Penerapan Membaca Pada Aktivitas Literasi

Sumber Gambar :

Oleh Ai Bida Adidah*

Membaca adalah aktivitas menyenangkan. Betapa tidak, membaca bisa menjamah dunia dan mengarungi beragam pikiran banyak orang. Mengetahui informasi dengan cepat melalui membaca memang penting. Namun proses keterbacaan dengan menyerap pemikiran penulis secara utuh juga merupakan hal yang tak kalah penting. Dan itu lebih mudah dicapai secara konvensional. Salah satu bahan yang bisa dibaca adalah buku. Buku adalah teman setia. Ia mudah dibawa ke mana pun, dibaca kapan saja dan dalam situasi apa saja.

Banyak para ahli mengungkapkan bahwa kebiasaan orang yang telah lama membaca secara linear, yaitu membaca halaman per halaman pada media cetak atau buku ternyata mempengaruhi proses keterbacaan seseorang. Misal saat seseorang membaca novel, hanya dengan membuka sub-bab atau halaman tertentu saja, ia masih bisa mengingat berbagai kata kunci dalam novel. Inilah yang tersimpan dalam otak dan membantu seseorang mengingat keseluruhan cerita yang telah dibaca.

Berbeda saat kita membaca menggunakan aplikasi pada internet. Selain sinar layar laptop atau ponsel memengaruhi kerja mata dan otak saat membaca, berbagai iklan dan tautan yang kerap muncul juga akan memecah perhatian, sehingga informasi yang diterima tidak utuh.

Di era teknologi digital seperti sekarang ini, kecenderungan orang lebih pragmatis. Mereka lebih suka membaca kalimat-kalimat pendek yang tertulis dalam media sosial. Internet memang banyak menolong, tetapi tidak selalu informasi yang dibutuhkan, memiliki kualitas dan kesesuaian dengan yang kita harapkan. Memang internet dan terutama medsos menampilkan informasi begitu cepat dan mudah diakses oleh siapa saja. Tetapi banyak waktu digunakan hanya untuk memahami dan mengerti hal-hal yang praktis-pragmatis. Era teknologi yang semakin canggih, membuat masyarakat lebih memilih memainkan gadget dan berseluncur di media sosial daripada membaca buku.

Kemampuan baca-tulis yang hanya dimiliki makhluk manusia meniscayakan perubahan  dimana pemikiran terus berdialog dengan obyek yang dibaca dan diteliti berupa fakta-fakta atau dengan ajaran tekstual. Proses transformasi menghasilkan konsep dan makna. Dialog pikiran yang juga melibatkan perasaan menghasilkan kognisi yang makin dalam tertuang dalam wujud literasi. Sebab orang cerdas secara intektual tidak puas berwacana dan berbicara saja, tetapi merumuskannya dalam bentuk tulisan atau buku.

Gagasan yang dihasilkan melalui perenungan dan dialog atau penelitian yang kemudian menciptakan budaya literasi berupa buku-buku. Oleh karena itu buku merupakan wadah ilmu pengetahuan yang dihasilkan melalui membaca. Ilmu pengetahuan modern membutuhkan referensi, karena dunia kehidupan manusia modern bukan dongeng melankan kenyataan yang bisa diukur, diuji, ditransformasi dan dikembangkan menjadi peradaban yang makin canggih.

Selama ini buku dikesankan sekedar pelengkap dalam dunia pendidikan, juga dalam kehidupan masyarakat. Buku belum merupakan sesuatu yang wajib atau menjadi syarat dalam pembelajaran mandiri atau dalam kehidupan masyarakat. Padahal buku memiliki peranan penting baik dalam proses pembelajaran maupun dalam pendalaman pemahaman akan konsep dan ilmu pengetahuan. Sebagai media dan sumber pembelajaran, buku mampu mentransformasikan pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan yang berkaitan dengan kompetensi dan profesionalitas diri. Mencintai buku adalah mencintai kemajuan dan kemanusiaan.

Memang harus disadari bahwa buku seharusnya dijadikan sumber media, khususnya dalam proses pembelajaran. Buku harus menjadi pendamping kita baik di sekolah maupun di masyarakat. Bahkan dalam kehidupan sendiri sekalipun buku seharusnya mejadi teman dialog dalam rangka menemukan pengertian dan pemahaman suatu konsep atau fakta baru. Bukankah otak manusia selalu ingin tahu akan segala sesuatu.

Kreativitas Literasi

Membaca merupakan suatu proses literasi. Dimana secara harfiah adalah orang yang belajar. Atau menurut National Institute for Literacy, literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Dan menurut UNESCO, literasi merupakan seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya.

Sehingga dapat ditarik benang merah bahwa literasi merujuk kepada kemampuan dalam memproses informasi, dan memanfaatkan informasi tersebut untuk memecahkan masalah dan meningkatkan kualitas hidup, pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sampai kepada tingkat memproduksi sesuatu. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa dan menumbuhkan kreativitas.

Dimana kreativitas adalah kemampuan memecahkan masalah yang memberikan individu mampu menciptakan ide-ide asli atau adaptif fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang. Sehingga mampu memberikan manfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi kreativitas. Diantaranya adalah pertama, faktor dorongan untuk memenuhi potensi anak supaya menjadi kreatif dan dapat menentukan masa depannya. Dimana dorongan ini harus terus diberikan agar anak tidak patah semangat dan terus melakukan aktivitas pada jalurnya. Dorongan atau motivasi yang kuat yang terus diberikan oleh orang-orang disekitarnya.

