Memperkuat Peran Perpustakaan Daerah Provinsi Banten

Sumber Gambar :

Oleh: Edih Sarto*

Eksistensi perpustakaan sebagai media untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan fenomena yang tidak dapat dinafikan. Dalam sebuah sistem pendidikan dimanapun keberadaannya, perpustakaan memiliki daya dukung yang kuat dalam menciptakan keberhasilan pendidikan. Keberadaan perpustakaan sebagai sumber ilmu, sumber pengetahuan dan sumber kearifan tentang hidup dan kehidupan tetap sangat dibutuhkan. Dalam dinamika  kehidupan manusia yang selalu dihadapkan pada rentetan masalah yang silih berganti, kadang manusia tidak merasa cukup untuk mencari solusi atas permasalahan mereka hanya dengan bertanya kepada manusia lain.

Adakalanya manusia merasa menemukan solusi melalui sumber bacaan yang mereka konsumsi sehingga disinilah eksistensi perpustakaan tidak dapat dinafikan. Di era teknologi yang terus mengalami perkembangan, kebutuhan masyarakat akan pemuasan kebutuhan kognitif melalui perpustakaan kini telah mengalami metamorphosis. Pemenuhan kebutuhan akan pengetahuan melalui peran perpustakaan telah mengalami pergeseran. Perkembangan teknologi yang melaju dengan pesat memaksa perpustakaan untuk turut berperan melakukan evolusi dari pola perpustakaan yang bersifat konvensional menuju perpustakaan yang berintegrasi dengan teknologi.

Keterbukaan perpustakaan untuk melakukan proses pembaharuan sebagai upaya untuk menciptakan kenyamanan dan kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses informasi dan pengetahuan pada akhirnya akan berimbas pada kemajuan perpustakaan itu sendiri, dan berujung pada keberhasilan roda pembangunan intelektual masyarakatnya.

Beberapa perpustakaan di Indonesia telah mampu melakukan upaya reformasi dari perpustakaan tradisional menuju perpustakaan digital sebagaimana yang dilakukan oleh Perpustakaan Daerah Provinsi Banten, dimana manfaat yang diperoleh bagi pengguna adalah mempermudah penelusuran informasi, menghemat waktu, tenaga. Manfaat bagi perpustakaan adalah mempermudah dalam mengolah bahan pustaka, meringankan pekerjaan, menghemat tenaga, serta bahan pustaka dapat dimanfaat lebih optimal. Fenomena tersebut menjadi tantangan yang tidak sederhana bagi setiap lembaga perpustakaan dan seperangkat elemen yang terdapat di dalamnya  

Peran dan Fungsi Perpustakaan  

Bagaimanapun juga eksistensi perpustakaan dalam meningkatkan kemajuan intelektual masyarakat tidak akan dapat tergantikan. Perpustakaan sebagai penyedia informasi pengetahuan yang memiliki tugas yang kompleks diantaranya sebagai pusat belajar mengajar, membantu peserta didik untuk memperjelas dan memperluas pengetahuannya, mengembangkan minat, bakat dan kegemarannya, kemampuan dan kebiasaan membaca yang menuju kebiasaan yang mandiri, membiasakan peserta didik untuk mencari informasi, tempat rekreasi dan tempat yang dapat memperluas kesempatan belajar peserta didik serta berperan memberi ketrampilan menemukan, menjaring, menilai informasi, dan menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukannya.

Demikian juga, fungsi perpustakaan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah menjadikan peran perpustakaan akan terus dibutuhkan dalam mewarnai dinamika perubahan kehidupan yang terjadi di masyarakat. Pada penjelasan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, disebutkan bahwa Perpustakaan sebagai sistem pengelolaan rekaman gagasan, pemikiran, pengalaman, dan pengetahuan umat manusia, mempunyai fungsi utama melestarikan hasil budaya umat manusia tersebut, khususnya yang berbentuk dokumen karya cetak dan karya rekam lainnya, serta menyampaikan gagasan, pemikiran, pengalaman, dan pengetahuan umat manusia itu kepada generasi-generasi selanjutnya. Sasaran dari pelaksanaan fungsi ini adalah terbentuknya masyarakat yang mempunyai budaya membaca dan belajar sepanjang hayat.

