PERPUSTAKAAN KELILING : mendekatkan literatur kepada masyarakat
Sumber Gambar :PERPUSTAKAAN
KELILING : mendekatkan literatur kepada masyarakat
Oleh Yulian
Andri Nugraha
Perpustakaan
merupakan institusi atau lembaga yang menyediakan koleksi bahan pustaka
tertulis, tercetak dan terekam sebagai pusat sumber informasi yang diatur
menurut sistem dan aturan yang baku dan didayagunakan untuk keperluan
pendidikan, penelitian penyebaran informasi dan rekreasi intelektual bagi
masyarakat. Dalam kehidupan modern, perpustakaan perlu memberikan
pelayanan informasi yang tepat dan merata kepada seluruh masyarakat, bukan
hanya disekitar gedung perpustakaan daerah baik itu di Perpustakaan Provinsi/ Kabupaten/Kota
tetapi juga masyarakat yang tempat tinggalnya jauh dari jangkauan gedung
perpustakaan tersebut.
Agar
masyarakat didaerah tersebut dapat juga menikmati layanan informasi untuk meningkatkan
pengetahuannya, perpustakaan harus ada dilingkungan mereka. Untuk membangun
suatu gedung perpustakaan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, Pemerintah
Provinsi Banten belum dapat membangun perpustakaan di setiap Kecamatan dan
Kelurahan. Maka untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Provinsi Banten
melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten menyelenggarakan
sarana yang cocok, yaitu Perpustakaan Keliling. Perpustakaan keliling ialah
perpustakaan di mana bahan bacaan dibawa berkeliling dari satu tempat ke tempat
yang lain, pelayanan pada masyarakat dilaksanakan langsung di tempat dimana
perpustakaan berpos, kemudian bahan bacaan yang tidak dipinjam dibawa pulang.
Tujuan
adanya layanan Perpustakaan Keliling, adalah: (1) Memeratakan layanan informasi
dan bacaan kepada masyarakat sampai daerah terpencil dan belum/tidak mungkin
didirikan perpustakaan menetap. (2) Membantu perpustakaan umum dalam
mengembangkan pendidikan informal kepada masyarakat. (3) Memperkenalkan
buku-buku dan bahan pustaka lainnya kepada masyarakat. (4) Memperkenalkan jasa
perpustakaan kepada masyarakat, sehingga tumbuh budaya untuk memanfaatkan jasa
perpustakaan kepada masyarakat. (5) Meningkatkan minat baca dengan
mengembangkan cinta buku pada masyarakat. (6) Mengadakan kerjasama dengan
lembaga masyarakat sosial, pendidikan dan pemerintah daerah dalam meningkatkan
kemampuan intelektual dan kultural masyarakat. (Panduan Penyelenggaraan
Perpustakaan Keliling, 1992: 4).
Layanan
perpustakaan keliling pada dasarnya bersifat terbuka, demokratis, karena
perpustakaan keliling melayani semua lapisan masyarakat tanpa membedakaan
status sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, kepercayaan maupun status-status
lainnya. Semua warga masyarakat, tanpa mengenal batas usia, bebas memanfaatkan
layanan jasa perpustakaan keliling. Sistem layanan yang digunakan perpustakaan
keliling merupakan layanan terbuka, pengunjung dengan bebas mencari dan memilih
bahan pustaka yang ada didalam mobil.
Adanya
layanan perpustakaan keliling diharapkan dapat mengurangi kesenjangan dalam
mendapatkan informasi. Kesenjangan ini terjadi
disebabkan oleh baik faktor kultural maupun faktor struktural. Yang dimaksud dengan faktor
kultural adalah apabila ketertinggalan informasi itu karena kurangnya daya
juang seseorang untuk memperolehnya, karena malas, tidak ada dukungan dari
tradisi, atau lingkungan. Sedangkan apabila ketertinggalan informasi itu karena
tidak tersedianya akses kepada sumber informasi, karena ketidakadilan atau
karena ketidakpedulian pemerintah terhadapa kehidupan rakyatnya , ini disebut
dengan faktor struktural.
Dari semua itu,
menyediakan infrastruktur yang merata di seluruh lapisan masyarakat akan dapat
menjadi salah satu solusi dari problematika kesenjangan informasi di masyarakat
yang diakibatkan oleh faktor kultural dan struktural seperti di atas. Sebab
bagaimana minat baca masyarakat akan tumbuh dan budaya baca akan tercipta
apabila masyarakat tidak memiliki akses yang mudah pada sumber informasi (bahan
bacaan). Memang, idealnya setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk
mendapatkan informasi dengan membeli sumber informasi, akan tetapi mengingat
daya beli masyarakat yang sangat kurang membeli buku menjadi bukan prioritas. Harga buku
yang masih mahal, merupakan faktor lain yang menyebabkan masyarakat semakin
jauh dengan sumber informasi. Apabila
kita tambahkan pada daftar ini, kesulitan untuk pergi ke perpustakaan umum
karena faktor geografi—sesuatu yang merupakan masalah umum bagi
sebagian besar masyarakat—maka kita akan semakin mengerti mengapa minat baca
atau penguasaan informasi rakyat Indonesia begitu rendahnya.
Faktor-faktor
yang sudah disebutkan di atas, memberikan pelayanan perpustakaan keliling merupakan
kemestian bagi masyarakat Perpustakaan keliling menjadi sebuah sintesa dari
berbagai problematika baik kultur, budaya dan maupun struktural dengan tujuan
untuk mendekatkan sumber informasi bagi masyarakat. Selain itu, perpustakaan
keliling mempunyai tujuan-tujuan penting lainnya, yaitu; (1) Pembudayaan
masyarakat untuk membaca, terutama lingkungan keluarga sebagai kebutuhan dasar.
Siapa
pun yang bertanggung jawab terhadap keluarga tidak boleh memandang rumahnya
sebagai kandang di mana ia hanya perlu menyediakan air dan nasi serta
bereproduksi; sebaliknya, ia harus memandang keluarga sebagai sebuah unit
manusia yang juga sangat membutuhkan makanan intelektual dan semua anggota
keluarga harus memikirkan untuk memenuhi kebutuhan ini; (2) Meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran rakyat serta melatih mereka, terutama
kaum muda, baik secara intelektual, spiritual, maupun emosional menurut usia
dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda; (3) Mengatasi
kelemahan-kelemahan spiritual dan intelektual yang diakibatkan oleh tidak
adanya kemampuan finansial dalam membeli bahan bacaan terutama buku yang
dibutuhkan. Mencegah kemiskinan ekonomi agar tidak mengakibatkan kemiskinan
intelektual; (4) mempercepat berkembangnya literasi informasi di masyarakat.
Serta mengeliminasi terjadinya kesenjangan intelektual yang diakibatkan oleh
kesenjangan informasi.
Tentu saja, sarana
yang tersedia tidak akan bermanfaat secara optimal apabila tidak dikelola
sebaik-baiknya. Justru ditangan para pengelola yang terampilah tujuan-tujuan di
atas dapat dicapai. Untuk itu pelatihan tenaga pengelola perpustakaan
kelilinb merupakan
suatu yang niscaya. Mereka tidak saja harus menguasai masalah teknis
perpustakaan, tetapi juga harus dibekali dengan sebuah pengetahuan dan
kesadaran bahwa di tangan merekalah kunci kemajuan bangsa ini tergenggam. Lebih
dari itu, para pengelola pun harus memiliki keinsafan, bahwa menjadi pengelola
perpustakaan merupakan panggilan jiwa bukan sekedar panggilan tugas untuk
mencari nafkah. (pustakawan b2w)