Rendahnya Literasi Dan Pengaruhnya Pada Kualitas Pendidikan
Sumber Gambar :Bintang Ramadhan*
Pendahuluan
Pendidikan di Indonesia merupakan salah satu tiang utama dalam proses memajukan negara. Apabila sebuah negara memiliki tingkat pendidikan dengan kualitas rendah maka akan sulit untuk menjadikan negara tersebut menjadi negara maju. Pendidikan sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya proses, cara, perbuatan mendidik. Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan pembelajaran guna untuk pengembangan potensi peserta didik.
Literasi juga masuk dalam proses kegiatan pembelajaran, karena literasi juga mencakup kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, memahami dan menggunakan informasi dengan baik. Menurut Elizabeth Sulzby (1986) Literasi ialah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi “membaca, berbicara, menyimak dan menulis” dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Jika didefinisikan secara singkat, definisi literasi yaitu kemampuan menulis dan membaca.
Sesuai dengan definisi literasi secara umum yaitu kemampuan menulis dan membaca, hal ini merupakan bagian penting dalam perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia sebagaimana yang kita ketahui bahwa menurut data yang dirilis oleh Worldtop20 pada tahun 2023, Indonesia menempati urutan ke 67 dari 203 Negara lainnya. Yang artinya kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat tertinggal dibandingkan negara lain.
Sedangkan menurut UNESCO minat membaca di Indonesia masih sangat rendah, minat masyarakat dalam membaca hanya 0,001% artinya dari 1000 orang Indonesia hanya 1 diantaranya yang minat membaca. Mengutip riset dari World’s Most Literate Nations Ranked oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Inilah keadaan yang terjadi pada masyarakat kita terutama generasi muda terkait minat membaca.
Bahkan fakta di lapangan masih sangat banyak siswa SMA di berbagai daerah di Indonesia yang tidak bisa membaca bahkan berhitung namun tetap bisa diluluskan dan naik ke tingkatan selanjutnya. Inilah yang menjadi salah satu faktor kenapa pendidikan di Indonesia tidak berkembang, tidak maju, dan tetap berada di kualitas pendidikan yang rendah, karena di akibatkan oleh sistem pendidikan yang tidak mengharuskan peserta didik untuk mencapai target-target tertentu.
Dengan data dan fakta yang terjadi di Indonesia, hal ini memunculkan masalah-masalah lain dan hambatannya terhadap kualitas pendidikan dan literasi yang ada di Indonesia. Mulai dari rendahnya minat membaca, banyaknya yang tidak bisa membaca dan menghitung, hingga tingkat pendidikan yang rendah dan tidak memiliki peningkatan kualitas. Maka hal ini perlu diatasi dan dibenahi mulai dari faktor literasi di jenjang pendidikan sekolah terlebih dahulu.
Pembahasan
Pendidikan berkualitas akan menuntun Indonesia pada generasi emas. Dengan mutu pendidikan yang berkualitas dan merata tentu menjadi impian bagi bangsa negara ini, karena dari awal Indonesia merdeka yang seharusnya difokuskan adalah pendidikan. Sesuai dengan salah satu perintah konstitusi dalam Undang Undang Dasar (UUD) 1945 dalam alinea ke-4 yang menyatakan terkait mencerdaskan kehidupan bangsa. Artinya peningkatan kualitas pendidikan ini sangatlah penting untuk diperhatikan.
Namun sayangnya dengan masalah yang ada terkait literasi menjadi salah satu penghambat kemajuan pendidikan, karena banyaknya anak sekolah yang tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung. Bukan hanya pada anak sekolahan saja, tetapi masyarakat Indonesia juga banyak yang pendidikan nya hanya sampai lulus SD saja. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023 terdapat 51,9 Juta penduduk yang bekerja hanya dengan pendidikan lulusan SD. Sebanyak angka tersebut sangat menunjukkan betapa rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia karena sebagian masyarakat tidak menganggap penting sebuah pendidikan.
Memang tidak semua lulusan SD mencapai standar untuk bisa bertahan hidup dan bekerja. Tetapi dengan banyaknya masyarakat yang tidak bisa menempuh jenjang pendidikan tinggi ini akan menyebabkan kecerdasan masyarakat terabaikan. Jika kita mengambil contoh di Jepang misalnya, setelah kejadian bom Hiroshima dan Nagasaki, yang mereka cari terlebih dahulu adalah guru-guru, yang dikumpulkan untuk membangun pendidikan yang utama. Hasilnya pendidikan di Jepang sangat maju, masyarakat dengan kecerdasan diatas rata-rata hingga dampaknya bisa membuat berbagai sektor seperti infrastruktur, ekonomi, industri, dapat dicapai karena mereka fokus untuk membangun pendidikan yang berkualitas agar masyarakat juga menjadi pintar dan cerdas. Bahkan dalam sebuah penelitian Jepang menjadi negara dengan rata-rata skor IQ (Intelligence Quotient) 106,48. Sedangkan di Indonesia menempati peringkat 36 di Asia dengan rata-rata IQ 78,49.
