Literasi Dalam Balutan Eksistensi dan Konsistensi

Sumber Gambar :

Literasi Dalam Balutan Eksistensi dan Konsistensi

Oleh : Muhammad Furqon Hadiwijaya*

 Cukup lama saya berpikir dan mencoba mengingat cukup jauh kebelakang untuk menamai judul tulisan ini agar sesuai dengan isi yang saya tulis dengan mengedepankan opini dan sedikit cerita berdasarkan beberapa hal yang saya temui, saya alami ataupun mendengar dari cerita mereka yang mengalami.

Semoga judul yang saya tulis ini sesuai dengan apa yang akan saya sampaikan dengan maksud menambah bahan diskusi dan wawasan bagi kita semua agar bisa menghangatkan dinamika dalam dunia literasi itu sendiri. Sebagaimana yang sudah sering kita dengar di banyak sumber bahwa pengertian literasi dikutip dari Wikipedia adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan sederhana berarti literasi sudah sangat sering kita semua lakukan dalam aktivitas sehari-hari dari mulai bagun tidur sampai tidur kembali, dari mulai persoalan yang sederhana sampai yang paling rumit. Itu artinya semua manusia yang hidup sudah secara otomatis melaksanakan literasi baik disadari ataupun tidak. Karena memang di wilayah perkampungan istilah literasi tidak familiar bahkan terkesan sangat baru.

Yang saya rasakan selama 3 tahun terakhir terhitung dari tahun 2019 sampai dengan tulisan ini saya buat, literasi sangat identik atau selalu direpresentasikan dengan satu wadah atau komunitas dengan yang sebutan umum Taman Baca Masyarakat (TBM) atau sebutan lain sejenisnya yang didalamnya terdapat banyak kegiatan yang bervariasi dimulai dari membaca, menulis, berhitung, berkesenian, berwirausaha, berkreatifitas dan banyak lagi yang lainnya. Sehingga itu umum disebut dengan 6 literasi dasar.

Tentu itu semua adalah kegiatan yang positif dan baik untuk perkembangan ilmu pengetahuan serta membangun minat dan bakat generasi muda dan generasi penerus dikemudian hari agar mempunyai kualitas yang baik sehingga bisa menghasilkan sumberdaya manusia yang unggul dan berkompeten. Dalam banyak hal tentu juga menghasilkan prestasi dari berbagai bidang baik melalui lomba ataupun dilihat dari nilai disekolah, atau diakui kemampuannya oleh lingkungan sekitar.

Namun saya juga merasa ada semacam gelombang seperti ombak yang kadang pasang dan surut tergantung kemana angin membawanya, dan ini juga tidak bisa kita hilangkan bahwa fenomena seperti ini memang terjadi walaupun tidak semuanya, tapi tetap ada saja yang memanfaatkan momen untuk kepentingan tertentu yang hanya akan menguntungkan pribadi atau kelompoknya saja.

Sekarang mari kita analogikan dengan istilah eksistensi terlebih dahulu, berapa banyak yang menjadikan frasa literasi hanya untuk gaya-gayaan karena sedang populer? Berapa banyak yang menggunakan frasa literasi hanya untuk mengambil keuntungan agar eksistensi dan popularitasnya meningkat? Berapa banyak yang hanya memanfaatkan frasa literasi sebagai sebuah cara untuk mendapatkan keuntungan secara materi?

Itu hanya sebatas pertanyaan dan belum tentu ada jawabannya karena memang pertanyaan itu berbasis pada rasa ingin tahu, tidak menjurus pada pihak manapun apalagi menuduh pihak tertentu terlibat atau melakukan tindakan seperti pertanyaan diatas, sekali lagi ini hanya pertanyaan yang belum tentu ada kejadiannya, tolong untuk tidak salah faham.

Kemudian mari kita menggunakan analogi konsistensi dengan indikator bahwa suatu wadah atau perkumpulan tertentu masih terus konsisten untuk menggunakan frasa literasi sebagai suatu rutinitas atau bahkan terus berinovasi mengikuti perkembangan teknologi dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi di tempatnya masing-masing.

Tentu saja jika kita bicara konsistensi akan banyak sekali pengertian dan pandangan yang berbeda-beda, maka dari itu agar tidak terlalu melebar dari yang saya maksud, saya akan merujuk pada indikator diatas dengan beberapa pertanyaan. Masih adakah suatu wadah yang konsisten menggunakan frasa literasi untuk tujuan menyebarluaskan ilmu dan pengetahuan? Masih adakah suatu wadah yang konsisten menggunakan frasa literasi untuk tujuan yang fokus pada sosial kemanusiaan? Masih adalah suatu wadah yang konsisten menggunakan frasa literasi untuk tujuan dan kepentingan banyak orang?

Tentu saja pertanyaan ini juga berdasarkan rasa ingin tahu semata, tidak bermaksud untuk menyinggung pihak lain dan tujuannya hanya untuk menambah bahan diskusi karena memang belum banyak ruang diskusi yang membahas hal-hal sederhana tentang bagaimana idealnya frasa literasi dimaksimalkan atau bagaimana seharusnya frasa literasi dijalankan?.

Kadang-kadang kita mempunyai banyak pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban karena memang pertanyaan itu tidak perlu dijawab atau tidak ada jawaban pasti tentang pertanyaan itu, akan tetapi untuk menambah dialektika dan wawasan kadang-kadang kita juga butuh pertanyaan yang jawabannya tidak pasti namun menarik untuk menjadi pembahasan dalam sebuah diskusi.

Terakhir, eksistensi dan konsistensi adalah hal yang menarik untuk menjadi pembahasan dalam ruang diskusi sesama pegiat literasi atau bahkan siapapun yang tertarik dengan itu karena biasanya sesuatu yang besar lahir dari hal sepele bahkan sebagian lainnya menganggap itu tidak penting.

*Direktur Utama TBM HAHALAEN


Share this Post