Tantangan dalam Masyarakat Multikultural : Pentingnya Literasi Digital dalam Membangun Integrasi Sosial
Sumber Gambar :Oleh : Arsyi Laurint*
Pendahuluan
Teknologi informasi di era digital yang berkembang pesat saat ini sudah menjadi satu kesatuan dalam kehidupan manusia. Transformasi digital tidak hanya mempengaruhi dalam berkomunikasi, belajar, dan bekerja, namun juga menjadi tantangan baru dalam membangun masyarakat yang inklusif. Tantangan disini adalah dalam aspek bagaimana literasi digital dapat dimanfaatkan dan diakses oleh kelompok masyarakat yang beragam dalam budaya. Literasi digital tidak hanya sebatas kemampuan dalam menggunakan perangkat teknologi, namun juga mencakup pemahaman bagaimana mengelola informasi, mencecah bias digital, dan bersikap etis dan inklusif dalam ruang digital. Masyarakat dituntut untuk dapat mempelajari literasi digital dalam perkembangan digital yang pesat ini agar dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman (Husna et al, 2021). Meskipun dalam realitas masyarakat terdiri dari berbagai keragaman etnik, tetapi ini tidak menutup kemungkinan untuk menciptakan hubungan sosial yang rukun dan harmonis untuk mewujudkan tujuan hidup bersama dalam satu kesatuan (Utomo & Prayogi, 2021).
Dalam masyarakat multikultural, literasi digital sangat penting untuk membangun integrasi sosial. Integrasi sosial dalam masyarakat multikultural membutuhkan pendekatan yang inklusif untuk memastikan setiap kelompok masyarakat memperoleh manfaat dari kemajuan teknologi tanpa adanya pembeda antar kelompok budaya satu dengan yang lain. Namun, dalam konteks akses, kemampuan, dan pemahaman terhadap teknologi sering menjadi tantangan bagi kelompok-kelompok masyarakat terpencil atau kelompok minoritas. Ketidakmerataan ini dapat memperburuk kesenjangan sosial, menghambat partisipasi, dan menciptakan jurang yang lebih lebar antara kelompok-kelompok yang berbeda. Ini dapat mengancam kerukunan sosial di Indonesia (Awal et al, 2024). Dampak nyata yang dapat dilihat dari kesenjangan literasi digital dalam masyarakat adalah kurangnya partisipasi kelompok tertentu dalam ruang publik digital, ini dapat memperparah isolasi sosial dan juga menjadi jurang ketimpangan ekonomi. Dalam masyarakat multikultural, kesenjangan ini beresiko menciptakan misinformasi dan konflik antar budaya. Karena kelompok yang tidak memiliki akses dan kemampuan digital sering kali sulit untuk berpartisipasi dalam dialog lintas budaya.
Dengan demikian, literasi digital yang inklusif menjadi sebuah solusi sebagai upaya membangun integrasi sosial dalam masyarakat yang beragam dan daya saing yang adil. Literasi digital dapat meningkatkan pemahaman lintas budaya, mengurangi konflik, dan menciptakan ruang terbuka untuk setiap kelompok masyarakat berdialog. Artikel ini menjelaskan pentingnya literasi digital dalam masyarakat multikultural, tantangan dalam masyarakat multikultural, dan strategi literasi digital untuk kelompok-kelompok budaya yang beragam ke dalam ruang digital secara adil dan inklusif.
Masyarakat Multikultural
Indonesia terkenal dengan masyarakatnya yang majemuk atau lebih dikenal dengan negara multikultural (Nurhayati & Agustina, 2020). Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang tinggal di suatu tempat namun terdiri dari berbagai macam budaya yang berbeda. Terdapat paham yang beranggapan bahwa setiap budaya berkedudukan sama dan memiliki kelebihan sendiri, paham inilah yang biasanya dianut oleh masyarakat multikultural (Anggraeni et al, 2024). Masyarakat multikultural didefinisikan sebagai masyarakat yang terdiri dari berbagai budaya yang hidup bersama, mereka saling menerima nilai-nilai, budaya dan kebiasaan dalam kehidupan bermasyarakat.
Multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan yang mencerminkan berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan pada penerimaan terhadap pluralitas, keagamaan, dan multikultural yang ada dalam masyarakat (Harrono, 2019). Masyarakat multikultural memiliki ciri seperti keberagaman budaya yang melahirkan struktur budaya yang beragam, pembedaan berdasarkan ras, suku, dan budaya didasari oleh konsep primordial, kurang persatuan dalam struktur lembaga, potensi konflik yang tinggi karena adanya perbedaan, integrasi yang cenderung dipaksakan dalam waktu lama, terdapat dominasi politik dari kelompok tertentu, dan menimbulkan segmentasi kaum minoritas dan kaum mayoritas (Nurhayati & Agustina, 2020). Jika konflik dibiarkan dapat merusak semangat keberagaman dan kemajemukan dalam suatu negara (Awal et al, 2024).
Literasi digital dapat dijadikan solusi dalam membangun komunikasi di era digital ini. Literasi digital adalah kemampuan yang diperlukan dalam masyarakat digital untuk hidup, belajar, dan bekerja. UNESCO mendefinisikan literasi digital sebagai kemampuan mengakses, memahami, mengelola, mengkomunikasikan, mengintegrasikan, mengevaluasi, dan membuat informasi dengan aman dan layak menggunakan perangkat digital dan teknologi berjejaring untuk berpartisipasi dalam bidang ekonomi maupun kehidupan sosial. Literasi digital adalah kompetensi profesional yang berguna untuk pembudayaan literasi informasi di masyarakat (Nashihuddin, 2019). Sehingga dapat disimpulkan literasi digital adalah kemampuan seseorang dalam memanfaatkan teknologi informasi dengan etis untuk membantu aktivitas kehidupannya.
Literasi digital penting dalam masyarakat multikultural, ini dapat menjadi upaya untuk mencapai integrasi sosial dalam keberagaman. Menurut Martin dalam Daliani & Tarigan (2022) mengatakan bahwa literasi digital dapat memberdayakan individu untuk berkomunikasi dengan individu lain, bekerja dengan efektif, dan meningkatkan produktivitas jika disertai keterampilan dan kemampuan. Dengan kemampuan beradaptasi dan juga interaksi dengan berbagai bahasa dan budaya dapat menjadikan masyarakat multikultural dapat lebih mudah memahami dan menggunakan teknologi digital. Namun perbedaan bahasa dan budaya dalam masyarakat juga dapat menjadi tantangan dalam integrasi dan meningkatkan literasi digital jika tidak diatasi. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam konteks masyarakat multikultural.
Tantangan Dalam Masyarakat Multikultural
Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat keberagaman yang tinggi, beberapa dekade terakhir ini dihadapkan dengan beberapa konflik yang dilatarbelakangi oleh perbedaan (Mustamin & Ulum, 2018). Berikut ini adalah tantangan yang muncul dalam masyarakat multikultural:
- 1. Kesenjangan akses dan teknologi. Tidak semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk bisa mengakses teknologi seperti smartphone, komputer dan internet. Ini dapat menyebabkan kesenjangan digital dalam anggota masyarakat dimana beberapa individu memiliki akses dan kemampuan dalam memanfaatkan teknologi, dan di lain sisi masih terdapat beberapa individu yang memiliki keterbatasan dalam hal tersebut.
Jika dilihat dari survei yang telah dilakukan APJII Tahun 2024 menunjukkan bahwa internet memiliki persentase yang tertinggi dalam hambatan meningkatkan literasi digital di masyarakat khususnya di daerah terpencil. Dan juga disebutkan bahwa 82.6% masyarakat terkoneksi dengan internet sedangkan 17.4% sisanya masih belum terkoneksi dengan internet. Kesenjangan ini dapat meningkatkan misinformasi yang dapat menimbulkan konflik antar kelompok budaya. Oleh karena itu, presentase ini bukan hanya sekedar statistik namun juga gambaran nyata dari tantangan yang harus diatasi untuk menciptakan inklusivitas dalam masyarakat.
