MENUMBUHKAN MINAT LITERASI, PERPUSTAKAAN, DAN PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI COVID-19
Sumber Gambar :MENUMBUHKAN MINAT LITERASI, PERPUSTAKAAN, DAN PENDIDIKAN DI
MASA PANDEMI COVID-19
Oleh: Endang Yusro
Mengingat
tahun ini Ujian Nasional ditiadakan, dan diubah menjadi AKM (Asesmen Kompetensi
Minimum), maka semakin banyak yang ingin mengetahui lebih jauh tentang
literasi. Mengapa? Karena di dalam sistem AKM tersebut, literasi menjadi salah
satu parameter penilaian terhadap siswa dan sistem belajar yang diberikan oleh
guru di kelas. Literasi memang dipahami
sebagai kemampuan dalam membaca dan menulis. Membaca dapat diartikan sebagai
proses menerjemahkan lambang-lambang bahasa hingga diproses menjadi suatu
pengertian, dan menulis berarti mengungkapkan pemikiran dengan mengukirkan
lambang-lambang bahasa hingga membentuk suatu pengertian.
Secara
sederhana, literasi memang dipahami sebagai kemampuan dalam membaca dan
menulis. Menurut Harvey J. Graff (2006), literasi ialah suatu kemampuan dalam
diri seseorang untuk menulis dan membaca. Sementara menurut Jack Goody, Literasi ialah suatu kemampuan seseorang dalam
membaca dan juga menulis. Membaca dapat diartikan sebagai proses menerjemahkan
lambang-lambang bahasa hingga diproses menjadi suatu pengertian, dan menulis
berarti mengungkapkan pemikiran dengan mengukirkan lambang-lambang bahasa
hingga membentuk suatu pengertian.
Para ahli di bidang literasi informasi sepakat
bahwa perpustakaan memiliki peran sangat penting dalam menciptakan masyarakat
literat. Perpustakaan memiliki kontribusi besar untuk membentuk masyarakat
informasi yang berpikir kritis dan berpendidikan. Dari pemahaman ini, penulis
memaknai Literasi
perpustakaan sebagi sebuah kemampuan dalam memahami dan membedakan karya tulis
yang berbentuk fiksi maupun non-fiksi. Memahami cara menggunakan katalog dan
indeks, juga kemampuan memahami informasi ketika membuat suatu karya tulis dan
karya ilmiah.
Pada paruh pertengahan dekade 80-an,
pustakawan akademis melakukan tinjauan terhadap program pendidikan
pengguna dengan fokus pengembangan untuk masa depan. Di akhir dekade
tersebut, beberapa program pendidikan pengguna digantikan oleh program-program
yang bertujuan mencapai lieterasi informasi (Behrens, 1994: 313). Pada
saat yang sama perpustakaan di Amerika juga memberi perhatian khusus pada
peran mereka terhadap proses pendidikan.
Tindakan ini merupakan rekomendasi
dari beberapa laporan mengenai pentingnya reformasi pendidikan di negara
tersebut, seperti yang tertuang dalam A
Nation at Risk and College. Pustakawan mulai memperhatikan hubungan antara
pendidikan pengguna, literasi informasi, dan pendidikan seumur hidup (long live education).
Peran perpustakaan adalah
meningkatkan minat literasi, terutama bagi kaum milenial. Perpustakaan harus mengambil peran sebagai penyedia
informasi yang publik butuhkan melayaninya. Jika perpustakaan sekolah, maka
harus dapat mendukung pengajaran yang diterima siswa, dan bila ia perpustakaan
umum, maka harus dapat menampung keingintahuan masyarakat akan pengetahuan.
Sebagaimana dijelaskan di atas, kemampuan literasi menjadi parameter penilaian peserta didik dan guru.
Ada beberapa alasan yang sangat penting mengapa literasi menjadi fokus AKM.
