Perpustakaan Hijau: Menjawab Tantangan Keberlanjutan dalam Pendidikan Tinggi

Sumber Gambar :

Oleh: Ahmad Najiyullah*

Di era ketika keberlanjutan menjadi keharusan dalam pembangunan institusi pendidikan tinggi, perpustakaan hijau bukan sekadar konsep ideal, tetapi solusi nyata untuk masa depan akademik yang lebih bertanggung jawab. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) mengusung perpustakaan hijau sebagai bagian integral dari visi Green Campus, sebagaimana tertuang dalam Rencana Induk Pengembangan (RIP) 2001–2025. Inisiatif ini tidak hanya mencerminkan komitmen terhadap kelestarian lingkungan, tetapi juga menempatkan perpustakaan sebagai pusat inovasi yang menghubungkan literasi akademik dengan praktik keberlanjutan yang nyata.

Perpustakaan hijau adalah konsep yang mengusung prinsip ramah lingkungan melalui efisiensi energi, pengurangan limbah, serta penerapan teknologi digital yang mendukung aksesibilitas pengetahuan dengan jejak karbon minimal (Green Building Council Indonesia, 2020). Semetara itu, UNESCO (2020) menekankan bahwa perpustakaan modern harus bertransformasi menjadi ruang belajar yang inklusif dan adaptif terhadap tantangan global, termasuk keberlanjutan lingkungan. Sejalan dengan itu, perpustakaan hijau Untirta tidak hanya dirancang sebagai bangunan berstandar hijau, tetapi juga sebagai pusat literasi yang mengintegrasikan teknologi dan efisiensi sumber daya.

Sebagai bagian dari transformasi ini, Untirta akan membangun perpustakaan terintegrasi yang tidak hanya mengakomodasi kebutuhan akademik, tetapi juga mengadopsi prinsip-prinsip keberlanjutan dalam setiap aspeknya. Perpustakaan ini diharapkan menjadi model percontohan bagi institusi lain dalam menerapkan konsep ramah lingkungan di dunia akademik. Dengan demikian, perpustakaan hijau bukan sekadar fasilitas pendukung, tetapi juga simbol dari pergeseran paradigma pendidikan tinggi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Infrastruktur dan Digitalisasi sebagai Fondasi Perpustakaan Hijau

Salah satu aspek utama dari perpustakaan hijau Untirta adalah pengembangan infrastruktur yang mendukung efisiensi energi dan teknologi berkelanjutan. Perpustakaan baru yang sedang dirancang akan mengadopsi prinsip bangunan hijau dengan pencahayaan alami, sistem ventilasi pasif, serta penggunaan material ramah lingkungan untuk meminimalisir dampak ekologis. Menurut Rainer (2025), perpustakaan masa depan harus bekerja menuju konsep "net zero libraries", di mana konsumsi energi diminimalkan melalui pemanfaatan sumber energi terbarukan.

Sebagai contoh konkret, Green Building Council Indonesia (2020) mencatat bahwa bangunan hijau dapat mengurangi konsumsi energi hingga 30% dibandingkan dengan bangunan konvensional. Untirta menerapkan prinsip ini dengan mengintegrasikan panel surya sebagai sumber daya listrik utama, serta sistem pengelolaan air hujan untuk kebutuhan sanitasi. Dengan langkah ini, perpustakaan hijau Untirta tidak hanya memberikan manfaat bagi civitas akademika, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan jejak karbon secara keseluruhan.

Selain aspek fisik, digitalisasi menjadi faktor utama dalam menekan konsumsi kertas serta meningkatkan efisiensi operasional. Digitalisasi koleksi memungkinkan akses yang lebih luas bagi mahasiswa dan akademisi, sekaligus mengurangi kebutuhan akan pencetakan dan distribusi buku fisik. Hal ini sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama dalam mendukung SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab) dan SDG 13 (Aksi Iklim). Dengan platform digital, perpustakaan Untirta tidak hanya menjadi lebih ramah lingkungan, tetapi juga lebih inklusif bagi pengguna dari berbagai latar belakang.