Kedua,  faktor sarana yang harus disediakan untuk merangsang penelitian dan eksplorasi pada elemen yang penting. Sarana prasarana yang tersedia dan ada disekitar anak yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan imajinasinya. Hal ini harus disediakan semata-mata sebagai pendukung pencerdasan serera kreativitas. Misalnya di sekolah, dimana penyediaan sarana perpustakaan yang memadai untuk mendukung penelitian dan ekspolrasi peserta didik dalam mengembangkan kreativitas dan ide, sehingga lahir generasi yang mumpuni.

Ketiga, faktor lingkungan keluarga dan sekolah harus dapat mendorong kreativitas dan dapat memberikan panduan untuk membuat anak menjadi kreatif. Lingkungan tersebut hadir sebagai pendukung utama dan sebagai figur yang dapat dicontoh bagi pengembangan kreativitas anak. Tanpa adanya ini, anak tidak bisa melihat siap yang bisa dijadikan contoh. Terutama pada lingkungan keluarga, oran tua harus menjadi contoh bagi anak-anaknya dalam memberikan lingkungan yang kondusif terhadap penerapan literasi pada lingkungan keluarga.

Keempat, faktor kelebihan dan pengetahuan yang dapat mengembangkan pikiran yang positif. Pengetahuan yang diperoleh dari membaca berbagai sumber bacaan, akan memberikan nilai lebih bagi seseorang yang bisa digunakan untuk mengembangkan pola pikir yang positif sehingga bisa mempengaruhi seseorang dalam menuangkan gagasan dan idenya. Pengatahuan ini juga tidak terlepas dari bahan bacaan yang bermutu yang di perolehnya. Seseorang bisa melakukan pemilihan dan pemilahan bahan bacaan yang ada disekitarnya.

Kelima, faktor waktu yang dimiliki seseorang dalam rangka meningkatkan pengetahuan melalui bahan bacaan yang dipilihnya akan sejalan dengan apa yang diperolehnya  untuk mengembangkan ide yang dikembangkan. Pemanfaatan waktu yang dilakukan seseorang adalah dengan berkunjung ke perpustakaan, memilah buku-buku yang dibaca secara prioritas, sehingga tidak ada waktu yang terbuang dan sia-sia dalam peningkatan pengetahuannya.

Dari sini kita akan mengetahui bahwa ciri-ciri orang kreatif adalah mudah beradaptasi, dari hasil membaca berbagai bacaan, ia akan mengetahui berbagai karakter kebanyakan orang, sehingga ia mamp[u menerapkan pengetahuannya dengan mudah beradaptasi. Selain itu ia juga sering berimajinasi secara positif, merangkum berbagai pengetahuan yang diperolehnya dari berbagai sumber bacaan yang telh dibacanya. Walaupun terkadang orang akan melihat ia sebagai pribadi yang penuh misterius.

Selain itu, seseorang dengan memiliki daya kreatif yang tinggi biasanya menyukai berbagai tantangan dan merasa tidak takut gagal. Ia akan mencoba dan terus mencoba dan pantang menyerah sehingga melahirkan mental yang sangat kuat dan membara.

Tentu yang paling penting adalah, seseorang yang memiliki daya kreatif tinggi adalah orang yang mandiri tidak menggantungkan keputusan pada orang lain, sehingga ia berani mengambil resiko apapun untuk meraih keberhasilan atau kesuksesan hidup dimasa yang akan datang.

Penerapan Literasi

Penerapan literasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dilakukan dengan sadar,  stimulus, dan berbagi. Artinnya orang tua, guru atau masyarakat yang sedang melakukan penerapan aktivitas literasi di masyarakat itu harus dilakukan secara sadar bahwa keberlangsungan literasi ini tidak bias dilakukan secara instan dan selalu dilakukan dengan memberikan rangsangan dengan menggunakan berbagai sarana prasarana serta selalu berbagi  pengetahuan dengan orang lain, agar keberlangsungan penerapan literasi di masyarakat akan berhasil.

Untuk mendukung keberhasilan penerapan literasi, kita selalu berupaya membuat program/keragaman aktivitas yang menyenangkan, sehingga tingkat keberhasilannya bisa diukur dan dievaluasi. Sehingga tingkat keberhasilan ini dapat lihat tingkat keberhasilannya.

Yang lebih penting adalah dengan melakukan sinergitas dan pelibatan publik. Dimana kegiatan ini adalah untuk mengajak dan mendorong pihak pemangku pendukung seperti pegiat dan  komunitas literasi, lembaga akademis, organisasi masyarakat, media, dan dunia usaha/industri untuk memberikan dukungan dalam bentuk  apapun guna mempercepat penguatan literasi dan numerasi di masyarakat. Dengan kekuatan jaringan dan kolaborasi antar pemangku yang dimotori oleh  pemerintah dan masyarakat diharapkan terjadi perbaikan kualitas pendidikan dan individu dimana salah satu  indikatornya adalah menguatnya kecakapan literasi dan numerasi seperti  berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif.

*Peminat Masalah Sosial


Share this Post