Mendidik Generasi Alpha Era Pandemi Covid-19 Dengan Media Informasi Youtube
Sumber Gambar :Mendidik Generasi
Alpha Era Pandemi Covid-19
Dengan Media Informasi
Youtube
Oleh Yati
Hartanto, S.Pd.
A. Pendahuluan
Dimana ada
kemauan disitu ada jalan, demikian pepetah melayu mengajarkan kita semua untuk
tetap bisa sukses dalam hidup. Musibah adalah diibaratkan pedang bermata dua. Disatu
sisi musibah dapat memberikan beban yang terasa berat, disisi lain mendorong
semua orang untuk melakukan sesuatu agar dapat menjalankan tugasnya, demikan
pulan halnya dengan guru.
Semenjak
Maret 2020 pembelajaran di sekolah tidak bisa berlangsung secara normal atau
tatap muka dengan siswa karena Pandemi Covid-19. Sebagaimana diinstruksikan
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Makarim,
terhitung pertengahan Maret 2020, semua siswa wajib belajar dari rumah
dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh
Memperhatikan
instruksi ini maka guru mesti kreatif mencari solusi agar pembelalajaran tetap
dapat berlangsung, lalu apa yang dapat dilakukan oleh guru agar siswa-siswi
mereka yang tergolong generasi alpha tetap menerima pelajaran dari guru-guru
mereka
B. Pembahasan
Tidak ada rotan
akar pun jadi, tidak satu jalan ke Mekkah. Seperti pepatah Arab mengatakan “man jadda wa jadda” artinya siapa yang
bersungguh-sungguh akan mendapat” bila kita analisis kata mutiara tersebut
dapat diartikan bahwa kesungguhan akan melahirkan keberhasilan. Baik
keberhasilan berupa materi maupun non materi. Keberhasilan materi dalam konteks
pendidikan yaitu dengan tetap mengajar meskipun tidak langsung berhadapan
dengan siswa dan siswi maka rupiah akan datang setiap bulan, karena memang
kewajiban guru adalah untuk mendidik yang didalamnya termasuk mengajar. Secara
non materi guru mesti menemukan cara-cara baru untuk menyampaikan pembelajaran
sehingga mendorong guru untuk kreatif dan inovatif, sehingga guru harus belajar
dan belajar, coba dan coba sampai mengasilkan suatu cara yang memberikan
pelajaran melalui teknologi.
Memang ini tidak
mudah bagi semua pihak termasuk siswa dan siswi yang tidak terbiasa belajar
dengan menggunakan teknologi terutama dengan laptop dan handphone. Meskipun siswa dan siswi sekarang
sudah begitu akrab dengan teknologi sebagaimana disinggung di atas, namun
membiasakan belajar dengan teknologi memberikan dampak pada mereka, terutama
menyita waktu mereka untuk terus menggunakan teknologi, hal itu akan berdampak
pada pertumbuhan mental mereka seperti: kecanduan handphone, kurang bergaul
atau bersosialisasi, secara fisik berlama lama menggunakan handphone atau
laptop dapat merusak mata, kurang bermain, obesitas karena kurang melakukan
aktivitas fisik.
Disamping
itu juga menyita waktu orang tua untuk mendampingi anak anak mereka. Dapat
dibayangkan jika orang tua siswa-siswi memiliki tiga atau empat orang anak yang
sedang berada di bangku pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama
tentu akan menyita waktu mereka, lebih-lebih orang tua mereka harus mencari
nafkah dan diperparah lagi jika orang tua mereka adalah orang tua single
tentulah ini akan terasa sangat berat.