Penguatan Literasi dan Inovasi Akademik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) telah menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan dengan meraih peringkat 116 dunia dalam ajang UI GreenMetric 2024. Di tingkat nasional, Untirta menempati peringkat 17 sebagai kampus berkelanjutan terbaik di Indonesia dan posisi kedua dalam kategori energi dan perubahan iklim. Sebagai pusat keberlanjutan, Perpustakaan Hijau Untirta juga berfokus pada penguatan literasi dan inovasi akademik. Salah satu upaya konkret dalam mendukung hal ini adalah Program Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Literasi yang bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten. Program-program seperti "Pustakawan Masuk Desa" dan pengembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) bertujuan untuk memperluas akses literasi dan pengetahuan kepada masyarakat luas, serta memperkuat  peran perpustakaan sebagai agen perubahan dalam masyarakat.

Dari data yang diperoleh Perpusnas RI, inisiatif peningkatan literasi melalui perpustakaan hijau dan digitalisasi telah berdampak signifikan terhadap peningkatan angka baca di berbagai daerah. Melalui Festival Literasik yang diinisiasi Untirta serta pengembangan 100 Perpustakaan Desa Digital, akses terhadap literatur ilmiah dan referensi akademik menjadi lebih mudah dijangkau, terutama bagi mereka yang berada di daerah dengan akses terbatas ke fasilitas pendidikan tinggi.

Perpustakaan hijau bukan hanya tentang arsitektur ramah lingkungan, tetapi juga tentang bagaimana sumber daya yang dimiliki dapat dikembangkan untuk meningkatkan daya saing intelektual dan literasi digital. Dengan demikian, perpustakaan hijau Untirta berperan sebagai penghubung antara dunia akademik, teknologi, dan komunitas dalam menciptakan masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya keberlanjutan. Adapun inovasi edukasi di perpustakaan untirta mencakup : Pertama, Digitalisasi Koleksi: Perpustakaan Untirta telah mengembangkan Digital Library yang memungkinkan akses mudah ke koleksi digital, termasuk e-book, e-journal, dan repository. Pengguna dapat mengaksesnya melalui situs web resmi atau aplikasi mobile yang tersedia di Google Play Store. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk membaca, menandai, dan memberikan komentar pada buku digital.  

Kedua, Katalog Online (OPAC): Perpustakaan Untirta juga menyediakan katalog online (OPAC) yang memudahkan pencarian koleksi buku cetak yang tersedia di perpustakaan. 

Ketiga, Fasilitas Modern: Gedung baru perpustakaan dilengkapi dengan berbagai fasilitas modern, termasuk laboratorium bahasa berbasis teknologi digital dan ruang kelas interaktif, yang mendukung proses pembelajaran dan penelitian.

Perpustakaan Hijau sebagai Fondasi Green Campus

Pembangunan perpustakaan hijau di Untirta bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan bagian dari strategi besar menuju Green Campus yang tertuang dalam RIP universitas. Dengan mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam desain, digitalisasi, dan penguatan literasi, Untirta membangun perpustakaan yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga relevan dengan kebutuhan akademik modern.

Menurut data yang dirilis oleh United Nations (2015), perguruan tinggi yang menerapkan konsep keberlanjutan dalam fasilitas pendidikannya cenderung memiliki tingkat partisipasi akademik yang lebih tinggi dalam riset lingkungan dan kebijakan hijau. Dengan adanya perpustakaan hijau, Untirta tidak hanya menyediakan sumber daya bagi mahasiswa, tetapi juga berperan aktif dalam membangun budaya akademik yang lebih peduli terhadap isu-isu keberlanjutan global.

