Transformasi Perpustakaan Sekolah Dalam Meningkatkan Kreativitas Dan Inovasi Melalui Program Perpustakaan
Sumber Gambar :Hana Kristina Purba*
ABSTRAK
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, membawa pengaruh besar bagi layanan perpustakaan, terkhusus perpustakaan sekolah. Konteks layanan prima difokuskan kepada bagaimana peran perpustakaan dalam kolaborasi pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan minat baca siswa dan memberikan informasi secara cepat dan tepat. Untuk mendukung peran tersebut, diperlukan transformasi perpustakaan sekolah dalam meningkatkan kreativitas dan inovasi perpustakaan, baik sarana dan prasarana, program perpustakaan sekolah maupun pustakawan yang handal dan mempunyai kompetensi dan etos kerja yang tinggi. Peran perpustakaan dapat dimulai dari transformasi fungsi perpustakaan, transformasi sumber daya manusia (SDM), serta transformasi program-program unggulan yang kreatif dan inovatif yang dapat meningkatkan minat baca siswa.
Kata kunci : Transformasi perpustakaan Sekolah, kreativitas dan inovasi, literasi informasi dan program perpustakaan.
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan minat baca masyarakatnya rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil survei yang dilakukan dari dalam maupun luar negeri. Centra Connecticut State University (CCSU) pada 2016 mencatatkan bahwa literasi Indonesia berada di tingkat kedua terbawah dari 61 negara. Programme For International Student Assessment (PISA) pada 2018 yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) pada 2019, menunjukkan Indonesia berada pada posisi 6 dari bawah atau peringkat 74 dari 79 negara dalam kategori kemampuan membaca. Dari penelitian ini semakin menunjukkan bahwasanya kondisi Indonesia memang tidak sedang baik-baik saja dalam hal minat dan daya baca. Hal ini seolah-olah paradoks dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019 yang menunjukkan bahwa tingkat melek huruf masyarakat sudah berada di atas 98 persen (mampu membaca, namun rendah minat baca).
Salah satu faktor rendahnya minat baca masyarakat Indonesia dapat dipengaruhi oleh kurangnya peran perpustakaan dalam menyediakan informasi yang akurat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.
UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan menyatakan bahwa keberadaan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari peradaban dan budaya umat manusia. Tinggi rendahnya peradaban dan budaya suatu bangsa dapat dilihat dari kondisi perpustakaan yang dimiliki. Peran perpustakaan tercantum dalam 3 pasal UU No. 43 Tahun 2007, yaitu : Pasal 2 : Perpustakaan diselenggarakan berdasarkan azas pembelajaran sepanjang hayat, demokrasi, keadilan, keprofesionalan, keterbukaan, keterukuran, dan kemitraan; Pasal 3 : Perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa; Pasal 4 : Perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, mingkatkan kegemaran membaca serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berdasarkan UU tersebut di atas, seharusnya perpustakaan dapat menjadi tempat belajar sepanjang hayat untuk masyarakat Indonesia. Kenyataannya perpustakaan di Indonesia sangat memprihatinkan. Kualitas masyarakat Indonesia ditentukan oleh pendidikan yang ditempuh dan pengaruh perpustakaan di bidang pendidikan, baik perpustakaan sekolah maupun perpustakaan perguruan tinggi untuk menghasilkan masyarakat yang berkompeten. Tulisan ini focus membahas tentang perpustakaan sekolah.
Peran perpustakaan sekolah sangatlah penting, karena harus berfungsi dengan baik untuk membekali pemustaka memperoleh keterampilan pembelajaran sepanjang hayat. Institusi induk seharusnya menjadikan perpustkaaan sekolah sebagai jantung sekolah. Sama seperti pentingnya jantung dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Selain fungsi perpustakaan, tujuan didirikannya perpustakaan sekolah juga tidak terlepas dari tujuan diselenggarakannya perpustakaan sekolah secara keseluruhan, yaitu untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik. Adapun tujuan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut : Mendorong proses penguasaan teknik membaca; Membantu menulis kreatif; Menumbuhkembangkan minat dan kebiasaan membaca; Menyediakan berbagai macam sumber informasi; Mendorong minat baca; Memperkaya pengalaman dengan membaca buku yang disedikan perpustakaan; dan Mengisi waktu senggang dengan kegiatan membaca.