- 2. Hambatan bahasa dan budaya. Perbedaan bahasa dan budaya dalam masyarakat multikultural dapat menjadi hambatan dalam penyebaran informasi mengenai literasi digital. Informasi yang disampaikan mungkin tidak dapat diterima dengan baik oleh beberapa individu karena keterbatasan dalam bahasa atau konteks budaya yang dapat dipahami.
Peran Literasi Digital dalam Masyarakat Multikultural
Masyarakat multikultural terdiri dari masyarakat yang memiliki nilai, latar belakang, dan perspektif yang berbeda. Untuk menjembatani hal tersebut, literasi digital dapat menjadi alat komunikasi yang efektif. Literasi digital tidak hanya kemampuan teknis, namun juga melibatkan pemahaman kritis mengenai informasi digital, etika penggunaan teknologi, dan keterampilan komunikasi antar budaya di masyarakat. Ini dapat menciptakan inklusi sosial dan mendorong integrasi dalam masyarakat yang beragam. Internet berperan strategis dalam negara demokratis, karena mampu menjadi sarana yang efisien untuk mendukung media komunikasi (Rahman, nd).
Strategi Literasi Digital yang Inklusif
Hartono (2023) mengatakan bahwa keberhasilan organisasi atau kinerja lembaga informasi tidak hanya ditentukan oleh teknologi yang digunakan, namun juga oleh faktor budaya . Untuk menciptakan inklusivitas dalam masyarakat dapat diterapkan hal-hal berikut, seperti menyediakan konten multibahasa dan multikultural, pelatihan literasi digital berbasis komunitas, dan promosi etika digital. Menyediakan konten multibahasa dan multikultural, dapat dengan cara pengembangan konten digital dalam berbagai bahasa dan mencerminkan nilai-nilai budaya yang beragam. Pelatihan literasi digital berbasis komunitas, program pelatihan dirancang dengan melibatkan komunitas lokal untuk menjembatani kesenjangan dan mengintegrasikan nilai-nilai budaya dalam pembelajaran. Promosi etika digital, dengan cara menguatkan pemahaman masyarakat tentang etika digital seperti cara menghormati perbedaan secara online sehingga dapat membantu mencegah konflik yang mungkin terjadi antarbudaya dalam ruang digital.
Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh APJII Tahun 2024, terlihat dengan jelas ketimpangan daerah di Indonesia dalam pelatihan literasi digital. Disebutkan 81, 7% daerah yang pernah diadakan pelatihan atau program edukasi mengenai penggunaan internet dan literasi digital. Sisanya 18,3% desa yang pernah melakukan program pelatihan, diantaranya pelatihan dasar penggunaan komputer, pelatihan e-commerce, workshop keamanan siber, pelatihan keterampilan digital untuk usaha kecil dan menengah, program literasi digital untuk pelajar dan guru, pelatihan dasar penggunaan internet, dan lainnya.
Kesenjangan akses dan teknologi serta hambatan bahasa dan budaya memang tantangan nyata dalam meningkatkan kesadaran dan keterampilan literasi digital dalam masyarakat multikultural. Namun dengan strategi, pendekatan, dan kerjasama dari berbagai pihak dapat mengatasi tantangan tersebut. Dengan tindakan nyata seperti menyediakan infrastruktur seperti komputer dan membangun jaringan internet di daerah yang belum terjangkau internet dapat menciptakan inklusi digital di masyarakat luas. Dan untuk mengatasi hambatan bahasa dan budaya, dapat dikembangkan konten multibahasa dan multikultural serta dapat melibatkan komunitas lokal dalam program pelatihan literasi digital untuk menjembatani kesenjangan tersebut.