Dalam prakteknya
sering ditemukan guru umumnya memberikan tugas yang harus dikerjakan siswa siswi mereka. Bersyukur
jika orang tua mereka memiliki pendidikan yang baik dan punya waktu yang luang
untuk mendampingi anak-anak mereka, jika tidak maka siswa-siswi hanya berasyik
ria dengan handphone dan laptop untuk mengakses berbagai kontent yang ada di internet khususnya YouTube. Seperti yang
kita ketahui, pelajar saat ini merasa tidak bisa lepas dari keberadaan ponsel
pintar. Sebagian besar dari mereka juga menjadi penikmat YouTube. Seperti yang dilansir dari https://viva.co.id, bahwa anak-anak
usia 10-14 tahun memang belum bermain di media sosial. Namun, mereka malah
sering menonton video, salah satunya di YouTube. Sayangnya, konten-konten yang berada dalam YouTube tidak semuanya
layak untuk menjadi tontonan bagi anak-anak seusia mereka.1
1.
Mendidik Siswa-Siswa Sebagai Generasi Alpha
Sisiwa-siswi yang sedang
mengikuti era saat ini digolongkan dengan generasi alpha. Generasi alpha
memiliki keingintahuan yang tinggi dan akrab dengan perkembangan teknologi.
Mereka juga punya karakteristik tersendiri sehingga perlu trik yang tepat untuk
menghadapinya. Pernah dengar
tentang generasi alpha? Katanya, generasi ini nantinya akan memiliki kecerdasan
yang mampu melampaui generasi-generasi sebelumnya, sehingga orang tua diharapkan bisa memberi bekal
sejak dini supaya mereka bisa menghadapi tantangan di masa depan. Mark
McCrindle seorang analis sosial-cum-demograf mendefinisikan generasi alpha atau
generasi A sebagai generasi yang lahir pada abad ke-21 setelah generasi Z atau
di antara tahun 2010-2024. Mereka adalah generasi yang sudah akrab dengan
teknologi sejak lahir. Sehingga perubahan teknologi yang masif akan membuat
anak-anak generasi alpha menjadi generasi paling transformatif.2
Generasi alpha sudah akrab dengan perkembangan
teknologi. Mereka menjadikan teknologi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Kecanggihan teknologi dapat menjadi sarana untuk belajar dan meningkatkan
kreativitas.
2. Metodel Pendidikan untuk Generasi
Alpha
Pertanyaannya, bagaimana metode belajar secara
online yang tepat agar potensi mereka makin optimal? Salah satu kemampuan yang perlu dimiliki
generasi alpha adalah belajar progresif. Metode belajar progresif merupakan
pendidikan yang mengedepankan peran anak sebagai pembelajar aktif. Anak
diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuan sendiri dalam melakukan,
menemukan, dan menyimpulkan suatu pengetahuan dengan bimbingan guru maupun
orang tua. Metode ini mengedepankan 4 hal, yakni:3
1)
Pembelajaran yang
berpusat pada siswa (Student-Centered Learning)
Proses belajar berpusat pada anak yang mengeksplorasi
lingkungannya sebagai wadah belajar. Orang tua dan guru bertanggung jawab untuk
mempersiapkan kurikulum/lingkungan belajar/program yang bertujuan
mengorganisasikan pengalaman yang mengarah pada pertumbuhan menyeluruh,
bermutu, beragam, dan menggugah minat anak.
2)
Pembelajaran yang
dipersonalisasi (Personalized Learning)
Personalize
learning didefinisikan sebagai pembelajaran yang adapatif,
di mana pembelajaran disesuaikan dengan minat, kekuatan, kebutuhan setiap
pelajar, dan memberikan ruang waktu pelaksanaan pembelajaran yang fleksibel4 Metode ini terjadi ketika pembelajaran yang berpegang pada tahapan perkembangan
setiap anak (sebagai individu unik). Program yang diberikan perlu memerhatikan
kesiapan anak secara fisik dan psikologis dalam menerima pembelajaran. Bukan
setiap anak harus bisa menerima pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang
sudah ditentukan.