Dengan memaksimalkan fungsi dan tujuan perpustakaan sekolah, diharapkan perpustakaan bisa berkolaborasi dengan sekolah untuk mencetak siswa yang berprestasi, baik di bidang akademik maupun non akademik. Kolaborasi perpustakaan sekolah bisa dilakukan untuk mendukung kurikulum pembelajaran di sekolah.
Transformasi Perpustakaan Sekolah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, transformasi berarti perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dan lain sebagainya). Perubahan tersebut dilakukan secara bertahap dan totalitas. Sedangkan perpustakaan adalah suatu institusi yang di dalamnya tercakup unsur koleksi (informasi), pengolahan, penyimpanan dan pemakai. Jadi transformasi perpustakaan adalah suatu perubahan dalam unsur perpustakaan, diantaranya unsur koleksi, pengolahan, penyimpanan dan pemakaian.
Menurut Endang Fatmawati (dalam Maslahah dan Nushrotul, 2013) Tranformasi perpustakaan berarti proses perpustakaan berubah ke arah yang lebih baik tentunya. Contoh aplikasinya antara lain, Pertama, Tranformasi dari budaya yang semula ngerumpi atau lisan menjadi budaya baca dan tulis (oral to read/write). Kedua, Tranformasi dari perpustakaan yang berbasis sumber daya fisik menjadi perpustakaan berbasis pengetahuan (tangible to intangible). Ketiga, Tranformasi dari orientasi penyediaan koleksi fisik ke elektronik, sehingga akses informasi yang semakin cepat (collection to access). Keempat, Tranformasi dari 4 yang memikirkan perpustakaannya sendiri menjadi kolaborasi membangun jejaring (individual to group and networking). Kelima, Tranformasi bahan perpustakaan dari bentuk kertas menjadi tanpa kertas (papper to papperless). Keenam, Tranformasi perpustakaan dari yang berbasis nilai fisik menjadi berbasis rantai nilai maya (physical value chain to virtual). Ketujuh, Tranformasi dari paradigma ahli kepustakawanan saja menjadi studi interdisipliner yang multi disiplin ilmu (librarianship to interdipclipinary multistudies). Transformasi perpustakaan dapat dilakukan untuk melayani semua.
Perpustakaan sekolah yang bertransformasi harus menangkap peluang baru dengan menambah nilai perpustakaan, mampu mengikuti arus perkembangan, ekspansi, kreativitas dan inovasi sehingga menarik untuk dikunjungi. Perpustakaan sekolah harus melayani pengguna perpustakaan sebagai mitra atau partner sehingga tercipta suasana yang nyaman. Perpustakaan sekolah juga harus berkolaborasi secara internal maupun eksternal.
Kolaborasi Perpustakaan dengan Sekolah
Perpustakaan sekolah tidak dapat berjalan sendiri, butuh dukungan dari sekolah. Peran kepala sekolah dalam mendukung kebijakan yang dilaksanakan oleh perpustakaan sekolah akan mempengaruhi kemajuan dari perpustakaan itu sendiri. Tugas perpustakaan sekolah dalam memajukan pemustaka melalui ilmu pengetahuan dan informasi dapat diwujudkan secara efektif dan efisien.
Kolaborasi perpustakaan sekolah dilaksanakan untuk mencetak siswa yang berpestasi. Salah satu kolaborasi perpustakaan dengan sekolah adalah dengan meng-back up seluruh mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Siswa harus dimotivasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya dengan membaca dan mencari informasi di perpustakaan. Misalnya, dengan membahas satu topik pelajaran, siswa dan guru bisa memanfaatkan perpustakaan dan koleksi perpustakaan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, sehingga siswa bisa terbiasa menggunakan perpustakaan sebagai bahan rujukan mereka untuk memecahkan masalah.
