Peminat Buku Digital Dan Buku Konvensional

Sumber Gambar :

Peminat Buku Digital Dan  Buku Konvensional

Oleh : Asep Awaludin*

 

Di era teknologi yang serba canggih  seperti sekarang ini manusia semakin dimudahkan dengan berbagai macam jenis aplikasi melalui laptop atau gadgetnya. Begitupun dengan dunia literasi, banyak aplikasi e-book yang sudah tersedia di aplikasi. Lalu pertanyaan sekarang apakah dengan tersedianya aplikasi e-book tersebut buku konvensional akan hilang..?

Berdasarkan catatan sejarah, Ada berbagai sumber yang menguak sejarah tentang buku. Awalnya, buku pertama disebutkan lahir di Mesir pada tahun 2400-an SM setelah orang Mesir menciptakan kertas papyrus. Kertas papirus yang berisi tulisan ini digulung dan gulungan tersebut merupakan bentuk buku yang pertama. Ada pula yang mengatakan buku sudah ada sejak zaman Sang Budha di Kamboja karena pada saat itu Sang Budha menuliskan wahyunya di atas daun kemudian membacanya berulang-ulang. Berabad-abad kemudian di Tiongkok, para cendikiawan menuliskan ilmu-ilmunya di atas lidi yang diikatkan menjadi satu. Hal tersebut memengaruhi sistem penulisan di Tiongkok yang huruf-hurufnya ditulis secara vertikal yaitu dari atas ke bawah. Buku yang terbuat dari kertas baru ada setelah Tiongkok berhasil menciptakan kertas pada tahun 200-an SM dari bahan dasar bambu yang ditemukan oleh Tsai Lun. Kertas membawa banyak perubahan pada dunia. Pedagang muslim membawa teknologi penciptaan kertas dari Tiongkok ke Eropa pada awal abad ke-11. Di sinilah industri kertas bertambah maju. Apalagi dengan diciptakannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg pada abad ke-15, perkembangan dan penyebaran buku mengalami revolusi. Kertas yang ringan dan dapat bertahan lama dikumpulkan menjadi satu dan terciptalah buku.

 adaptasi penggunaan buku elektronik dimulai pada tahun 1993. Saat itu Peter James seorang penulis novel menerbitkan karya novelnya berjudul Host dalam bentuk dua floopy disk. Gebrakan yang dilakukan James tersebut saat itu langsung mendapatkan respon yang kurang baik oleh publik terkhusus jurnalis.

Kondisi industri buku konvensional saat itu semakin terhimpit seiring dengan munculnya penantang baru lain seperti Nook, iBook Store, dan lainnya. Kondisi prihatin industri percetakan buku konvensional di Amerika saat itu juga ditandai dengan ditutupnya beberapa bisnis percetakan buku dan toko buku besar antara tahun 2010-2011 akibat mengalami kerugian. Salah satunya saat itu adalah Borders Book.

Buku konvensional ternyata tetap ada dan masih banyak diburu oleh para pemustaka. Alasan buku konvensional masih menjadi primadona juga didasari oleh banyak faktor, seperti dengan buku konvensional pembaca bisa memiliki secara fisik buku tersebut, bisa merasakkan sensasi membalikan kertas, bisa lebih fokus karena mata tidak cepat lelah, dan lainnya. Pada beberapa kasus, membaca buku  relatif  lebih menarik karena lebih nyaman di mata. Efek radiasi dari gadget kadang membuat mata terasa lebih cepat lelah. Keuntungan lain dari buku konvensional adalah bisa dibawa ke mana saja walau ke daerah tanpa sinyal, misal ke daerah pelosok atau di dalam pesawat terbang.

Selain itu Buku konvensional tetap berfungsi sebagai kegiatan memanfatkan waktu luang. Selain itu, memang peminat buku digital terbanyak berada pada generasi milenial, tetapi masih banyak pula orang dewasa atau orang tua yang memperkenalkan anak sejak kecil kepada buku konvensional. Anak-anak dilihat lebih mudah paham ketika membaca buku konvensional daripada membaca e-book. Banyak orang juga lebih merasa puas dan bangga ketika memegang buku konvensional, terlebih untuk dipamerkan atau bahkan menjadi koleksi. Ditambah dengan karakter masyarakat Indonesia yang lebih mengataskan membaca buku sebagai keharusan dibanding kebutuhan. Artinya, dalam konteks akademis, buku sekolah atau buku ilmiah akan tetap dibutuhkan oleh karena keharusan membaca.

Di Indonesia sendiri perkembangan tren buku elektronik (ebook) cukup dinamis, meskipun kepopuleran buku konvensional masih menjadi primadona dan pilihan utama masyarakat dalam membaca. Hal ini ditunjukkan dengan masih meningkatnya angka penjualan buku di toko buku konvensional maupun online.  Ebook masih dianggap hanya sebagai komplementer disaat masyarakat tidak bisa memperoleh buku fisiknya.

Dari beberapa faktor tersebut maka dapat disimpulkan perbandingan antara buku konvensional dengan buku digital diantaranya yaitu :

1.      Eksistensi Keberadaan dan Format Buku. Keberadaan buku konvensional tentunya dapat kita rasakan dan nyata secara fisik, sedangkan e-book atau buku digital tidak memiliki bentuk konvensional dan hanya dapat kita lihat dan baca saja.

2.     Keberadaan dan Cara Mendapatkannya. Kemudian, perbedaan selanjutnya terletak dari cara kita mendapatkannya. Seperti halnya buku konvensional kita bisa mendapatkan di perpustakaan, atau membelinya langsung ke toko buku. Dan untuk Buku Digital, kita bisa mendapatkannya secara gratis maupun berbayar di dunia maya, tanpa harus datang ke tempat penyedia buku secara offline.

3.     Efisiensi dalam Penggunaan. Salah satu kelebihan yang dimiliki buku digital yaitu efisiensinya, baik dari bentuk dan fungsi. Karena sangat mudah kita simpan dan buka dimanapun kita berada. Berbeda dengan buku konvensional kita harus menyediakan tempat untuk menyimpan dan ingin membawanya.

4.       Membaca Lewat Buku Memberikan Pemahaman yang Lebih Spesifik. Dengan buku konvensional kita tidak harus memiliki perangkat seperti Handphone atau komputer, berbeda dengan Ebook yang mengharuskan kita memiliki media tersebut untuk membukanya.

Jadi, jika dilihat dari berbagai fakta dan informasi di atas, eksistensi buku konvensional masih  dibutuhkan oleh para pemustaka terutama dalam pencarian referensi ternyata sama seperti buku digital yaitu sama-sama memiliki manfaat dan juga sekaligus kelemahan. sama seperti tangga yang ada di Mall atau perkantoran, walaupun sudah ada lift tapi tangga tersebut masih disediakan. Pastinya, setiap sisi keduanya memiliki kelebihan serta kekurangannya sendiri, tapi tetap keduanya akan memberikan manfaat kepada pembacanya.

 

Sumber :

1.   Crider, Michael. "What Is a .DOCX File, and How Is It Different from a .DOC File in Microsoft Word?". How-To Geek (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 8 Desember 2021.

2.   Beal, Vangie (1996-09-01). "HTML: Meaning, Definition & History". Webopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-08.

3.   e-book | Definition, History, & Facts | Britannica". Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 8 Desember 2021.

4.   "BSE Depdiknas". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-30. Diakses tanggal 2021-02-04.

 

*Pemustaka


Share this Post