PENTINGKAH MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA ANAK?
Sumber Gambar :PENTINGKAH
MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA ANAK?
Oleh
: Ai Bida Adidah*
Kebiasaan
membaca yang dimiliki oleh anak-anak kita merupakan proses yang panjang yang dilakukan
sebelumnya. Kebiasaan ini dimulai sejak dalam buaian orang tuanya, terutama ibu
hingga ia mampu mengucapkan kata-kata secara sadar dan sistematis dan
dimengerti secara logika. Peran
orang tua dalam mengarahkan dan membiasakan anak-anaknya sangatlah dibutuhkan
agar membentuk manusia yang berkarakter kuat dan berprestasi baik secara
akademik maupun
non akademik. Manfaat membaca akan mengarah kepada pertumbuhan yang seimbang
dari kepribadian total manusia melalui giat belajar membaca. Oleh karena itu,
apa yang dia baca, akan merubah aspek hidupnya. Kaitannya antara orang tua pada
pembentukan karakter anak-anaknya yang berprestasi akan menumbuhkan karakter
lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas dalam bersikap dan melakukan
perbuatan dengan berpikir sebab dan akibatnya.
Secara
umum bisa dikatakan bahwa untuk mengajarkan anak untuk bisa membaca di awal
masa pertumbuhannya, memerlukan sikap kesungguhan, kesabaran, dan keyakinan
dari para orang tua. Apa yang mereka berikan pada lingkungan awalnya itu akan
memberikan dampak yang positif bagi perkembangan anak selanjutnya. Pembiasaan
membaca perlu ditanamkan dan ditumbuhkan sejak dini terhadap anak-anaknya.
Pentingnya pendidikan keluarga merupakan konsekuensi rasa tanggung jawab orang
tua terhadap perkembangan emosionalnya dan pendidikannya.
Dalam
sebuah penelitian Glenn Doman, sebagaimana dikutip oleh Meity dan Izul dalam buku “Menumbuhkan Minat
Membaca Pada Anak Usia Dini (2014)” mengatakan bahwa anak balita dapat
diajarkan membaca dan lebih efektif daripada anak yang memasuki usia sekolah (6
tahun). Dalam hal ini Doman mengatakan bahwa semakin kecil usia seorang anak,
maka semakin mudah untuk diajari mmebaca. Akan tetapi, dalam batas anak sudah
mulai berbicara. Karena anak yang belum bisa berbicara, akan sulit untuk
diajari membaca.
Dari konsep pengajaran
tersebut jelaslah bagi kita bahwa, anak akan memiliki tingkat kepekaan untuk
menangkap pembiasaan yang diajarakan oleh orang tuanya manakala anak tersebut
belum banyak menyerap informasi dari luar lingkungannya.
Sebenarnya momentum pengembangan potensi anak dalam membaca adalah pada
periode emas, sebagaimana digambarkan oleh Aris Ahmad Jaya (2014) dalam buku
“Hypno Creativa
Teknik Mengelola & Mengatasi Emosi Buah Hati Menjadi Prestasi” dikatakan
bahwa periode pertama adalah mulai anak lahir sampai usia 3 tahun. Apa yang
didengar, dilihat dan dirasakan merupakan bagian dari kehidupannya. Pada masa
ini orang tua harus secara aktif berkomunikasi secara verbal dan non verbal.
Pada masa ini orang tua berbicara dengan penuh bahagia, dengan memasukan
harapan-harapan dengan kata-kata positif, bernyanyi lagu bahagia, berdoa di
depannya, memutar murrotal al-Qur’an, dan memperkenalkan karakter dasar yang
baik seperti tersenyum, menyapa dan ucapan terima kasih.
Periode kedua adalah antara usia 3 sampai 7 tahun. Pada
masa kedua ini semua sugesti, informasi ataupun kata-kata dapat masuk secara
langsung ke bawah sadar. Masa ini sangatlah penting dalam pembentukan karakter
karena anak sudah dapat diajak komunikasi karena sudah mengerti bahasa lisan
dan ungkapan bahasa tubuh. Pada masa emas yang kedua ini jangan sampai
menyerahkan pendidikannya sepenuhnya pada orang lain atau lembaga pendidikan,
sehingga orang tua memiliki target untuk anaknya hal apa saja yang harus
dimengerti, dipahami dan dilakukan.
Dan pada periode ketiga saat anak berusia 7 sampai 13 tahun. Saat terbentuknya critical
factor, yaitu bagian dari
pikiran yang selalu menganalisis segala informasi yang masuk dan menentukan
tindakan rasional seseorang. Sehingga informasi yang diberikan pada masa ini
harus serba positif agar anak ketika melewati periode ini juga memikirkan
hal-hal yang selalu positif dalam tingkah lakunya.