Di sisi lain, perpustakaan berfungsi untuk mendukung Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana diatur dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Perpustakaan merupakan pusat sumber informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, dan kebudayaan. Selain itu, perpustakaan sebagai bagian dari masyarakat dunia ikut serta membangun masyarakat informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

Keberadaan perpustakaan muncul karena kebutuhan masyarakat akan informasi, dan harus dipertahankan serta dikembangkan secara berkesinambungan, agar informasi yang dikelola semakin kondusif dengan memperhatikan dinamika perkembangan pengatahuan pada masyarakat itu sendiri. Masyarakat harus tetap terlibat dalam setiap program-program yang direncanakan perpustakaan, sehingga masyarakat akan merasa ikut memiliki terhadap keberadaan perpustakaan itu sendiri. Strategi ini akan membawa perpustakaan semakin baik untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan yang diberikan untuk mensejahterakan masyakat secara luas.

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka kebutuhan masyarakat akan informasi semakin beragam. Apalagi semenjak penggunaan internet semakin meluas, tantangan perpustakaan untuk dapat menyediakan layanan secara cepat hingga ke peloksok daerah semakin tinggi. Dalam laju arus informasi ini, keingintahuan masyarakat semakin tinggi, kehausan akan informasi secara akurat dan cepat. Apabila keinginan-keinginan masyarakat seperti ini dapat terpenuhi, maka peran perpustaka

Secara umum, perpustakaan memiliki fungsi yang cukup komprehensif yang diantaranya:

a. Khazanah Penyimpan Karya Manusia

Fungsi ini sangat diutamakan oleh Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah, dimana perpustakaan berfungsi sebagai tempat menyimpan karya bagi produk-produk yang dihasilkan oleh masyarakat sebagai khasanah budaya bangsa baik berupa karya tulis, karya cetak dan karya rekam manusia. Khazanah budaya ini sangat penting sebagai catatan rekaman masa lalu untuk dijadikan cermin masa mendatang. Sedangkan perpustakaan lain seperti perpustakaan sekolah, perpustakaan khusus dan perpustakaan pribadi atau keluarga serta taman bacaan atau jenis perpustakaan lain memfokuskan fungsinya sebagai layanan informasi.

b. Sumber Informasi

Secara tradisional perpustakaan lebih menitik beratkan kepada informasi dari koleksi yang dimilikinya. Namun dewasa ini informasi tersebut dapat juga bekerjasama dengan perpustakaan lain misalnya melalui kerjasama antar perpustakaan (inter library loan) atau jaringan. Untuk mendukung kerjasama maka masing-masing perpustakaan harus dilengkapi dengan koleksi yang memadai. Diberlakuknnya kerjasama ini adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat yang beragam, karena asumsinya adalah bahwa tidak ada satupun perpustakaan mampu memberikan informasi secara menyeluruh terhadap kebutuhan informasi masyarakat yang heterogen.

c. Fungsi Rekreasi

Fungsi ini dapat dikembangkan oleh peran perpustakaan umum dan perpustakaan sekolah. Melalui kegiatan membaca akan menjadi upaya untuk menghilangkan kejenuhan bagi masyarakat sekaligus rekreasi batiniah dengan membaca. Kenapa di perpustakaan ada fungsi rekreasi, karena selain kondisi perpustakaan akan menghilangkan kejenuhan juga karena pada koleksi terdapat bacaan ringan yang sifatnya rekreatif dan imajinatif.

d. Fungsi Pendidikan

Fungsi ini mendukung pendidikan formal dan non formal sangat dominan pada perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi, sedangkan perpustakaan umum lebih berfungsi dalam mendukung pendidikan informal. Informasi yang dikelola perpustakaan sangat mendukung proses pendiidkan, karena didalamnya penuh pengetahuan yang mendukung kearah pemenuhan proses pendidikan. Tinggal bagaimana masyarakat meluangkan waktu untuk memanfaatkan sebaik-baiknya.

e. Fungsi Budaya

Fungsi ini lebih kuat diperankan oleh Perpustakaan Nasional sebagai lembaga deposit yang diwajibkan menyimpan dan melestarikan bahan pustaka. Disamping itu, perpustakaan umum seharusnya juga melestarikan budaya lokal terutama yang terekam oleh berbagai media atau bahan pustaka. Budaya lokal kadang terwujud dari bentuk bangunan perpustakaan serta penyediaan ruang untuk mengadakan berbagai kegiatan budaya.

f. Fungsi penelitian

Dalam siklus kegiatan penelitian, peneliti memerlukan informasi untuk mengetahui apa yang sudah, sedang dan apa yang harus diteliti. Perpustakaan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan informasi peneliti. Hasil penelitian sebelumnya yang dihimpun, disimpan dan yang disediakan perpustakaan adalah bermanfaat bagi peneliti berikutnya. Penelitian dan pengembangan (research and development) merupakan fondasi untuk mencapai kemajuan dan dalam siklus transfer informasi tersebut memperlihatkan mata rantai antara penelitian, penerbitan, pengadaan oleh lembaga informasi, serta pemanfaatan koleksi oleh pemakai yang kemudian menghasilkan penelitian lagi.