Pertama, munculnya kesadaran yang mendasar tentang
pentingnya kemajuan dan masa depan bangsa Indonesia. Kalau kita lihat secara
historis dan sosiologis, tingkat literasi yang tinggi adalah faktor yang paling
mendukung sebuah bangsa dengan masyarakatnya menjadi unggul dan maju. Kedua, masyarakat dan pemerintah
Indonesia semakin sadar bahwa kemajuan dan keunggulan individu, masyarakat, dan
juga bangsa, ditentukan oleh adanya tradisi dan budaya literasi yang
baik. Dan ketiga, adanya faktor
pendukung dari komunitas-komunitas yang peduli dan punya semangat untuk
menumbuhkan dan menyebarluaskan kegiatan, tradisi, dan budaya literasi di
lingkungan masyarakat dan lingkungan pendidikan.
Covid-19 telah memberikan perubahan yang sangat besar terhadap
kegiatan belajar mengajar. Di seluruh dunia, lebih dari 1 miliar pelajar baik
di usia sekolah maupun perguruan tinggi, telah didorong untuk melakukan
perubahan secara radikal pada implementasi teknologi pendidikan dalam waktu
sekejap. Institusi Pendidikan harus lebih serius untuk mendesain ulang kegiatan
pembelajaran bagi semua usia dari rumah. Sisi baiknya, Tekanan yang didapatkan
baik secara individual, organisasi maupun masyarakat secara umum dalam menghadapi
pandemi dan krisis kali ini justru dapat mempercepat proses perwujudan
masyarakat industry 4.0.
Pendidikan di era sekarang bukan lagi persoalan mentransfer
pengetahuan secara eksplisit dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Berdasarkan Organissi kerja sama dan pembangunan ekonomi internasional, OECD
2030 Future Education and Skills Project menyatakan perlunya melihat kembali
Standar Pendidikan dengan suatu kerangka berpikir yang menggabungkan
pengetahuan dengan keterampilan berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan
kolaboratif.
Kerangka penggabungan pengetahuan dengan keterampilan di atas, tidak hanya diperoleh dengan mengubah proses pembelajaran dari papan tulis menuju papan virtual, dari kelas konvensional menuju kelas digital (online), tidak pula dari seminar-seminar tradisional menuju zoominar yang tumbuh bagai jamur di musim hujan. Perlu adanya transformasi cara kita belajar dan mengajar keterampilan sains dan teknologi yang selama ini dilakukan, dari pembelajaran satu arah dan berorientasi hafalan menuju pembelajaran yang bersifat personalisasi, mengedepankan keterampilan belajar secara mandiri dan berkelanjutan.
A. Minat Literasi Perpustakaan dan Pendidikan di Era Pandemi Covid-19
Literasi atau kegiatan membaca dan menulis merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan, karena membaca merupakan salah satu cara untuk meningkatkan atau memperluas pengetahuan individu. Intensitas kegiatan literasi yang dilakukan oleh individu akan berpengaruh terhadap tingkat kognitif. Santoso (2008:1) dalam hal ini mengungkapkan, “Kemampuan literasi tidak terjadi secara otomatis karena harus didahului oleh aktivitas dan kebiasaan membaca dan menulis yang merupakan wujud dari adanya minat keduanya.” Sebagai suatu kegiatan yang dianggap penting, kegiatan literasi memberikan banyak manfaat dan pelajaran terutama mengenai pelajaran kehidupan.
Berdasarkan gambaran di atas, peran
lembaga pendidikan sangat membantu dalam upaya meningkatkan minat literasi pada
anak. Mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melakukan aktivitas di
sekolah, oleh karena itu sekolah memiliki banyak kesempatan untuk melakukan
bimbingan atau pendampingan belajar bagi anak. Namun dengan kondisi Pandemi
Covid-19 ini membuat semuanya menjadi berubah. Semua pemegang kebijakan mesti berpikir
keras bagaimana mengatasi permasalahan yang hampir tidak pernah terjadi
sepanjang sejarah pendidikan ini secara kondusif.