3)
Pembelajaran berdasarkan
pengalaman (Experiential Learning)
Experiential learning (ExL) adalah proses belajar melalui pengalaman, dan
lebih sempit didefinisikan sebagai "belajar melalui refleksi pada
melakukan". Pembelajaran langsung dapat menjadi bentuk pembelajaran
pengalaman, tetapi tidak selalu melibatkan siswa untuk merefleksikan produk
mereka.5 Anak memperoleh kesempatan
belajar langsung melalui pengalaman langsung yang sesuai dengan konteks. Dengan
metode belajar ini, anak berkesempatan mendapatkan informasi secara real
life experience dan lebih mudah mengaitkan teori dan mengaplikasikannya
dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
4)
Pembelajaran kolaboratif
dan kooperatif (Collaborative dan Cooperative Learning
Pembelajaran kolaborative adalah metode pembelajaran
dimana setiap siswa diberikan khusus yang berbeda dengan siswa yang lain namun
merupakan bagian dari suatu konsep secara keseluruhan. Sedangkan cooperative learning adalah metode pembelajaran dimana siswa bekerja setiap
konsep secara bersama-sama.6
Anak didorong untuk mendapatkan lebih banyak pengalaman
dan kesempatan belajar melalui interaksi sosial yang dibangun bersama orang
lain. Cara
belajar model ini akan membangun mental siswa siswa untuk terbiasa bekerjasama
dan menghargai teman teman yang lain. Hal ini akan menjauhkan sifat individual mereka dalam kehidupan
3.
Yuotube sebagai media
informasi Generasi Alpha dalam Belajar
Kemendikbud berdasarkan Surat Edaran 15 tahun 2020 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19 merekomendasikan
beberapa situs untuk Pembelajaran Daring antara lain:7
1.
Portal Rumah Belajar oleh Pusdatin Kemendikbud: https://belajar.kemdikbud.go.id
2.
TV edukasi Kemendikbud: https://tve.kemdikbud.go.id/live/
3.
Pembelajaran Digital oleh Pusdatin dan SEAMOLEC
Kemendikbud: http://rumahbelajar.id/
4.
LMS SIAJAR oleh SEAMOLEC-Kemendikbud: http://lms.seamolec.org
5.
Guru Berbagi: http://guruberbagi.kemdikbud.go.id
6.
Video Pembelajaran: http://video.kemdikbud.go.id
7.
Suara Edukasi Kemendikbud: http://suaraedukasi.kemdikbud.go.id
8.
Mobile Edukasi Bahan Ajar Multimedia: https://m-edukasi.kemdikbud.go.id/medukasi/
9.
Sumber bahan ajar siswa SD, SMP, SMA, dan SMK: https://sumberbelajar.seamolec.org/
Meskipun
pemerintah secara resmi merekomendasikan beberapa situs diatas untuk
membelajaran daring, namun tidak tertutup bagi guru menggunakan YouTube sebagai media pembelajaran. Karena YouTube mudah dan menarik untuk diakses
guru dan siswa-siswa. Disamping itu YouTube memiliki
banyak hiburan anak-anak yang menarik, meskipun sering mengalihkan perhatian
mereka.8
Namun disinlah
peran guru untuk mengarahkan mereka untuk dapat menggunakan secara baik dan
disiplin dibawah bimbingan orang tua atau kakak-kakak mereka yang sudah sudah
dewasa atau remaja (tingkat SMA, Perguruan Tinggi)
Ada pula guru
secara resmi oleh sekolah mereka dibuatkan channel YouTube resmi. Namun ini sebuah
tantangan tersendiri bagi guru dan sekolah dimana mereka harus membuat materi
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran atau mengambi materi materi lain yang relevan yang ada di
YouTube.
Media yang paling
banyak digunakan guru sekolah dasar dan pertama adalah dengan mengunggah behan
pembelajaran melalui channel YouTube sekolah. Karena media YouTube sebagai
salah satu alternatif media pembelajaran di masa pandemi ini merupakan pilihan
yang tepat.