Berbagai
cara yang bisa dilakukan untuk memberi stimulus terhadap perkembangan membaca
anak sebagaimana diungkap Meity dan Izul (2014) antara lain adalah :
1. Menempatkan
anak dalam kondisi kritis. Maksudnya adalah membiasakan anak dalam kondisi
ingin serba tahu dan penasaran. Keingintahuan pada sesuatu pada anak memang
harus ditumbuhkan sejak dini, agar dalam diri mereka timbul
pertanyaan-pertanyaan yang menarik disekitarnya. Peran orang tua adalah
memberikan pengertian mengenao benda yang di tanyakan disertai dengan
penjelasan menurut logikanya.
2. Menyediakan
bacaan yang menarik. Tentu saja bacaan yang menarik bagi balita adalah bacaan
yang bergambar, atau bacaan bergambar yang disertai dengan sedikit penjelasan
mengenai nama benda, warna dan mungkin benda lain yang terkait dengan tersebut.
Penyediaan bacaan yang menarik juga harus memperhatikan minat anak terhadap
objek bacaan yang sering dilihat atau sudah dikenalnya.
3. Mendekatkan
buku dengan anak. Membuat anak dekat dengan buku juga merupakan pembiasaan yang
dilakukan oleh orang tuanya. Pembiasaan ini akan menimbulkan kecintaan anak
terhadap buku yang bisa diawali dengan menempatkan buku-buku di berbagai tempat
di rumah yang bisa diambil kapanpun oleh anak.
4. Mengajak
anak ke perpustakaan atau toko buku. Mencari bahan bacaan bisa dibarengi dengan
kegiatan rekreatif atau santai, misalnya dengan mengunjungi perpustakaan atau
toko buku. Pada dua tempat itu anak akan diberi kebebasan untuk melihat dan
menentukan buku mana yang akan dipilih sesuai dengan imajinasi dan kebutuhan
pengetahuannya.
5. Belajar
dari alam. Alam akan memberikan pelajaran berharga dan banyak bagi anak-anak
yang ingin mengetahui benda-benda disekitarnya. Peran orang tua adalah
memberikan penjelasan benda apa saja yang ada disekitarnya, serta memberikan
penjelasan tentang fungsi dan kegunaanya secara sederhana. Lambat laun anak
akan mengerti sesuai dengan perkembangan umurnya, mereka akan mendapatkan
penjelasan tersebut dari sumber bacaan yang mereka baca.
6. Menceritakan
kembali. Kegaitan ini harus ditanamkan kepada anak ketika kita akan membiasakan
membaca kepada anak. Dengan menceritakan kembali isi buku dari yang anak baca
akan menumbuhkan kebiasaan menganalisa dan menyimpulkan isi bacaan.
Menceritakan kembali isi bacaan tidak harus selalu sama dengan teks bacaannya,
tetapi bisa dengan bahasa dan kemampuan anak dalam menyimpulkan isi bacaan.
7. Membaca
bersama. Kebiasaan membaca bersama akan memunculkan nuansa dan sensasi tertentu
pada anak. Anak akan merasa lebih diperhatikan ketika mereka diajak untuk
membaca secara bersama
8. Jangan
paksa anak untuk membaca. Untuk menumbuhkan minat baca anak bukan berarti
memaksa mereka untuk mengikuti apa kata orang tua yakni harus banyak membaca diwaktu
senggang, namun harus melihat kondisi emosional mereka juga. Ketika mereka
harus main, misalnya, mereka jangan dipaksanakan untuk membaca agar tidak ada
keterpaksaan dalam membaca.
9. Menjadi
contoh. Tingkah laku orang tua akan menjadi contoh bagi anak-anaknya. Apa yang
diterapkan yang terbaik menurut etika kehidupan yang berlaku akan membuahkan
hasil yang baik pula. Dan sebaliknya jika yang dilakukan oleh orang tua
menunjukan sikap buruk, maka akan mempengaruhi sikap buruk pula pada
anak-anaknya.
Jadi
dapat ditarik kesimpulan bahwa kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua dirumah
akan dicontoh pula oleh anaknya. Untuk mengajarkan dan membiasakan anak untuk
bisa membaca di awal masa pertumbuhannya, memerlukan sikap kesungguhan,
kesabaran, dan keyakinan dari para orang tua. Apa yang orang tua berikan pada
lingkungan awalnya itu akan memberikan dampak yang positif bagi perkembangan
anak selanjutnya. Jadi sesungguhnya menumbuhkan minat baca pada anak itu adalah
penting.
*Peminat
Masalah Sosial