PUSTAKAWAN DAN LITERASI SAMPAH
Sumber Gambar :PUSTAKAWAN DAN LITERASI
SAMPAH
Oleh: Irfan M Nasir, S.IP*
Pendahuluan
Manusia dan sampah sudah hidup
berdampingan selama puluhan abad yang lalu, sampah berasal dari kegiatan manusia
yang tidak lagi digunakan baik karena tidak disukai atau yang dibuang.
Permasalahan sampah makin hari makin memprihatinkan. Banyak masyarakat yang
masih belum bisa membuang sampah dengan baik, mirisnya tidak sedikit pelajar
dan mahasiswa yang masih melakukan buang sampah sembarangan. Padahal membuang
sampah merupakan perkara mudah. Kebiasaan membuang sampah sembarangan bisa jadi
salah satu indikator gagalnya pendidikan.
Permasalahan
sampah tidak bisa dilakukan sendirian oleh pemerintah. Beberapa hasil riset
menyebutkan perlu sinergitas yang berkelanjutan antar pemerintah, swasta dan
masyarakat. Salah satu riset yang dilakukan oleh Hamid, Skinder & Bhat
(2020) dalam penelitian mereka “Zero Waste: A Sustainable Approach for Waste
Management” menemukan fakta bahwa pemerintah, perusahaan swasta, dan masyarakat
harus sama-sama dalam hal penanganan sampah.1
Lalu
dimanakah
peran pustakawan agar dapat membantu dalam menyelesaikan masalah sampah yang
semakin memprihatinkan. Hal ini yang akan penulis coba jelaskan beberapa peran
yang bisa dilakukan pustakawan untuk mengedukasi masyarakat dalam hal
penanganan sampah yang baik. Tujuan dari tulisan ini adalah adanya kepedulian
bersama terhadap lingkungan tempat kita hidup, agar kualitas kehidupan kita
semakin hari semakin baik bukan malah sebaliknya.
Pembahasan
Hari-hari
ini sudah tampak diisudut-sudut kota terutama di kota Serang banyak
sampah-sampah yang dibuang dipinggir jalan umum. Sudah berbagai upaya dilakukan
masyarakat seperti memasang spanduk, himbauan melalui forum RT/RW, pamagaran
dan lainnya akan tetapi volume sampah malah semakin banyak.
Penyelesaian
masalah sampah harus melibatkan masyarakat, karena masyarakat itulah yang
menjadi penyumbang aktif sampah. Diharapkan dengan keterlibatan masyarakat
dapat menumbuhkan kesadaran dan keterlibatan secara langsung. Kesadaran
pentingnya pengentasan masalah sampah tidak muncul dibenak masyarakat begitu
saja. Diperlukan ikhtiar yang terukur tentang literasi sampah itu sendiri.
Karena pada hakikatnya kesadaran itu tumbuh dari pengetahuan yang diyakini yang
kemudian melahirkan kepedulian.
Maka
dari itu, perlu adanya penekanan akan pentingnya literasi sampah kepada
masyarakat. Sampai saat ini belum ada penekanan terhadap literatur yang
spesifik dalam pengelolaan sampah baik dalam dunia pendidikan maupun
masyarakat. Sampai saat ini belum ada gerakan literasi khusus yang dilakukan
dengan serius.
Literasi Sampah
Sampah
menurut Undang-Undang No. 18 tahun 2008 adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan menurut (Tchobanoglous, 1993) yang dikutip oleh Harry
Novianto Kai (2018)2 didefinisikan sebagai bentuk limbah padat yang berasal dari
kegiatan yang berasal dari kegiatan manusia dan hewan kemudian dibuang karena
sudah tidak bermanfaat atau keberadaannya sudah tidak diinginkan lagi. Jadi sampah merupakan sesuatu yang dibuang
karena sudah tidak diminati
Ada 2 jenis
sampah Menurut Eva Bonawati (2012). Secara umum, jenis sampah digolongkan
menjadi dua yaitu sampah organik biasa juga disebut sampah basah dan sampah
anorganik disebut sampah kering. Sampah basah adalah sampah yang berasal dari
makhluk hidup, antara lain serasah dedaunan dan sampah dapur termasuk sisa
makanan. Sampah kering, antara lain: kertas, plastik, kaleng, botol, besi, dan
aneka logam. Sampah anorganik tidak dapat terdegradasi (undegradable),
sedangkan sampah organik dapat terdegradasi (degradable) dan hancur secara
alami.3
Dari 2 jenis
sampah ini, sampah-sampah ini dibagi lagi menjadi beberapa bagian disesuaikan
dengan jenis dan karakteristiknya. Komposisi sampah ini menunjukkan betapa
kompleknya aktifitas manusia. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan RI jumlah sampah nasional selama tahun 2022 sebesar 69,2
juta ton.4 Komposisi sampah terdiri dari sampah sisa makanan 41,02%, plastik
18,41%, kayu dan ranting 12,69%, kertas atau karton 11,2%, logam 2,97%, kaca
2,16%, karet/kulit 1,99%, lainnya 6,89%. Komposisi sampah yang ada pada
database SIPSN (2022), bisa dilihat pada diagram berikut ini;

Melihat
komposisi sampah terbesar yaitu sampah sisa makanan, menjadikan Indonesia
menjadi negara mubazir pangan kedua setelah Arab Saudi. Padahal kalau diamati,
Indonesia ini negeri muslim terbanyak, perintah menjauhi sifat-sifat
kemubaziran sangat jelas dalam al-Qur’an maupun dalam Al-Hadits. Melihat fakta
tersebut, penulis jadi bertanya siapa yang pantas disalahkan, apakah kurangnya
literasi masyarakat, rendahnya kesadaran, minimnya pengetahuan, kurangnya
perhatian pemerintah, lemahnya hukum, dan lain sebagainya. Perlu pengkajian
yang mendalam tentang faktor-faktor penyebab hal ini terjadi.