g. Fungsi Pengambilan Keputusan

Fungsi ini sangat dominan diperankan oleh perpustakaan khusus, dimana dalam banyak hal koleksi perpustakaan dapat dijadikan sebagai bahan atau rujukan dalam pengambilan keputusan. Data atau laporan masa lalu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Adapun data atau laporan tersebut mampu disediakan oleh perpustakaan sebagai sumber rujukan tertulis sehingga keputusan tidak hanya diambil berdasarkan opini semata

Kondisi Umum Perpustakaan kita

Membincangkan karakteristik perpustakaan di Indonesia, tentunya tidak dapat terlepas dari fenomena adanya perubahan yang terjadi dalam dinamika perkembangan perpustakaan di era tradisional dan modern sebagaimana yang telah berlangsung hingga sekarang. Kebutuhan perpustakaan tradisional untuk bersegera menselaraskan dengan karakteristik perpustakaan modern tidak dapat diabaikan pemenuhannya.

Hal tersebut merupakan salah satu upaya strategis agar keberlangsungan perpustakaan tradisional tidak mengalami kelesuan bahkan tenggelam digilas oleh peradaban. Menurut teori perpustakaan, perpustakaan bisa dilihat dari 3 jenis pendekatan yaitu pendektan infrastruktur (gedung), pendekatan content (koleksi) dan pendekatan organisasi (institusi pengelola). Persoalan yang sering dihadapi oleh pengguna perpustakaan  tradisional adalah keterbatasan koleksi dan kurang maksimalnya  pelayanan. Hal ini mengakibatkan pemustaka menjadi tidak  nyaman untuk berlama-lama di perpustakaan. Alih-alih ingin  mendapatkan pencerahan lewat literatur yang tersedia, justru yang  didapatkan adalah beban psikologis yang sangat berat karena yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang didapatkan.  Keinginan untuk bertransformasi dari perpustakaan konvensional  menjadi perpustakaan modern telah banyak  dijumpai di Indonesia. Dan terbukti bahwa upaya transformasi  tersebut membuahkan hasil yang cukup memuaskan bagi  perkembangan dunia literasi di Indonesia salah satu contoh yang bisa diangkat disini adalah  Perpustakaan Daerah  Provinsi Banten.

Eksistensinya merupakan salahsatu wajah perpustakaan di Indonesia yang berhasil melakukan transformasi menjadi perpustakaan yang berbasis teknologi informasi. Tapi masih banyak perpustakaan yang masih bersifat konvensional, maka wajar saja jika Imdonesia  menempati urutan ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019.

Literasi sendiri adalah kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subjek ilmu pengetahuan. Maka perlu kiranya seluruh pemangku kepentingan terutama peran negara yang dapat menghadirkan buku yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dari Sabang sampai Merauke, termasuk bagi masyarakat yang tinggal di pelosok. Total jumlah bahan bacaan dengan total jumlah penduduk Indonesia memiliki rasio nasional 0,09. Artinya satu buku ditunggu oleh 90 orang setiap tahun, sehingga Indonesia memiliki tingkat terendah dalam indeks kegemaran membaca. Jika kita mengacu ke Standar UNESCO minimal 3 buku baru untuk setiap orang setiap tahun, Di negara Asia Timur seperti Korea, Jepang, China, rata-rata memiliki 20 buku baru bagi setiap orang.Ini menjadi tantangan bagi negara dan paling mendasar, kenapa budaya membaca di Indonesia rendah. Jika kita tengoklagi keberadaan Perpustakaan Daerah Provinsi Banten semua kemajuan yang telah diraih masih harus terus ditingkatkan sebab jumlah koleksi buku yang tersedia baru mencapai 59,338 judul buku, dengan jumlah eksemplar sebanyak 167,846.. Kalau mau mengacu ke standar Unesco  dimana per orang bisa mengakses tiga buah buku baru pertahun,  maka Perpusda  Banten untuk melayani jumlah penduduk sekitar 12,25,985 jiwa harus tersedia dikisaran 36,755,955 judul buku baru pertahun. Memang bukan jumlah yang kecil terutama dari sisi pembiyayaan. Tapi hal itu bisa sedikit diatasi dengan cara menerbitkan buku elektronik atau e-book yang lebih murah lebih mudah dan lebih sederhana. Diharapkan keberadaan Perpusda menjadi penawar dahaga ilmu pengetahuan masyarakat.

*penulis adalah Mahasiswa S2 Program Pendidikan Agama Islam Uiversitas Mathlalul Anwar Banten


Share this Post