Dengan
menggunakan YouTube sebagai wadah pentransfer ilmu, guru juga bisa
mengembangkan kreativitasnya. Konten yang dibuat tentu saja disesuaikan dengan
materi pada saat itu. Lalu, tugas orang tua siswa adalah melakukan pengawasan
agar anak benar-benar memanfaatkan ponsel pintar untuk belajar.
Salah satu
channel YouTube yang bisa
digunakan oleh guru sekolah dasar, misalnya https://www.YouTube.com/channel/UC55VVydX5lxGBn8d-WKY-0w dan untuk untuk
siswa siswi sekolah menengah pertama misalnya https://www.YouTube.com/channel/UC9x2I5HjtxyzAuxb1m3Jtfg
Setiap kegiatan
pembelajaran tentu saja bermuara pada penilaian sebagai bentuk refleksi.
Jika YouTube adalah wadah pentransfer ilmu guru, lalu bagaimana
proses penilaiannya? Hal yang dapat dilakuan oleh guru adalah mengundang
mengirimkan soal-soal melalui
WatsApp orang tua siswa ( Sekolah Dasar) dan
WatsApp siswa Sekolah Menengah Pertama, karena masing-masing mereka sudah punya handphone.
Pertanyaan menyangkut isi materi yang saya sampaikan dalam
video YuoTube. Dengan
mengetahui jawaban siswa, guru juga bisa sekaligus mengecek apakah siswa
benar-benar memperhatikan isi video tersebut atau tidak. Sebetulnya, guru juga
bisa mengaktifkan kolom komentar lalu meminta setiap siswa yang telah menonton
video untuk memberikan respon komentar. Cara tersebut juga bisa dipakai untuk
mengecek apakah siswa menyimak pembelajaran atau tidak.
Pada intinya,
jangan sampai di saat pandemi ini peran guru sebagai seorang fasilitator dan
pentransfer ilmu hilang dan bergeser hanya sebagai pemberi soal saja. Mungkin
di saat seperti ini banyak siswa merindukan sosok gurunya bisa hadir menemani
mereka belajar. Oleh karena itu, tidak ada salahnya guru menunjukkan
kreativitasnya menjadi seorang YouTuber dengan
konten materi pelajarannya masing-masing. Bukan hanya bermanfaat untuk siswanya
sendiri, bisa saja konten itu akan ditonton banyak pelajar di seluruh negeri
YouTube merupakan
sebuah situs web yang disediakan bagi mereka yang melakukan pencarian video,
mendownloadnya atau menontonnya secara langsung. YouTube dinilai sebagai salah satu media yang
memiliki potensi luar biasa
untuk dapat meningkatkan kualitas
Pembelajaran Jarak Jauh. YouTube dapat
memberikan siswa maupun guru kebebasan dalam
berekspresi, berkolaborasi di dalam dunia kependidikan, serta dapat mendapatkan
pengalaman berharga dalam meningkatkan kapabilitas mereka.9
1) Kelebihan YouTube sebabagi
media pembelajaran
Kelebihan dan
kekurangan dalam suatu media dapat menjadi umpan balik perkembangan media
tersebut. Adapun kelebihan YouTube adalah tersedianya berbagai tipe video yang beraneka ragam yang
dapat membantu seorang Video Maker
terinspirasi, lalu YouTube ini termasuk
website yang sangat mudah untuk diakses melalui komputer, laptop, maupun smartphone.10 Muhali, M.
(2019) mengemukan bahwa YouTube sebagai sumber belajar telah
berubah menjadi bahan ajar yang siap siap digunakan sebagai media pembelajaran
demi menunjang proses pembelajaran. Kelebihan dari video dari YouTube dalam pembelajaran diantaranya:11Kelebihan
dari video dari YouTube dalam pembelajaran diantaranya:
a.
Potensial yaitu YouTube merupakan situs yang paling populer di dunia internet
saat ini yang mampu memberikan edit
value terhadap education atau pendidikan.
b.
Praktis yaitu YouTube mudah digunakan dan dapat diikuti oleh semua kalangan
termasuk siswa dan guru.
c.