Dampak Sampah
Ada
beberapa dampak yang ditimbulkan oleh sampah yang tidak terkelola dengan baik
diantaranya adalah:
Pertama,
polusi laut. Tahukah kita bahwa sampah yang
dibuang sembarangan biasanya terbawa air hujan lalu masuk selokan dan mengalir
ke laut. Berdasarkan pengamatan hampir 12.000 kumpulan data tentang polusi
plastik di seluruh dunia, mereka mendapati bahwa sekarang ada lebih dari 171
triliun keping plastik yang mengambang di lautan dunia. Sementara secara total,
mereka memperkirakan berat semua plastik di lautan tersebut adalah sekitar 2
juta ton.5 Kita tahu bahwa sampah-sampah plastik ini susah sekali hancur,
butuh bertahun-tahun. Kalaupun hancur jadi microplastik yang nantinya dimakan
ikan lalu tanpa disadari microplastik yang ada di ikan dikonsumsi manusia.
Kedua,
polusi udara. Sampah yang berasal dari aktivitas penduduk di perkotaan sangat
besar jumlahnya dan diduga berpotensi sebagai sumber gas metana. Gas metana
merupakan salah satu Gas Rumah Kaca (GRK) yang dapat menyebabkan efek rumah
kaca, sebagai penyebab terjadinya pemanasan global (Global Warming).6
Sampah
mempunyai kontribusi besar untuk emisi gas rumah kaca yaitu gas metan (CH4)
diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metana. Dengan jumlah
penduduk yang terus meningkat, diperkirakan pada tahun 2020 sampah yang
dihasilkan per hari sekitar 500 juta kg/ hari atau 190 ribu ton/tahun. Ini
berarti pada tahun tersebut Indonesia akan mengemisikan gas metana ke atmosfer
sebesar 9500 ton, jika kita tidak mengambil tindakan untuk menguranginya maka
berdasarkan laporan UNEP United Nations Environmental Program) diperkirakan
akan terjadi kekurangan air di Timur Tengah, hilangnya delta sungai Nil,
sepertiga bagian Bangladesh terancam, hilangnya kepulauan Maldives, Gurun
Sahara bergerak dari Mediterania ke arah Selatan Spanyol dari Sicilia,
pantai-pantai Mediterania akan hilang dengan meningkatnya permukaan air laut,
hutan-hutan (Kanada, Rusia, Amazon) rusak akibat panas dan kekeringan,
pencairan es disertai tanah longsor, rusaknya fondasi pipa saluran minya, rumah
dan jalan, ancaman topanbadai di Florida dan bagian Selatan US.
Ketiga,
Polusi tanah, Limbah padat berupa senyawa
anorganik yang tidak dapat dimusnahkan atau diuraikan oleh mikroorganisme
seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan bangunan,
menyebabkan tanah menjadi kurang subur. Bahan pencemar itu akan tetap utuh
hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus plastik yang kita buang ke
lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan ditemukan oleh anak cucu kita
setelah ratusan tahun kemudian. Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang
menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak
tembus air sehingga peresapan air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah
hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang akibatnya
tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh makanan untuk
berkembang.
Keempat,
Polusi kesehatan. Sampah
memiliki dampak buruk bagi kehidupan manusia. Pada sampah yang menumpuk dan
membusuk, terdapat banyak penyakit dari bakteri dan virus seperti diare, tifus,
disentri, jamur, kolera, dan berbagai macam penyakit kulit.