Selain itu, perpustakaan juga berkolaborasi dengan guru mata pelajaran untuk memanfaatkan perpustakaan melalui program perpustakaan sekolah. Sebagai contoh, pustakawan berkolaborasi dengan guru pelajaran bahasa Indonesia. Pustakawan dan guru berdiskusi tentang materi pembelajaran, sehingga perpustakaan bisa mengadakan beberapa lomba untuk mengasah kemampuan siswa untuk materi tersebut. Sebagai contoh perpustakaan mengadakan beberapa lomba untuk topik pembelajaran bahasa Indonesia seperti lomba menulis resensi buku, lomba mendongeng, lomba membaca puisi dan lain sebagainya.
Program Perpustakaan Sekolah yang Kreatif dan Inovatif
Untuk mewujudkan fungsi perpustakaan sekolah, maka harus dilakukan transformasi. Perpustakaan sekolah yang ber-transfromasi harus menangkap peluang baru dengan menambah nilai perpustakaan, mampu mengikuti arus perkembangan teknologi, inovatif, kreatif dengan menyediakan program-program perpustakaan sekolah yang menarik bagi pemustakanya.
Adapun beberapa program perpustakaan sekolah yang kreatif dan inovatif, yang bisa dilakukan perpustakaan sekolah adalah :
- 1. User Education (Pendidikan Pemakai). Kegiatan ini dilakukan pada saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Adapun topik yang diberikan adalah pengenalan perpustakaan, prosedur perpustakaan, layanan perpustakaan dan program perpustakaan dengan metode presentasi dan permainan yang dilakukan di perpustakaan.
- 2. Hari Kunjung Perpustakaan. Perpustakaan sekolah dapat memperingati Hari Kunjung Perpustakan dengan mengadakan beberapa quiz ataupun bedah buku.
- 3. Hari Buku Nasional dan Hari Buku Sedunia. Perpustakaan sekolah dapat mengadakan beberapa kegiatan dalam rangka memperingati kegiatan tersebut dengan menyelenggarakan beberapa perlombaan, diantaranya : lomba menulis resensi buku, lomba menggambar mural, lomba membaca puisi, lomba bernyanyi, lomba menyampul buku, lomba menghias mading, lomba fotografi, lomba mendongeng dan lomba Spelling Bee untuk siswa dan guru.
- 4. Pelatihan Menulis dan Bedah Buku. Perpustakaan sekolah bekerjasama dengan penerbit buku untuk mengundang salah satu penulis yang tidak asing bagi pemustaka, sehingga pemustaka merasa tertarik untuk mengikuti pelatihan menulis atu bedah buku.
- 5. Membaca Cepat. Perpustakaan sekolah mengadakan acara “Membaca cepat”. Untuk mendatangkan pembicara. Perpustakaan sekolah kerjasama dengan organisasi yang berhubungan dengan membaca cepat. Adapun tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada siswa bagaimana seharusnya membaca dan memahami arti dan makna dari apa yang dibaca.
- 6. Pameran Buku. Mengadakan pameran buku berarti bekerjasama dengan beberapa penerbit buku lokal maupun nasional. Pameran buku diadakan agar siswa memanfaatkan acara ini, membeli buku yang sesuai dan mendapatkan diskon tambahan.
- 7. Memberikan penghargaan perpustakaan. Penghargaan ini diberikan setiap semester kepada pemustaka yang teraktif membaca dan meminjam buku di perpustakaan.
Dari seluruh program perpustakaan yang kreatif dan inovatif tersebut, pustakawan harus menetapkan salah satu program unggulan di sekolah tersebut.
Transformasi Pustakawan
Menurut UU No. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan, sudah dijelaskan bahwa Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Pustakawan harus bertransformasi. Tranformasi pustakawan adalah perubahan pustakawan mengenai posisi dan peranannya dalam meningkatkan nilai informasi dan sumber-sumbernya secara terus-menerus, proaktif, dan kreatif. Yaitu dari Books management (Hanya mengelola bahan pustaka untuk dapat digunakan kembali oleh pemustaka) menjadi Knowledge management (Mengelola pengetahuan dengan melalui pengelolaan informasi sebagai satu entitas dan aset untuk dapat ditemukan kembali dengan lebih mudah).