Jika kita telaah, sebetulnya untuk menjadi seorang yang pintar dan cerdas hanya perlu cara sederhana saja yaitu dengan perbanyak membaca. Karena dengan membaca akan membuka dan menambah pengetahuan kita menjadi lebih luas. Dengan demikian, seringnya kita membaca juga akan meningkatkan kecerdasan dan menambah informasi serta pengetahuan. Seperti semboyan “Buku adalah Jendela Dunia” kalimat tersebut bukan hanya sekedar kalimat, tapi memiliki makna yang mendalam bahwa dengan membaca banyak buku kita pasti bisa menguasai segala bidang ilmu.
Masalahnya masyarakat di Indonesia sangat malas sekali untuk membaca, jangankan minat untuk membaca buku tetapi untuk membaca isi sebuah berita saja tidak mau dan seringkali langsung menyimpulkan suatu kasus hanya dari judulnya saja. Banyak sekali kasus atau momen yang positif ataupun negatif di media, seringkali ada berita yang menggunakan judul clickbait atau judul pancingan yang padahal isi beritanya belum tentu sesuai dengan judulnya. Misalnya ada berita terkait peraturan baru dari pemerintah tetapi media membuat judul seolah isi dari rancangan undang-undangnya merugikan masyarakat, karena kebiasaan masyarakat Indonesia di Media sosial kita adalah langsung percaya pada suatu judul berita dan langsung bertindak untuk menyalahkan satu sama lain, jadi tidak heran jika masyarakat kita akan sangat mudah untuk di adu domba.
Hal ini tentu sangat berbahaya karena orang-orang tertentu yang memiliki akses di media besar dapat menyalahgunakan media dengan menyebarkan berita hoaks atau berita menyesatkan sehingga masyarakatnya saling berdebat dan menyalahkan hingga terjadi perpecahan. Hal inipun di akibatkan karena masyarakat Indonesia yang malas membaca dan tidak mau mencari sumber informasi mana yang valid dan benar. Masyarakat kita tidak bisa membedakan mana berita hoaks dan berita benar sehingga sangat mudah untuk digiring melalui opini yang menyesatkan.
Berita hoak sendiri adalah informasi bohong yang tujuannya untuk menyesatkan tetapi dijual sebagai kebenaran, dampaknya dari hoak adalah membuat keresahan di masyarakat, kerugian finansial, merusak citra atau reputasi individu maupun organisasi. Hal ini seringkali terjadi dan bukan hanya sekali atau dua kali namun berkali-kali.
Sebagai contoh berita yang masih baru di tahun 2025 beredar bahwa pemerintah akan melakukan kebijakan efisiensi anggaran di kementerian pendidikan yang akan memangkas pengeluaran anggaran. Lalu berita yang muncul dan beredar di masyarakat adalah pemerintah akan menaikkan biaya UKT kuliah, memangkas anggaran beasiswa, pemecatan tenaga pendidik dsb. Banyak pelajar, mahasiswa hingga tenaga pendidik meluapkan keresahan terhadap kebijakan tersebut pada pemerintah bahkan sampai membuat petisi di media sosial. Namun faktanya kebijakan yang dilakukan pemerintah adalah pemangkasan anggaran di beberapa kementerian yang memang tidak penting untuk dianggarkan, misalnya anggaran rapat dinas di tempat mewah, pemotongan anggaran rumah dan mobil dinas, sampai anggaran-anggaran yang tidak seharusnya ada karena nantinya alokasi anggaran akan dialihkan pada program lain.
Dari kasus tersebut kita dapat melihat bagaimana kualitas pendidikan yang ada di Indonesia yang mana para pelajar dan tenaga pendidik nya saja tidak mau mencari tau sumber kebenaran informasi, dan langsung menyimpulkan dan menyudutkan suatu instansi atau individu misalnya dalam kasus ini presiden Republik Indonesia yang habis dihujat bahkan di demo oleh mahasiswa. Artinya kualitas literasi dan membaca masyarakat Indonesia harus dibenahi dan diperbaiki, karena akibatnya sangat fatal hanya perkara tidak mau membaca dan mencari tau kebenaran dari suatu informasi menyebabkan kericuhan dan kerusuhan di masyarakat dan pemerintah entah di Media Sosial ataupun di kehidupan langsung.
Karena akan sulit jika masyarakat kita masih rendah dalam literasi membaca, menulis, serta kecepatan pemahaman terhadap sesuatu. Fakta lainnya dari sebuah artikel jurnal yang meneliti bahwa terdapat beberapa siswa sekolah di SD 2 Terkesi yang meneliti bahwa anak-anak dari satu kelas sebagian besar siswa kesulitan dalam menentukan ide pokok sebuah paragraf, kesulitan yang dialami adalah kesulitan memahami kalimat dan mengkomunikasikannya. Sederhananya para siswa tidak tau apa inti poin penting dari sebuah paragraf. Hal ini tentu merupakan masalah fatal karena jika anak didik dari dasarnya saja tidak bisa mengoptimalkan literasi bagaimana nanti kedepannya, bagaimana kita mau mencapai generasi emas jika generasi mudanya tidak bisa menguasai literasi dasar. Itupun baru kasus yang diketahui dan diteliti, belum lagi sekolah-sekolah yang memang tersebar luas di pelosok desa, entah dari sistem pendidikannya atau dari peserta didiknya tetap yang harus diperba adalah mekanisme dalam penerapan literasi pada generasi muda.