Peran
Pustakawan
Pendidikan
merupakan sebuah proses dalam memperoleh perubahan yang mengarah pada
peningkatan kemampuan dan perilaku. Pendidikan bukanlah suatu hal yang harus
melulu di dalam kelas, namun pada hakikatnya pendidikan merupakan sebuah proses
kapan dan dimanapun pembelajaran akan tetap ada.
Menurut
Pinem (2016) menyatakan pendidikan mempengaruhi kondisi kesehatan lingkungan
karena pendidikan berkaitan dengan tingkat intelektual seseorang, sehingga
sangat memungkinkan berkorelasi positif dengan pengetahuan, terhadap masalah
lingkungan masyarakat. Pendidikan biologi merupakan bagian dari pendidikan
sains yang merupakan wahana untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan,
sikap serta bertanggung jawab kepada lingkungan.
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Pasal 1 Ayat 1, dijelaskan bahwa Lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Sejalan
dengan hal tersebut maka faktor dan perilaku manusia sangat mempengaruhi
keadaan lingkungan. Hal ini juga dijelaskan Effendi et al (2018) bahwa terdapat
hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan hidupnya dimana manusia
mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya manusia diperngaruhioleh
lingkungan di sekitarnya. Manusia ada di dalam lingkungannya dan tidak dapat
terpisahkan daripadanya. Peningkatan populasi manusia secara terus- menerus dan
industrialisasi yang pesat telah menyebabkan global yang terus berkelanjutan
mengenai pembuangan sampah yang tidak tepat (Atienza, 2008). Indonesia
merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan jumlah penduduk lebih
cepat6
Pustakawan bekerja dengan literasinya dalam berbagai bentuk media untuk
mendidik masyarakat dalam rangka mensejahterakan kehidupan masyarakat. Pustakawan
hari ini bukan hanya orang yang bekerja di gedung perpustakaan tapi juga yang bisa
bekerja mendidik masyarakat. Pustakawan sebagai penyambung lidah literasi bisa
memulai gerakan literasi dengan hal-hal sederhana. Ada beberapa hal yang bisa
dilakukan para pustakawan diantaranya:
Pertama dengan
melakukan kampaye lewat tulisan-tulisan pendek ataupun membuat taglane-taglane Seperti
dengan mulai merubah tagline yang selama ini ada seperti “buanglah sampah pada tempatnya” dirubah
menjadi “sampah cermin dirimu”, “sampah tanggung jawabmu”, “jangan tambah beban
tukang sampah, pilahlah sampahmu” dan lain sebagainya.
Penulis sependapat dengan saudara
Rinaldy Saputra Rambe7 bahwa slogan yang selama ini digunakan “buanglah sampah pada
tempatnya” tidak mengandung literasi final. Sebab slogan ini menganggap bahwa
membuang sampah pada tempatnya sudah cukup. Padahal slogan itu hanya
mengalihkan tanggung jawab persoalan sampah kepada orang lain (pengelola
sampah) baik pemerintah maupun swasta. Belum menyentuh persoalan sampah yang
sebenarnya.
Kedua, dengan mulai
memilah sampah di kantor, rumah dan lngkungan sekitarnya. Sampah-sampah organik
berupa daun-daun, bekas potongan sayuran hasil limbah dapur, mulai diolah
menjadi pupuk dengan cara mengubur di sekitar pohon supaya jadi kompos. Mulai
mengkampanyekan gerakan “habiskan makananmu” jangan mubazir.
Ketiga, membuat
kegiatan seperti yang telah dibuat oleh Roro Hendrati yang berjudul
“Limbah Pustaka”. Limbah Pustaka adalah sebuah konsep perpustakaan yang
memadukan literasi dan isu lingkungan. Produk sederhana yang dibuat adalah pembuatan
ecobrick. Ecobrick merupakan batu bata sederhana yang dibuat dengan
memanfaatkan sampah anorganik berupa botol aqua dan bungkus makanan atau bungkus
deterjen.8
PENUTUP
Sekecil apapun langkah nyata kita dalam menjaga lingkungan, apabila
dilakukan secara bersama-sama dengan kesadaran penuh, insya Allah akan
menimbulkan dampak yang besar. Seperti sebuah pepatah, jika lidi hanya satu,
dia mudah patah, dan kalau sudah padah hanya akan jadi sampah, dan jika sapu
lidi di ikat bersama-sama dalam satu ikatan maka dia akan mampu membersihkan
sampah.
Pustakawan sebagai penyedia
informasi dan menyebarkan informasi, memiliki peran yang sentral untuk ikut
mengkampanyekan akan pentingnya menjaga kesehatan dengan cara menjaga
lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan melalui gerakan-gerakan literasi
berbasis lingkungan.