Bagaikan
buah si malakama, di masa pandemi Covid-19 keputusan terbaik pendidikan bangsa
ini ketika harus memilih antara membuka sekolah untuk pembelajaran tatap muka
(luring) atau tetap menutup sebagian bahkan seluruh sekolah dan memilih cara
pembelajaran jarak jauh (daring). Pada
cara terakhir (daring), tidak menjamin anak-anak akan selalu membaca dan
menulis semua materi pelajaran yang memang seharusnya mereka lakukan saat
belajar di sekolah.
Ketika pembelajaran dilakukan secara
daring, sebagian besar anak-anak lebih memanfaatkan waktu mereka untuk bermain
dari pada untuk membaca. Keadaan inilah yang rentan menjadikan minat literasi
anak rendah di masa pandemi ini karena kurangnya pengawasan dalam belajar.
Sebagaimana dilansir Republika
(06/04/21) mengatakan Riset UNESCO, dampak dari penutupan sekolah-sekolah di
dunia telah mengakibatkan lonjakan jumlah anak-anak yang tak bisa membaca pada
tahun lalu.
Sebelum
pandemi, Unesco meyakini jumlah anak-anak usia sekolah yang tak dapat membaca
akan turun dari 483 juta pada 2019 menjadi 460 juta pada 2020. Namun, penutupan
sekolah mengoyak keyakinan itu dan jumlah anak-anak yang tak bisa membaca dan
menulis justru melonjak menjadi 584 juta. Keberhasilan dunia di bidang
pendidikan selama dua dekade terhapus hanya dalam satu tahun.
Pada masa pandemic Covid-19 ini
diperlukan adanya adaptasi baru dalam pembelajaran. Hal ini memiliki kendala berupa
adanya perubahan pola kegiatan belajar mengajar, dari tatap muka menjadi sistem
Pembelajaran Jarak Jauh (Daring). Beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua
untuk mengatasi sistem pembelajaran ini yaitu dengan cara literasi. Cara
tersebut antara lain: 1) Menumbuhkan minat baca anak; 2) Menyediakan
perpustakaan keluarga; 3) Membuat program wajib baca-tulis dalam keluarga; 4)
Mendorong anak bercerita tentang apa saja yang telah didengar atau dibacanya
atau ditulisnya; dan 5) Berdiskusi dan bergabung di komunitas membaca dan
menulis
B.
Upaya Menumbuhkan Minat Literasi Perpustakaan
dan Pendidikan pada saat Pandemi Covid-19
The Literacy and Numeracy Secretariat, pada tahun 2009 menyatakan bahwa literasi pada akhirnya mampu membentuk masyarakat yang kritis dan dapat membantu mempersiapkan seseorang hidup dalam masyarakat berpengetahuan. Melihat pentingnya literasi perpustakaan dan pendidikan terlebih di era Pandemi Covid-19 ini, maka Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menumbuhkan minat kegiatan dimaksud.
Berbagai
upaya yang dilakukan pemerintah untuk menumbuhkan minat literasi perpustakaan
dan pendidikan sekaligus menekan laju pertumbuhan Pandemi Covid-19, yaitu
dengan literasi sains dan literasi informasi. Disadari atau tidak, salah satu persoalan mendasar penyebab maraknya penyebaran covid 19
adalah rendahnya angka literasi sains dan informasi di masyarakat. Beberapa
bulan yang lalu, kebanyakan masyarakat yang tidak mendalami sains tidak terlalu
peduli terkait perbedaan antara virus dan bakteri; antigen dan antibodi; DNA
dan RNA; angka linear dan angka eksponensial.
Istilah-istilah di atas sepertinya tidaklah begitu
populer dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun, di saat ini hampir semua hal
yang berkaitan dengan covid 19 pasti akan berkaitan erat dengan istilah-istilah
tersebut. Ketidakmampuan
masyarakat memahami urgensi istilah-istilah sains dan kurangnya informasi akan
istilah-istilah tersebut menjadikan mereka abai dan cenderung apatis terhadap
pendekatan-pendekatan guna pengentasan covid 19.