Informatif yaitu YouTube memberikan informasi tentang perkembangan ilmu
pendidikan, teknologi, kebudayaan, dll.
d. Interaktif yaitu YouTube memfasilitasi kita untuk berdiskusi ataupun melakukan
tanya jawab bahkan mereview sebuah video pembelajaran.
e. Shareable yaitu YouTube memiliki fasilitas HTML,
Embed kode video pembelajaran yang dapat di share di jejaring sosial seperti
instagram. whatsApp, Facrbook, Twitter dan juga Blog atau Website.
f.
Ekonomis yaitu YouTube gratis untuk semua kalangan.
2) Kekurangan
video dari YouTube dalam pembelajaran diantaranya:
a. Koneksi jaringan, karena belum
terpasangnya wifi
disekolah sehingga menyebabkan video di YouTube tidak dapat disaksikan secara streaming.
b. Sikap instan, proses pencarian
data atau informasi di YouTube terkesan mudah sehingga jika tidak jika tidak
dikontrol akan muncul sendiri.
c. Dikontrol atau dihimbau akan menimbulkan sikap instan
baik bagi siswa maupun bagi guru.
d. Waktu, terkadang durasi waktu
penayangan (proses pembelajaran) tidak sesuai dengan jumlah jam pelajaran, hal
ini dapat mengakibatkan proses pembelajaran seperti tergesa gesa.
e. Kualitas Konten dan Video, tidak
semua video keagamaan pada YouTube memiliki kualitas yang baik pada saat di upload oleh user. Proses pemilihan, pembuatan sangat mempengaruhi
kualitas keduanya
C. Penutup
Berdasarkan
urain di atas, bahwa
sejatinya pada era internet saat ini guru mesti bijaksana, kreatif dan
innovatif dalam mengatasi masalah pembelajaran. YouTube sebagai media membelajaran dapat memotivasi siswa-siswa dalam masa pandemi.Terlebih
lagi, YouTube
memberikan segudang inspirasi kepada siswa-siswi maupun pendidik untuk selalu berinovasi dalam dunia kependidikan. Namun dibalik itu semua, media YouTube rawan akan pembullyan online yang mengakibatkan seseorang dapat sampai merasakan depresi.
Saran saya, gunakanlah YouTube dengan bijak dan sebaik mungkin. Tonton konten yang
cocok ditonton untuk seumuran anda.
Catatan Kaki :
1.https://www.viva.co.id/digital/digilife/838794-data-internet-indonesia-pengguna-anak-anak-mengejutkan?page=2&utm_ medium=page-2,diakses
10-6-2021.
2 https://www.parenting.co.id/balita/cara-mendidik-anak-generasi-alfa, diakses 10-6-2021.
3 https://www.stella-maris.sch.id/blog/optimalkan-potensi-anak-generasi-alpha-dengan-metode-belajar-yang-tepat/ diakses 10-6-2021
4 Murphy, M., Redding, S.,
& Twyman, J. (Eds.). (2016). Handbook on personalized learning for
states, districts, and schools. IAP.hal. 25
5 Kolb, D. A. (2014). Experiential
learning: Experience as the source of learning and development. FT
press.hal.30
6 Hmelo-Silver, C. E.,
Chinn, C. A., & Chan, C. (Eds.). (2013). The international handbook of collaborative learning.hal.54
8 Mujianto, H. (2019). Pemanfaatan YouTube
Sebagai Media Ajar Dalam Meningkatkan Minat Dan Motivasi Belajar. Jurnal
Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian, 5(1),
135-159.
9https://www.researchgate.net/publication/341251703_Youtube_sebagai_Media_Pembelajaran.diakses 14-06-2021
11 Muhali, M. (2019). Pembelajaran Inovatif Abad Ke-21. Jurnal Penelitian
dan Pengkajian Ilmu Pendidikan: e-Saintika, 3(2), 25-50.