Pengaruh Buku Pada Pengembangan Diri
Sumber Gambar :Oleh Ai Bida Adidah *
Proses pembangunan masyarakat dan kemajuan-kemajuan tidak sendirinya terjadi, melainkan dihasilkan melalui proses pendidikan dan utamanya melalui membaca dalam arti luas. Interaksi kebudayaan antar bangsa pun dirumuskan melalui perencanaan-perencanaan dan penelitian yang termodifikasi dalam buku-buku ilmiah. Tidak ada kebudayaan modern yang muncul tanpa buku. Berbagai pemikiran para ahli dan hasil risetnya ditampilkan dalam berbagai macam buku. Jadi buku adalah representasi dunia atau “jagat kecil”. Jadi buku adalah gambaran tentang dunia dan bagaimana hidup manusia harus bergerak. Tanpa membaca buku niscaya kita tidak tahu kehidupan dunia dan kemana arah perubahan yang akan terjadi. Buku adalah dunia kemajuan dan sekaligus dunia peradaban. Sebab tidak ada negara atau masyarakat yang maju tanpa buku. Buku bisa dimanfaatkan sebagai alat untuk kebaikan atau mungkin bisa jadi untuk keburukan, tergantung pada manusia itu sendiri yang memanfaatkannya.
Buku bisa diibaratkan sebagai sebuah sumber mata air yang mengalir dan tidak pernah kering. Sedangkan kemajuan manusia tidak menetap pada titik tertentu, melainkan terus berkembang melintasi kehidupan dari satu titik ke titik lainnya sampai hidupnya berakhir. Dalam konteks ini kehidupan manusia di dunia ini tidak lain hanya pengembara (musafir) yang terus mencari kebenaran walaupun bersifat relatif. Sebagai pengembara manusia selalu haus karena didorong oleh rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Buku adalah mata air itu untuk memenuhi rasa haus akan rasa ingin tahu segalanya. Buku seperti mata air, begitu jernih dan perlahan mengalir ke rongga kehidupan. Isi buku berupa pikiran dan kandungan ilmu pengetahuan pun jernih dan bila dibaca akan mengalir melalui saluran pikiran, batin dan rasa hingga masuk relung hati dan membatin. Demikianlah buku sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan serta sekaligus teman berdialog dalam mengisi kehidupan dari satu fase pertumbuhan kepada fase pertumbuhan lainnya, sehingga tidak sesaatpun dia berhenti pada titik tertentu.
Pemanfaatan Perpustakaan
Untuk memperoleh bahan bacaan yang berkualitas, ditengah makin meningkatnya harga buku di pasaran, orang akan beralih memanfaatkan perpustakaan yang ada disekitarnya. Lembaga perpustakaan yang didirikan Pemerintah sebagai upaya pengembangan pengetahuan masyarakat bisa dijadikan tempat alternatif untuk memperoleh pengayaan pengetahuan secara gratis.
Perpustakaan merupakan suatu lembaga layanan masyarakat dalam bidang ilmu pengetahuan. Melalui penyediaan bahan pustaka dan fasilitas lainnya untuk mesyarakat dalam berbagai media baik tercetak maupun terekam yang bersifat edukatif. Perpustakaan berusaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta memperluas wawasan dan informasi untuk keperluan pendidikan pekerjaan, penelitian, dan sebagai wahana dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Layanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan teknis yang pada pelaksanaanya perlu adanya perencanaan dalam penyelenggaraannya. Fungsi layanan perpustakaan adalah mempertemukan pemustaka dengan bahan pustaka yang mereka minati. Dalam rangka menciptakan kegiatan layanan perpustakaan yang lebih baik diperlukan unsur-unsur penunjang yang mendukung kelancaran kegiatan layanan di perpustakaan, antara lain pemustaka, koleksi, pustakawan, dana, sarana, dan prasarana. Layanan perpustakaan adalah pemberian informasi dan fasilitas kepada pemustaka dan melalui layanan itu pemustaka dapat memperoleh informasi yang dibutuhkannya secara optimal dari berbagai media. Demikian seperti yang dikatakan oleh Elva (2018)
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi semakin menjadi tantangan bagi perpustakaan untuk memeberikan informasi terhadap masyarakat secara luas. Sebagai lembaga yang memiliki peran yang sangat vital, perpustakaan memaikan peran dan fungsinya sebagai lembaga publik yang informatif dan dapat memberikan informasi yang objektif tanpa membedakaan strata sosial. Dengan kata lain, perpustakaan akan terus eksis apabila mengembangkan suatu komunikasi dalam peradaban manusia, termasuk tugas perpustakaan sebagai pencerah terhadap peradaban manusia dan pelopor dalam proses transformasi menuju era keterbukaan informasi.
Pengembangan Diri
Banyak cara yang dilakukan orang untuk mengembangkan pengetahuan diri yang melahirkan kreatifitas. Melalui kehidupan social kemasyarakatan, seseorang dapat mengamati dan mempelajari tingkah laku dan pengalaman orang lain yang dapat diterapkan pada dirinya sendiri. Salah satu bahan referensi untuk pengembangan diri adalah dengan membaca buku yang ditulis banyak orang. Dengan membaca buku akan melahirkan orang-orang kreatif. Setiadi (2016) mengatakan bahwa dimana karekteristik orang sangat kreatif diyakini sebagai hasil dari dua perilaku khusus yakni : pertama, memaksimalkan penggunaan daya pikir. Tampaknya bahwa ketika orang yang sangat kreatif berusaha untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan, terutama ketika tujuan itu berkaitan dengan area kekuatan kreatif, mereka lebih banyak menggunakan otak daripada orang-orang biasa atau bahkan diri mereka sendiri disaat tidak fokus pada tugas kreatif. Hal ini akan melahirkan perbuatan memikirkan sebelum bertindak, rasa penasaran yang tinggi, dan ide spontan.