Ada dua kompetensi yang harus dimiliki pustakawan masa kini, kompetensi profesional yang meliputi pengetahuan khusus mengenai konten sumberdaya informasi, termasuk pula kemampuan untuk mengevaluasi dan menyaringnya secara kritis, pengetahuan subjek khusus yang tepat, kemampuan mengembangkan dan mengelola layanan informasi yang tepat dan mudah di akses mampu menyediakan instrusi dan fasilitas, menentukan kebutuhan informasi, kemampuan penggunaaan teknologi informasi, kemampuan mengkomunikasikan pentingnya layanan informasi bagi kalangan manajemen, mengevaluasi hasil penggunaan informasi secara kontinyu. Sedangkan kompetensi yang kedua adalah kompetensi personal seperti komitmen pelayanan prima, mencari tantangan dan melihat kesempatan baru, komunikasi efektif, kemampuan bekerjasama, jiwa kepemimpinan, mengetahui nilai dan jejaring dan soilidaritas professional, fleksible menghadapi perubahan.
Pustakawan sekolah dapat bertransformasi dalam perannya melaksanaan pengelolaan pelayanan perpustakaan. Selain itu juga bertransformasi dalam hal berkolaborasi secara internal maupun eksternal. Mengembangkan potensi diri dan lain sebagainya. Adapun transformasi pustakawan sekolah yang dapat dilaksanakan adalah : Mengikuti lomba “Pustakawan Berprestasi”; Mengikuti lomba “Duta Baca” ; Mengikuti lomba menulis; Mengikuti akreditasi perpustakaan; Mengikuti lomba Perpustakaan, baik tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi; Menjadi narasumber yang diselenggarakan oleh Asosiasi Perpustakaan sekolah seperti ATPUSI ataupun APISI; Menulis buku bersama dengan guru, pustakawan dan kepala sekolah, baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Pustakawan harus bertransformasi untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi, rasa percaya diri, sehingga mampu memberikan layanan prima kepada pemustaka. Dengan memiliki program kerja unggulan yang kreatif dan inovatif akan memberikan dampak yang positif kepada pustakawan, dan rasa percaya pemustaka kepada perpustakaan terutama kepada pustakawan.
Penutup
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan ilmu pengetahuan, membawa perubahan besar bagi perpustakaan sekolah dalam meningkatkan manajemen dan budaya literasi informasi. Transformasi perpustakaan sekolah ini dapat dimulai dengan hal-hal kecil yang sebelumnya tidak terpikirkan tetapi memiliki banyak dampak yang baik untuk semua civitas akademik sekolah. Dengan adanya transformasi perpustakaan sekolah yang kreatif dan inovatif, diharapkan mampu membantu perpustakaan sekolah dalam meningkatkan minat baca siswa dan mewujudkan masyarakat yang cinta perpustakaan.
*Pustakawan pada Sekolah Athalia Serpong Kota Tangerang Selatan
Daftar Pustaka
- 1. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima. 2018. Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.
- 2. Masih validkah hasil survei “Rendahnya Literasi” masyarakat Indonesia. Chaca Nugraha Zaid. 2021. Kompasiana. https://www.kompasiana.com/udazaid/6034d6688ede481ebc31c002/masih-valid-kah-hasil-survey-rendahnya-literasi-masyarakat-indonesia?page=1&page_images=1. Diakses pada tanggal 22 September 2022
- 3. Maslahah, Khoirul dan Nushrotul Hasanah R. 2013. Layanan Perpustakaan Berbasis Humanisme: Bunga Rampai. Surakarta: Perpustakaan IAIN Surakarta.
- 4. Perpustakaan Sekolah dan Kisah Literasinya. 2021. APISI
- 5. Priyanto, Ida Fajar. 2010. Transformasi Perpustakaan di Era Digital. Universitas Gadjah Mada.
- 6. Rusman. 2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: MengembangkanProfesionalisme Guru Abad 21. Bandung. Alfabeta
- 7. Undang-undang No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan.Perpustakaan Nasional.