Semoga tulisan pendek ini bisa
menginspirasi kita semua untuk memulai sebuah kesadaran bahwa dampak sampah ini
sudah amat sangat mengkhawartirkan kelangsungan hidup mahluk bukan hanya
manusia tapi juga makhluk yang lainnya.
* Pustakawan
Muda UIN Sultan Maulanan Hasanuddin Banten
Catatan kaki :
1 Saima Hamid, Bhat Mohd Skinder, and
Muzaffar Ahmad Bhat, “Zero Waste: A Sustainable Approach for Waste Management,”
in Innovative Waste Management Technologies for Sustainable Development
(IGI Global, 2020), 134–55, https://doi.org/10.4018/978-1-7998-0031-6.ch008.
2Harry Novianto Kai,
“Aplikasi Layanan Pengangkutan Sampah Berbasis Android,” 2018.
3
Eva Banowati,
“PENGEMBANGAN GREEN COMMUNITY UNNES MELALUI PENGELOLAAN SAMPAH,” Indonesian
Journal of Conservation 1, no. 1 (2012), https://doi.org/10.15294/ijc.v1i1.2060.
4
“SIPSN - Sistem
Informasi Pengelolaan Sampah Nasional,” accessed July 13, 2023,
https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/public/data/timbulan.
5
Novena Monka,
“Berapa Banyak Sampah Plastik yang Ada di Lautan? Halaman all,” KOMPAS.com,
April 1, 2023, https://www.kompas.com/sains/read/2023/04/01/103000323/berapa-banyak-sampah-plastik-yang-ada-di-lautan-.
6
“Sampah Dan
Hubungannya Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca – Envihsa FKM UI 2023,” March 1,
2022, https://envihsa.fkm.ui.ac.id/2020/02/28/ehi-feb-march/.
7
Firdaus Daud,
“Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pengelolaan Sampah Masyarakat di
Kecamatan Manggala Kota Makassar,” Biology Teaching and Learning 5, no.
2 (December 3, 2022), https://doi.org/10.35580/btl.v5i2.37650.
8
Rinaldi Syahputra
Rambe, “Urgensi Literasi Sampah di Indonesia,” kumparan, accessed July 13,
2023, https://kumparan.com/rinaldi-arrasyid-channel/urgensi-literasi-sampah-di-indonesia-209oSDszrG7.
DAFTAR PUSTAKA
Banowati, Eva. “PENGEMBANGAN GREEN
COMMUNITY UNNES MELALUI PENGELOLAAN SAMPAH.” Indonesian Journal of
Conservation 1, no. 1 (2012). https://doi.org/10.15294/ijc.v1i1.2060.
Daud, Firdaus. “Hubungan Pengetahuan dan Sikap
dengan Pengelolaan Sampah Masyarakat di Kecamatan Manggala Kota Makassar.” Biology
Teaching and Learning 5, no. 2 (December 3, 2022).
https://doi.org/10.35580/btl.v5i2.37650.
Hamid, Saima,
Bhat Mohd Skinder, and Muzaffar Ahmad Bhat. “Zero Waste: A Sustainable Approach
for Waste Management.” In Innovative Waste Management Technologies for
Sustainable Development, 134–55. IGI Global, 2020.
https://doi.org/10.4018/978-1-7998-0031-6.ch008.
Kai, Harry
Novianto. “Aplikasi Layanan Pengangkutan Sampah Berbasis Android,” 2018.
“Limbah Pustaka
Masih Terus Eksis.” Accessed July 20, 2023.
https://jatengprov.go.id/beritadaerah/limbah-pustaka-masih-terus-eksis/.
Monka, Novena.
“Berapa Banyak Sampah Plastik yang Ada di Lautan? Halaman all.” KOMPAS.com,
April 1, 2023. https://www.kompas.com/sains/read/2023/04/01/103000323/berapa-banyak-sampah-plastik-yang-ada-di-lautan-.
Rambe, Rinaldi
Syahputra. “Urgensi Literasi Sampah di Indonesia.” kumparan. Accessed July 13,
2023.
https://kumparan.com/rinaldi-arrasyid-channel/urgensi-literasi-sampah-di-indonesia-209oSDszrG7.
“Sampah Dan
Hubungannya Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca – Envihsa FKM UI 2023,” March 1,
2022. https://envihsa.fkm.ui.ac.id/2020/02/28/ehi-feb-march/.
“SIPSN - Sistem
Informasi Pengelolaan Sampah Nasional.” Accessed July 13, 2023.
https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/public/data/timbulan.