Konsep perpustakaan hijau Untirta mencerminkan paradigma baru dalam pendidikan tinggi, di mana institusi akademik tidak hanya menjadi pusat pengetahuan, tetapi juga agen perubahan dalam menghadapi tantangan lingkungan. Sebagai bagian dari visi jangka panjang, perpustakaan hijau diharapkan mampu menginspirasi institusi lain dalam membangun ekosistem pendidikan yang berkelanjutan dan inklusif. Dengan berbagai inovasi yang diterapkan, perpustakaan ini tidak hanya menjadi simbol dari visi Green Campus Untirta, tetapi juga langkah nyata menuju masa depan pendidikan tinggi yang lebih bertanggung jawab secara ekologis.

     Perpustakaan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) telah mengimplementasikan berbagai inisiatif untuk meningkatkan digitalisasi layanan dan efisiensi energi, sejalan dengan konsep perpustakaan hijau. Diantaranya :

  • * Digitalisasi Layanan Perpustakaan : Perpustakaan Untirta telah mengembangkan Digital Library yang memungkinkan akses mudah ke koleksi digital, termasuk e-book, e-journal, dan repository. Pengguna dapat mengaksesnya melalui situs web resmi atau aplikasi mobile yang tersedia di Google Play Store. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk membaca, menandai, dan memberikan komentar pada buku digital.  
  • * Efisiensi Energi dan Konsep Perpustakaan Hijau : Dalam upaya meningkatkan efisiensi energi, Untirta telah memasang panel surya terbesar di Indonesia pada tahun 2022. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi konsumsi energi listrik dari sumber konvensional dan mendukung keberlanjutan lingkungan. Dengan langkah-langkah ini, Perpustakaan Untirta berupaya menyediakan layanan yang lebih efisien dan ramah lingkungan bagi penggunanya.

Perpustakaan Hijau adalah bentuk konsep perpustakaan masa kini yang lebih mengutamakan pada asas manfaat, estetika, fungsi, dan pastinya ramah lingkungan dari sebuah perpustakaan itu sendiri. Sampai saat ini masih sedikit sekali bangunan gedung perpustakaan  yang  menggunakan  konsep  penghijauan  berwawasan  lingkungan.

Penerapan perpustakaan hijau dalam hal ruangan (space) seperti mengurangi terjadinya kebisingan di dalam ruangan dapat dilakukan berbagai cara salah satunya yaitu dengan menggunakan  media  tanaman  mediastika,  kehadiran  tanaman  dalam  ruang memberikan berbagai manfaat bagi pengguna ruangan, seperti membersihkan udara di dalam ruang dan mampu menciptakan suasana nyaman.

Tidak hanya dalam hal ruangan (space), upaya lainnya dari perpustakaan hijau adalah  peningkatan kualitas layanan publik adalah dengan pengembangan, dan/atau perekayasaan  yang  bertujuan  mengembangkan  penerapan  praktis  nilai  dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi  yang  telah  ada  ke  dalam  produk  atau  proses  produksi.  Pentingnya perpustakaan di era disrupsi 4.0 untuk melakukan inovasi dengan menerapkan artificial intelligence. Disrupsi ini terjadi di berbagai macam perpustakaan baik itu perguruan tinggi negeri, swasta dan Islam, digitalisasi koleksi, open access, kerjasama antar perpustakaan, continues  improvement untuk  pustakawan menjadi  serangkaian inovasi yang penting. Inovasi yang dilakukan di beberapa negara untuk adaptasi ke perpustakaan modern mengusung sustainable library yakni dengan menciptakan green library atau perpustakaan hijau.

* Pustakawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa; Pemerhati Kontribusi Pendidikan Tinggi

Referensi:

  1. 1. Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik Lingkungan Hidup Indonesia.
  2. 2. Green Building Council Indonesia. (2020). Laporan Bangunan Hijau.
  3. 3. UNESCO. (2020). The Role of Libraries in Lifelong Learning and Social Change.
  4. 4. United Nations. (2015). Sustainable Development Goals. Rainer, L. (2025). Sustainability: Working towards net zero libraries, support, and advocating for change. In D. Baker & L. Ellis (Eds.), Encyclopedia of Libraries, Librarianship, and Information Science (First Edition) (pp. 55–65). Academic Press. https://doi.org/10.1016/B978-0-323-95689-5.00223-6

Share this Post