Membacakan Cerita Untuk Keterampilan Berbahasa
Sumber Gambar :Oleh Ai Bida Adidah*
Membaca bagi anak merupakan proses yang panjang, dimulai sejak dalam buaian orang tuanya (konsepsi Islam) hingga ia mampu mengucapkan kata-kata secara sadar dan sistematis dan dimengerti secara logika. Peran orang tua dalam mengarahkan dan membiasakan anak-anaknya dalam pendidikan sangatlah dibutuhkan untuk membentuk karakter yang kuat dan berprestasi, baik secara akademik maupun non akademik. Manfaat membaca akan mengarah kepada pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia melalui giat belajar membaca. Oleh karena itu, apa yang anak baca akan merubah aspek kehidupannya. Kaitan antara orang tua pada pembentukan karakter anak-anaknya yang berprestasi akan menumbuhkan karakter yang lebih dekat akhlak, yaitu spontanitas dalam bersikap dan melakukan perbuatan dengan berfikir sebab dan akibatnya.
Sejalan dengan hal tersebut diatas, Hallman dalam Stone (2013) mengatakan bahwa membaca adalah satu proses yang kompleks yang harus dicontohkan, diajarkan, dilatih dan dievaluasi setiap harinya. Termasuk juga kemampuan untuk mengurai kata-kata dan juga frasa, suara/nada, ekspresi, dan kefasihan yang tepat. Komponen yang saling berhubungan ini membentuk jembatan yang membantu pembaca untuk memahami buku yang dibaca.
Membaca adalah tujuan fundamental yang harus dikuasai oleh siswa di sekolah agar berhasil dalam kehidupan selanjutnya. Hal ini juga membutuhkan peran dari berbagai pihak yaitu orang tua di rumah sebagai pendamping, guru di sekolah, dan tentu saja pemerintah yang memiliki kebijakan-kebijakan pengembanangan literasi masyarakat secara keseluruhan.
Beberapa waktu lalu, Perpustakaan Nasional RI menyelenggarakan kegiatan pelatihan Membaca Nyaring di Provinsi Banten. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka mendukung Gerakan Indonesia Membaca. Dimana Gerakan Indonesia Membaca adalah gerakan nasional untuk mendorong partisipasi berbagai elemen masyarakat untuk berperan dalam meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat melalui 6 literasi dasar, yaitu literasi baca tulis, literasi numerik, literasi sains, literasi finansial, literasi digital, literasi budaya dan kewargaan.
Tujuan sesi pelatihan ini adalah untuk, pertama, menghidupkan pemahaman peran orangtua sebagai guru pertama untuk anak, sebagai panutan anak. Kedua, memperkenalkan aktivitas Membaca Nyaring bagi orang tua agar mereka mau melakukannya, karena banyak manfaatnya bagi anak. Dan ketiga Menjadikan Membaca Nyaring sebagai kegiatan rutin untuk menumbuhkan kegemaran membaca anak.
Membaca bukanlah sebuah proses alami seperti berbicara. Membenamkan anak dalam media cetak (buku) saja tidak akan mengajari mereka cara membaca. Otak, dengan stimulus yang tepat, mengubah fungsi sistem neuron tertentu agar kita mampu membaca. Membacakan nyaring adalah kegiatan sederhana membacakan (cerita) dengan bersuara. Membantu anak membangun ketrampilan berbahasa, belajar tentang dunia, serta mengembangkan empati, dan kesadaran emosional.
Salah satu narasumber pada kegiatan tersebut mengatakan bahwa membacakan nyaring adalah proses anak menggunakan mata, telinga, dan otak mereka untuk menerima rangkaian cerita, mendengarkan suara narator, dan memahami apa yang mereka lihat dan dengar. Satu-satunya kegiatan terpenting untuk membangun pengetahuan yang diperlukan untuk keberhasilan membaca pada akhirnya adalah membacakan untuk anak-anak.
Lebih jauh dikatakan bahwa manfaat membaca nyaring adalah, pertama Meningkatkan kelancaran membaca. Pada anak yang belum lancar dalam membaca tentu saja memerlukan proses yang lama untuk membaca, dengan upaya ini diharapkan akan terjadi proses kelancaran membacanya.
Kedua, Menambah kosa kata. Mendengar orang tua bertutur atau membacakan buku, bagi anak adalah salah satu proses untuk menabung kata-kata, sehingga ia akan mengingat kata-kata baru yang sering ia dengar dan dipraktekan dengan mengucapkan kalimat.
Ketiga, Alat bantu mengembangkan kemampuan bahasa. Kemampuan berbahasa seseorang tidak akan lancar begitu saja. Perlu proses yang panjang banginya untuk lancar berbahasa. Orang tua mengajarkannya dengan penuh telaten satu kata demi satu kata sehingga menjadi satu kalimat yang mengandung arti, dan dimengerti oleh semua orang. Dengan seringnya orang tua membacakan buku kepada anak, ia akan mendapatkan kosa kata baru yang dapat dirangkum menjadi sebuah kalimat.