Sehingga dari berbagai masalah yang ada di Indonesia dalam hal apapun, yang kita harapkan tentunya adalah yang terbaik bagi bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan seperti Indonesia Emas atau generasi emas 2045, maka kita perlu bekerjasama dan berperan aktif dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Maka beberapa solusi yang bisa dilakukan mulai dari diri sendiri untuk membiasakan membaca, cari bahan bacaan apapun yang memang kita senangi berupa novel, komik, artikel, jurnal, buku pelajaran dsb. Karena dengan membaca jaminannya akan menambahkan pengetahuan dan informasi bagi diri kita, tentunya ini juga langkah awal untuk bisa meningkatkan minat membaca mulai dari anak sekolah sampai masyarakat umum. Tidak harus dengan membaca buku langsung melainkan melalui internet juga bisa dilakukan karena banyak situs yang menyediakan media untuk kita membaca.
Selain dari peran diri sendiri, tentunya hal ini juga harus didukung oleh pemerintah untuk peningkatan kualitas literasi. Bisa dengan cara menyediakan fasilitas umum untuk tempat membaca, melengkapi buku-buku di perpustakaan, bisa juga menyediakan pojok baca disetiap sekolah atau kampus atau ditempat umum. Selain memfasilitasi pemerintah juga bisa berperan dalam pembenahan sistem pendidikan terkait literasi misalnya mewajibkan program membaca bagi para siswa agar setiap hari atau setiap minggu ada bahan bacaan yang dibacanya. Pada jenjang Perguruan Tinggi bisa juga membiasakan mahasiswa membuat tugas dalam bentuk tulisan, berupa artikel, jurnal, berita, atau lebih bagusnya lagi menulis dan menerbitkan sebuah buku.
Kesimpulan
Dari artikel kali ini semoga kita bisa membuka mata terhadap masalah-masalah yang ada pada rendahnya literasi di Indonesia. Karena peningkatan kualitas literasi terutama membaca dan menulis sangatlah penting untuk kemajuan suatu bangsa melalui pendidikan. Dengan literasi yang baik maka pendidikan juga akan semakin baik, dan dengan pendidikan yang berkualitas maka generasi emas akan dapat dicapai tentunya dengan harapan Indonesia menjadi negara yang maju dimasa yang akan mendatang.
Dan semoga hambatan yang ada pada proses pembenahan kualitas literasi ini bisa teratasi dengan lancar nantinya. Karena efek yang dihasilkan akan sangat berdampak positif di masyarakat. Bayangkan nanti dimasa mendatang tidak adalagi para pelajar Indonesia yang tidak bisa membaca dan menulis, bayangkan jika generasi muda memiliki kecerdasan diatas rata-rata dan dapat menciptakan inovasi-inovasi baru untuk kemajuan negara. Bukan lagi mempermasalahkan isu di dalam negeri tetapi generasi muda kita bisa membantu dalam kemajuan peradaban dunia, dan bisa bersaing dalam prestasi dengan negara maju lainnya sesuai dengan harapan UUD 1945.
*Mahasiswa Universitas Bina Bangsa 2025
Dafta Pustaka
1. Affandi V & Kaltsum H, 2024 “Analisis Faktor Kesulitan Siswa dalam Menentukan Ide Pokok Paragraf: Studi di Kelas VI Sekolah Dasar” Jurnal Kependidikan Vol 13. No 2.
2. Bayu D, Dataindonesia.id “Penduduk Indonesia Paling Banyak Lulusan SD” 16 Februari 2022.
3. BBC NEWS INDONESIA, Terbit 24 Oktober 2024 “Banyak pelajar Indonesia tak bisa berhitung, Prabowo akan kenalkan matematika sejak TK” bbc.com
4. Detiksumut, Terbit Rabu, 17 Januari 2024 “IQ Orang Indonesia Rata-rata 78,49, Peringkat Berapa di Asia?” detik.com
5. Natalia T, CNBC Indonesia. “Minim baca, anak-anak Indonesia Darurat Literasi” 14 Desember 2024.
6. UPT . PERPUSTAKAAN, Terbit Jumat, 12 Januari 2024 “Literasi: Pengertian, Jenis dan Manfaat Literas” perpus.iainmadura.ac.id
7. Yusro 2023, “Peringkat Sistem Pendidikan Dunia 2023, Indonesia ke 67 dari 203 Negara” - 20 Agustus 2023.