Kedua, meminimalkan pikiran yang kurang teratur. Otak memiliki daerah prefrontal dorsolateral, yang memiliki tugas sebagai sensor otak, yang mencegah kita dari mengatakan atau melakukan hal-hal yang tidak pantas. Hal ini memungkinkan kita untuk mengontrol impuls dan memilih program yang sesuai dengan keadaan.
Kreatifitas lahir dari orang yang memiliki karakter. Dimana karakter ini dibangun oleh referensi masa lalu. Dari lingkungan, apa yang kita dengar, lihat, rasakan, dan penilaian orang terhadap diri kita. Umumnya sebuah karakter itu muncul, karena syarat yang kita berikan itu mencukupi kita untuk memunculkan hal tersebut. Dari karakter ini juga akan melahirkan berbagai keterampilan yang dikembangkan oleh orang-orang kreatif, diantaranya keteramilan berkomunikasi, berfikir dan memecahkan masalah, bekerjasama, belajar seumur hidup, kewirausahaan, etika, moral dan professional, dan keterampilan kepemimpinan.
Masalah pemimpin dan kepemimpinan merupakan masalah sosial. Pemimpin tidak akan muncul tanpa adanya masyarakat. Pemimpin tidak akan disebut pemimpin tanpa adanya kelompok individu sebagai bawahannya. Manusia merupakan topik sentral mengenai permasalahan dan tujuan ilmu-ilmu kepemimpinan khususnya mengenai ketertiban, keselarasan, keteraturan dan ketentraman hidupnya. Fungsi seoarang pemimpin untuk menjaga terlaksananya suatu peraturan yang berlaku sering terjadi. Meskipun telah dibuat suatu peraturan, jika tanpa pengarahan dan petunjuk yang benar dari orang-orang yang lebih tahu, pelaksanaan peraturan ini justru akan menimbulkan permasalahan baru.
Seorang pemimpin dapat dilihat dari kemampuannya mewujudkan cita-cita kelompok, kemampuannya untuk berkomunikasi dengan lingkungan, juga kemampuan menangkap dan menjabarkan kebudayaan yang melingkupi kehidupannya. Pemimpin merupakan figure multidimensi. Ia hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, sekaligus ketua kelompok. Ia selalu berkepentingan dengan keadaan dan kejadian dalam lingkungannya.
Dalam sejarah Orde Baru misalnya, dinyatakan Leo (2013) bahwa kepemimpinan yang bersemangatkan Pancasila haruslah ing ngarso sung tuladha, harus menjadi teladan sehingga orang-orang akan mengikutinya dengan penuh keyakinan; ing madya mangun karsa, berada ditengah-tengah merangsang kehendak dan daya cipta mereka sendiri; sementara tut wuri handayani, membantu mendorong mengembangkan prakarsa dan tanggung jawab. Dengan demikian seorang pemimpin haruslah memiliki kualitas sebagai seorang pelindung datau pengasuh yang merangsang, memimpin dan membimbing asuhannya. Pola kepemimpinan ini bersumber dari ajaran Ki Hajar Dewantara, pendiri Perguruan Taman Siswa.
Dalam hal ini membaca buku-buku adalah sebuah kebutuhan individual dan institusional (tradisi akademis). Justru karena manusia memiliki keterbatasan dalam mengingat dan menghafal, maka diperlukan kegiatan mebaca sambil menulis. Kemampuan baca-tulis selain ditujukkan untuk memunculkan gagasan-gagasan baru yang rasional dan representatif, juga sekaligus pengembangan pemikiran kritis sebagai upaya pencerdasan akal budi. Persentuhan antara satu pemahaman dengan pemahaman yang lain tentang konsep melalui membaca dan menulis melahirkan pandangan baru sehingga ilmu pengetahuan terus berkembang. Melalui membaca dan menulis akan banyak pesan ilmu pengetahuan yang diingat dan kegiatan tersebut melatih nalar, menjelaskan suatu kerangka teori berdasarkan analisis terhadap fenomena kehidupan dan fakta sehingga ilmu pengetahuan ditransformasi yang kemudian mewujud dalam prilaku terpelajar.
Yang terpenting adalah membaca buku adalah ditujukan sebagai pengembangan pengetahuan diri dan untuk mengembangkan perilaku kearah yang lebih positif. Apa yang dipelajari dari hasil membaca buku itu tentu diarahkan pada pengembangan diri kearah yang positif, bukan saja untuk pengembangan diri sendiri tetapi ditujukan untuk mengembangkan masyarakat secara keseluruhan.
Pemanfaatan perpustakaan secara maksimal oleh masyarakat, akan memberikan dampak positif terhadap pengembangan pengetahuannya. Bagi masyarakat yang letak domisilinya jauh dari perpustakaan, tentu dengan kehadiran teknologi komunikasi dan informasi dapat memanfaatkan koleksi-koleksi sumber elektronik perpustakaan yang dapat diakses secara gratis melalui peralatan teknologi komunikasi dan informasi tersebut.
*Peminat Masalah Sosial
Bahan bacaan :
- Elva Rahmah. 2018. Akses dan Layanan Perpustskaan : teori dan praktek. Jakarta : Kencana.
- Leo Agung S. 2013. Sejarah Intelektual. Yogyakarta : Ombak.
- Nugroho J. Setiadi dkk. 2016. Membangun Karakter Orang-orang Yang Sangat Kreatif: mengembangkan sikap, mental, dan perilaku kreatif melalui permainan ilmiah. Yogyakarta : Gosyen