Penutup
Literasi digital dapat menjadi jembatan yang dapat menghubungkan keragaman budaya dalam masyarakat multikultural, dan menjadi media untuk mengatasi kesenjangan yang ada. Literasi digital bukan lagi menjadi pilihan dalam era digital ini, namun sudah menjadi kebutuhan untuk menciptakan integrasi sosial dalam masyarakat multikultural. Dengan meningkatkan literasi digital, masyarakat dapat lebih memahami, menghormati, bahkan dapat berkolaborasi dengan kelompok lain yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Meningkatkan kesadaran dan keterampilan literasi digital dalam masyarakat multikultural adalah hal yang sangat penting.
Dengan pendekatan literasi digital yang inklusif dapat memastikan semua kelompok masyarakat dapat berkontribusi dalam ekosistem digital. Dengan mengatasi tantangan yang ada dan menerapkan strategi yang berfokus pada inklusi, teknologi digital dapat menjadi alat yang kuat untuk memperkuat integrasi sosial dan menciptakan masyarakat yang adil dan setara. Namun literasi digital tidak dapat berkembang sendiri perlu adanya tanggung jawab kolektif dari semua kalangan. Karena literasi digital bukan hanya keterampilan teknologi belaka namun juga dapat dijadikan media untuk menjembatani perbedaan, mempromosikan inklusivitas, dan menciptakan ruang dialog terbuka untuk semua.
*Mahasiswa Prodi Ilmu Perpustakaan UPI Bandung.
Referensi
Anggraeni, V., Amelia, B. J., & Rachman, I. F. (2024). Peningkatan kesadaran dan keterampilan literasi digital dalam masyarakat kultural sebagai upaya menuju SDGS 2030. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI), 1(3), 361-366.
APJII. (2024). Survei internet APJII 2024. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. https://survei.apjii.or.id/
Awal, M. S., Mau, M., & Arianto, A. (2024). Pengaruh kompetensi literasi media digital terhadap penegakan nilai multikultural generasi milenial di Kabupaten Bulukumba. Jurnal Diskursus Islam, 12(1).
Daliani, M., Ompusunggu, V. D. K., & Tarigan, S. C. L. B. (2022). Analisis peran antara perpustakaan sekolah dengan literasi digital dalam menunjang proses belajar mengajar di lingkungan sekolah. Jurnal Curere, 6(2), 32-40.
Hartono, H. (2023). Pengembangan perpustakaan digital berinklusi sosial dalam ekosistem digital berbasis multikultural Indonesia. Jurnal El-Pustaka, 1(1), 15-29.
Hartono, H. (2019). Integrasi nilai islam multikultural dalam pengembangan perpustakaan digital: Studi kasus pada Perpustakaan Perguruan Tinggi di Malang Jawa Timur. UNILIB: Jurnal Perpustakaan.
Husna, A. N., Yuliani, D., Rachmawati, T., Anggraini, D. E., Anwar, R., & Utomo, R. (2021). Program literasi digital untuk pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial di desa sedayu, muntilan, magelang. Community Empowerment, 6(2), 156-166.
Mustamin, A. A. B., & Ulum, B. (2018). Pendidikan multikultural dalam pengembangan literasi informasi di perguruan tinggi. At-Ta'lim: Media Informasi Pendidikan Islam, 17(1), 1-14.
Nashihuddin, W. (2019). Peran perpustakaan sebagai media literasi digital masyarakat. Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan, 11.
Nurhayati, I., & Agustina, L. (2020). Masyarakat multikultural: Konsepsi, ciri dan faktor pembentuknya. Akademika, 14(01).
Rahman, T. Literasi digital dalam masyarakat multikultur.
Utomo, P., & Prayogi, F. (2021). Literasi digital: Perilaku dan interaksi sosial Masyarakat Bengkulu terhadap penanaman nilai-nilai kebhinekaan melalui diseminasi media sosial. Indonesian Journal of Social Science Education (IJSSE), 3(1), 65-76.