadang tayangannya tidak cocok bagi anak-anak.
Kedua,
menanamkan nilai apresiatif terhadap bacaan. Buku merupakan harta terpendam
yang bila diaktualkan dan dipergunakan dengan benar akan diperoleh manfaat yang
sangat besar. Tidak Cuma dalam memperoleh pengetahuan tetapi juga pencerahan
pemikiran bagi anggota keluarga dalam mengatasi berbagai persoalan yang dihadapinya.
Ketiga,
merupakan media untuk melatih anak-anak bertanggung jawab terhadap kepentingan
bersama. Mereka di beri tanggung jawab mengurus perpustakaan keluarga. Mulai
dari pengelolaan buku, mencatat buku, menata dan memperbaiki buku yang rusak.
Keempat,
memberikan kesempatan untuk menyediakan bacaan terpilih bagi anggota keluarga,
sehingga bisa lebih optimal dalam memenuhi kebutuhannya.
Kelima,
membangun rasa memiliki terhadap buku-buku warisan keluarga. Hal ini penting
terlebih bila banyak buku warisan keluarga telah menjelma menjadi buku langka
yang banyak dicari kolektor. Langkah ini selain akan melestarikan buku yang
telah menjadi salah satu aset penting keluarga, juga menyimpan dan
menyelamatkan warisan keluarga yang bernilai kesejarahan dan ekonomis tinggi.
Sesungguhnya penentuan
buku apa yang layak menjadi koleksi perpustakaan keluarga sepenuhnya tergantung
pada kebutuhan jenis bacaan anggota keluarga itu sendiri. Jadi tidak ada rumus
baku untuk menentukan format ideal ragam bahan pustaka yang menjadi koleksi
perpustakaan keluarga. Lalu bagaimana dengan pengadaan koleksinya? Bukankan
akan menguras anggaran belanja bagai keluarga yang berpenghasilan pas-pasan?
Mungkin benar, apabila kita selalu berfikir bahwa buku baru adalah buku yang di
jual di toko. Akan tetapi, bila cara pandang kita sedikit di ubah, mungkin
hasilnya akan lain. Misalkan saja bahwa buku baru adalah buku yang belum pernah
kita baca. Dengan demikian buku “baru” bisa saja tampil sebagai buku terbitan
lama yang kertasnya sudah mulai menguning di makan usia. Ataupun berwujud buku
kumal yang di jual di lapak para pedagang buku bekas. Lewat pemahaman seperti
itu, kita bisa membeli buku “baru” dengan harga sangat bersahabat.
Sebagai simpulan, dapat
dikatakan bahwa membaca memiliki banyak tujuan. Selain untuk mendapatkan
informasi, membaca akan membuka wawasan yang sangat luas. Membaca juga
merupakan kunci untuk membuka pintu gerbang kesuksesan. Tiada seorangpun di
dunia ini yang sukses tanpa membaca (baik secara tekstual maupun kontekstual),
karena membaca merupakan sarana untuk menuntut ilmu pengetahuan.
Upaya pengembangan
minat baca pada akhirnya bermuara pada kecintaan membaca pengetahuan dan
berlanjut kecintaan pada perpustakaan, dimana hal ini merupakan proses yang
cukup panjang yang memerlukan usaha dan perjuangan tak kenal lelah. Namun,
perlu diperhatikan pula kendala-kendala yang kerap menjadi penghambat. Sulitnya
minat baca tumbuh antara lain dikarenakan beberapa alas an diantaranya
kebutuhan membaca belum merupakan kebutuhan pemuas penting seperti kebutuhan
primer lainnya, kurangnya gairah membaca demi meningkatkan wawasan, serta masih
banyaknya jenis hiburan, permainan, tayangan televisi dan tempat hiburan untuk
menghabiskan waktu, sehingga dapat mengalihkan perhatian anak dari buku.
Dengan demikian,
kebiasaan membaca yang ditanamkan sejak dini dalam keluarga merupakan fondasi
awal bagi anak untuk menapaki tangga kehidupan selanjutnya. Apa yang sudah
dilakukan oleh keluarga sedikit banyak akan mempengaruhi kebiasaan anak selanjutnya,
terutama pada jenjang pendidikan yang akan ditempunya kemudian hari.
*Peminat masalah sosial