Sebelumnya
pemahaman akan istilah biologi, medis dan epidemologis merupakan hal yang
bersifat opsional bagi tiap orangnya. Sedangkan di masa krisis saat ini,
sebagai langkah mengantisipasi dan mencegah penyebaran covid 19 sangat
bergantung pada kesadaran kolektif bahwa pengetahuan terkait hal tersebut dapat
berarti pilihan antara hidup atau mati, untuk diri maupun untuk orang lain.
Menurut Rahmawan (2013), cara untuk menumbuhkan minat
literasi yaitu: 1) Mengalokasikan waktu khusus untuk membaca, 2) Membeli buku
secara teratur untuk menumbuhkan minat baca kemudian menuangkannya dalam
tulisan, 3) Memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan membaca dan menulis, 4)
Belajar membaca efektif dengan membiasakannya sejak usia dini, dan 5) Membuat
target membaca, daftar buku yang akan diselesaikan untuk dibaca dlaam waktu
yang ditentukan.
C. Penutup
Adanya dampak Pendemi Covid-19 menyebabkan hampir semua sektor mengalami pelemahan, tidak terkecuali sektor pendidikan. Bidang literasi merupakan yang paling terasa dari sektor pendidikan. Saat ini minat literasi masyarakat masih kurang, dan berbagai upaya dari pemerintah telah dilakukan dengan menyediakan fasilitas untuk menunjang minat baca masyarakat, dari kalangan swasta maupun perorangan telah menyediakan fasilitas seperti halnya taman baca yang menjadi sarana bagi masyarakat untuk meningkatkan budaya litarasi.
Keberadaan Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten yang beralamat di
Jalan Raya Jakarta KM 4 Pakupatan, Kel. Panancangan, Kec. Cipocok Jaya, Kota
Serang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya. Berbagai
kegiatan dilakukan, di antaranya: Pelayanan Perpustakaan Keliling, Pengadaan
Bahan Pustaka, Layanan Story Telling, Pelatihan Menulis, Bedah Buku, Lomba
Perpustakaan, Kearsipan dan Minat Baca, Pembinaan Tenaga Perpustakaan Sekolah
dan Desa, Peningkatan Minat Baca, dll.
Kepala Dinas Perpustakaan Daerah, Usman Asshiddiqi Qohara
mengatakan adanya program-program tersebut diharapkan dapat membantu siswa,
mahasiswa, guru/dosen dan stakeholder
pendidikan lainnya, maupun masyarakat umum. Kemudian lebih jauh sang Kepala
mengatakan, semoga kegiatan tersebut dapat terus terlaksana untuk
mengoptimalkan dunia literasi di kalangan masyarakat Banten khususnya dan
Bangsa Indonesia pada umumnya.
Referensi
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Naskah Akademik Pengelola Taman Bacaan
Masyarakat (TBM). Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Nonformal, Jakarta:
Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat. 2005. Jakarta: Depdiknas.
Devega, E. 2017, Oktober 10. Teknologi Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet Di Medsos. Retrieved Agustus 8, 2020, from Kominfo: https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologi-masyarakat-indonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media
Kemendikbud. 2016. Survey
Internasional PIRLS. Diakses dari: http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/ survei-internasional-pirls. Pada tanggal 6 Maret
Rahmawan, Ary. 2013. 8 Cara Menumbuhkan Minat Baca.http://arryrahmawan.net/8-cara-
menumbuhkan-minat-baca.
Rosarini, F. (n.d.). Meningkatkan Minat Baca Siswa di Masa Pandemi Covid-19. Retrieved Agustus 8, 2020, from Siedoo: https://www.google.com/amp/s/siedoo.com/berita-31488-meningkatkan-minat-baca-siswa-di-masa-pandemi-covid-19/%3famp
Setiawan, Agus. 2017. Cara Paling Ampuh Agar Anak Ketagihan Membaca. http://bacakilat.com/cara-paling-ampuh-agar-anak-ketagihan-membaca/2017
Sutarno. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: CV. Sagung Seto (edisi revisi).
Suwanto, S. A. 2017. Pengelolaan TBM Sebagai Sarana Meningkatkan Minat Baca Masyarakat. Anuva Vol 1 , 19-32.