Keempat, Membantu pemahaman teks. Memahami suatu teks bacaan merupakan suati proses terpenting dalam kegiatan membaca. Kegiatan ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam tentang topik atau pokok bahasan yang dasampaikan oleh pengarangnya. Untuk memhami hal tersebut juga diperlukan teknik yang dapat membantu pembaca untuk memhami teks sebuah bacaan. Misalnya dengan membaca teks dengan cermat, mencari garis besar, menentukan gagasan pokok setiap paragraph, dan menyatukan gagasan pokok tersebut menjadi sebuah kesimpulan.
Kelima, Membuat anak mau membaca. Dengan seringnya kita sebagai orang tua membacakan buku kepada anaknya, akan memberikan stimulus kepada anak untuk mencari informasi lain pada bahan bacaan selanjutnya. Sejalan dengan waktu dan proses yang berkesinambungan, anak tidak akan lagi dibantu untuk dibacakan buku, tetapi karena ia sudah mampu membaca, ia akan mencari bacaannya sendiri dengan tetap dibimbing dan diarahkan orang tua untuk memperoleh bacaan sesuai dengan jenjang umurnya.
Dengan demikian, setelah melalui berbagi proses yang panjang dalam membiasakan anak untuk membaca yang dimulai dari tahap membacakan buku hingga pada tahap mereka bisa membaca sendiri tentu saja akan memperoleh hasil yang baik. Perkembangan selanjutnya akan mendorong mereka kearah gemar membaca.
Proses pendidikan seperti ini merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat pada umumnya.
Menyampaikan Pesan Lewat cerita
Dalam rangka meningkatkan kecerdasan anak, banyak cara yang bisa dilakukan oleh orang tua, seperti memberikan rangsangan (stimulan) pada berbagai aspek kecerdasannya atau dengan menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar potensi anak dapat berkembang secara optimal. Orang tua merupakan pendidik awal atau utama yang dimulai sejak anak dalam kandungan hingga ia dewasa. Dengan memberikan pendidikan yang tepat dan pembiasaan awal yang baik bagi anak, tentu akan memberikan pengaruh yang baik juga bagi perkembangan anak selanjutnya.
Sebenarnya, orang tua dapat dengan mudah memberi pendampingan pengembangan motorik kepada anak melalui kegiatan membacakan buku secara nyaring atau bercerita sejak anak mulai belajar berbicara hingga balita. Dengan melakukan kegiatan ini dapat memberikan suasan yang harmonis, penuh kasih saying, perhatian hingga menciptakan suasana menyenangkan bagi anak ketika berada dimanapun.
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh anak ketika orang tua membacakan cerita, seperti yang dikemukakan oleh Risaldy (2014), bahwa manfaat bercerita pada anak antara lain menumbuhkan sikap positif, memberikan pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan, memberikan pengalaman untuk belajar dan berlatih mendengarkan dan mengembangkan kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Penggunaan buku cerita yang dibacakan langsung kepada anak juga harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya bahwa isi cerita harus terkait dengan dunia kehidupan anak sehingga anak mampu memahami isi cerita tersebut. Kegiatan ini juga diupayakan memberikan perasaan gembira, lucu dan mengasyikan yang kesemuanya menjadikan pengalaman yang memiliki makna bagi kehidupan anak.
Dengan demikian bercerita atau membacakan cerita kepada anak merupakan salah satu metode untuk memberikan pendidikan dasar. Berbagai nilai-nilai moral, pengetahuan dan sejarah dapat disampaikan dengan baik melalui cerita. Cerita dengan tokoh yang baik, kharismatik, dan heroik menjadi alat untuk mengembangkan sikap yang baik terhadap anak. Sebaliknya tokoh yang jelek, jahat dan kejam akan memberikan dampak kepada anak untuk berperilaku seperti itu, karena biasanya tokoh jahat di akhir cerita akan kalah dan sengsara.
Lain halnya lagi, jika cerita kepahlawanan, heroisme, dan pemikiran yang cerdas dari para pahlawan dapat mendidik anak agar kelak memiliki jiwa kepahlawanan. Jadi, cerita sangat potensial untuk mendidik anak kearah yang lebih baik bagi perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Ketika orang tua membacakan cerita, anak tidak sebatas henya mendengarkan saja, ia akan berusaha membangun alam pemikirannya dan akan berfantasi terhadap cerita yang disampaikan. Oleh karena itu sebagai orang tua, kita bertugas melakukan control terhadap imajinasi dan perkembangan kejiwaan anak supaya tetap mengarah kepada hal yang positif. Karena pada masa kanak-kanak semua informasi akan masuk dalam pemikirannya, terlebih lagi pada saat ini alat komunikasi begitu mudah merambah ke tingkatan generasi. Jika orang tua salah mengarahkan atau tidak melakukan control yang ketat, maka perkembangan kejiwaan anak-anak kita akan melenceng dari norma-norma.
*Peminat Masalah Sosial
Referensi :
Randi Stone. 2013. Cara-Cara Terbaik Untuk Mengajar Reading Yang Dilakukan Oleh Guru-guru Peraih Penghargaan. Jakarta : Indeks.
Sabil Risaldy. 2014. Bermain, Bercerita dan Menyanyi Bagi Anak Usia Dini. Jakarta : Luxima.