Membumikan Gerakan Literasi

Sumber Gambar :

Membumikan Gerakan Literasi

Ai Bida Adidah Shofa*

 

Perpustakaan adalah tempat  layanan informasi, edukasi, dan kecapakan literasi masyarakat yang menyediakan bahan bacaan berupa : buku teks/digital, yang dilengkapi dengan fasilitas untuk membaca, menulis, diskusi, dan aktifitas pengembangan kecakapan literasi lainnya yang dikelola oleh pengelola yang berperan sebagai Relawan Literasi.

Perpustakaan memiliki tujuan untuk menumbuh-kembangkan minat baca dan budaya baca masyarakat, meningkatkan keterampilan literasi masyarakat, mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat, mewujudkan masyarakat berbudaya literasi yang adaptif dan mampu menghadapi berbagai tantangan zaman, meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mensejahterakan kehidupan masyarakat.

Sementara manfaat dari kehadiran perpustakaan di masyarakat adalah sebagai sarana informasi, edukasi, rekreasi, dan gerakan literasi masyarakat; sebagai tempat untuk meningkatkan kecakapan literasi masyarakat; sarana bagi para relawan literasi dalam mengembangkan literasi masyarakat; sebagai wadah bagi komunitas dan organisasi masyarakat dalam mengembangkan berbagai praktik literasi di masyarakat

            Gerakan Literasi Nasional yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan terdapat 6 (enam) jenis literasi dasar, sebagaimana kami kutip pada laman (https://ditsmp.kemdikbud.go.id/6-literasi-dasar-yang-wajib-dimiliki-pelajar-smp/). yaitu :

            Pertama, Literasi Baca-Tulis, yaitu membaca dan menulis merupakan literasi yang dikenal paling awal dalam sejarah peradaban manusia. Keduanya tergolong literasi fungsional dan berguna besar dalam kehidupan sehari-hari. Literasi baca-tulis terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisir, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi untuk mengatasi bermacam-macam persoalan.

            Kedua, Literasi Numerasi, adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a) menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari dan (b) menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan.

            Ketiga, Literasi Sains, yaitu literasi yang dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains.

            Keempat, Literasi Finansial, adalah pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat. 

            Kelima, Literasi Kebudayaan dan Kewargaan, yaitu literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dengan demikian, literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa.

            Keenam adalah Literasi Digital, dimana literasi digital lebih banyak dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi. literasi digital adalah kecakapan (lifeskills) yang tidak hanya melibatkan kemampuan penggunaan perangkat teknologi, informasi dan komunikasi, tetapi juga melibatkan kemampuan untuk dalam pembelajaran sosial, sikap berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetisi digital.

Literasi merupakan kemampuan mengumpulkan sumber-sumber pengetahuan dan kemampuan memahami makna secara implisit dan eksplisit, termasuk didalamnya kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan baru, teori baru dan kreativitas serta  inovasi baru hingga memiliki kemampuan menganalisis informasi dan mengkonstruksi pengetahuan hingga menciptakan produk atau jasa yang bermutu yang dapat dipakai dalam kompetisi global.

Perkembangan ilmu dan pengetahuan pada akhirnya merambah hingga ke peloksok perdesaan sehingga melahirkan sumber daya masyarakat desa untuk melek literasi. Sehingga melahirkan literasi desa yang diartikan sebagai kapasitas anggota masyarakat desa dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan tindakan pembacaan, perbincangan maupun penulisan tentang desa yang diperoleh dari keterlibatan langsung setiap warga desa dalam penyelenggaraan desa. Masyarakat desa difasilitasi kapasitas literasinya melalui penyediaan perpustakaan desa (buku cetak dan sarana/prasarana komputer dan internet, pembelajaran langsung maupun pembelajaran daring.

Perpustakaan yang berkembang saat ini termasuk yang dikembangkan di berbagai pelosok desa, sebagai salah satu sumber informasi dan inspirasi mempunyai peran strategis dalam mengembangkan minat baca dan gerakan literasi di masyarakat desa. Tetapi hal ini tidak akan berjalan jika tidak ada pengelola atau pegiat literasi yang bertindak sebagai pionir dalam menggerakan masyarakat desa untuk membaca. Kegiatan ini tidak gampang untuk dilakukan oleh seseorang kalau tidak memiliki jiwa pengabdian.

Membumikan budaya literasi adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, kecerdasan religi, intelektual, kognisi, afeksi dan kinetic masyarakat desa. Dalam sebuah seminar Joko Santoso dalam paparannya menyebutkan bahwa penguatan literasi ada pada beberapa bidang diantaranya :

Pertama, mempromosikan demokrasi. Warga Negara yang literat, lebih dapat mengikuti politik dan mendapatkan informasi tentang isu-isu yang penting bagi komunitas meraka. Mereka cenderung memilih, berpartisipasi dalam demokrasi.

Kedua, membangun harga diri dan kualitas hidup. Dengan literasi, seseorang akan semakin mampu mengekspresikan dirinya, harga dirinya, dan kesempatannya untuk menjalani hidup yang bahagia dan sehat.

Ketiga, mempromosikan “lifelong learning” dan membangun keterampilan. Belajar adalah perjalanan seumur hidup. Semakin banyak seseorang belajar, semakin mampu beradaptasi dengan dunia yang berubah cepat, semakin mampu beradaptasi maka kemungkinan besar meningkatkan standar hidupnya.

Tujuan pembinaan minat baca yang utama adalah untuk menciptakan masyarakat membaca (reading society) dan masyarakat pembelajar (learning society) dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang ditandai dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia sebagai piranti pembangunan nasional menuju masyarakat madani (civil society) agar bangsa Indonesia dapat mengikuti persaingan yang sangat ketat di era globalisasi.

Pembinaan minat baca yang memiliki tujuan luhur tersebut memang perlu mendapakan dukungan dari berbagai pihak, terutama pada penyediaan sarana prasarana pendukung semisal gedung perpustakaan, bahan bacaan, dan jaringan internet. Bagaimana bisa masyarakat perdesaaan harus memanfaatkan teknologi informasi jika di daerah mereka tidak terdapat jaringan internet yang memadai.

Gerakan-gerakan literasi yang digagas Pemerintah melalui lembaga-lembaga seperti Perpustakaan Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri dan peran serta lembaga-lembaga terkait di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota hingga Desa/kelurahan semata-mata dilaksanakan untuk mensejahterakan masyarakat secara berkesinambungan. Dan apa yang dilakukan oleh relawan lierasi pada tingkat paling bawah yang berkecimpung langsung di masyarakat merupakan gerakan literasi yang membumi dan sebagai ujung tombak pengembangan literasi masyarakat harus mendapat dukungan penuh dari pemerintah atau lembaga terkait, agar kebijakan nasional pengembangan literasi masyarakat dapat tercapai.

*Peminat masalah sosial


Share this Post