BUDAYA LITERASI DALAM KELUARGA

Sumber Gambar :

BUDAYA LITERASI DALAM KELUARGA

Oleh Ervi Widiawati*

Apa itu literasi?

Mungkin itu adalah pertanyaan pertama kita ketika mendengar kata literasi. Secara sederhana, literasi memang dipahami sebagai “kemampuan dalam membaca dan menulis yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari”. Membaca dapat diartikan sebagai proses menerjemahkan berbagai lambang bahasa hingga diproses menjadi suatu pengertian, dan menulis berarti mengungkapkan pemikiran dengan mengukirkan berbagai lambang bahasa hingga membentuk suatu pengertian. Literasi sangat banyak sekali manfaatnya, salah satu keuntungan dari literasi ini  diantaranya adalah dapat melatih diri untuk dapat lebih terbiasa dalam membaca serta juga dapat membiasakan seseorang untuk dapat menyerap informasi yang dibaca dan dirangkum dengan menggunakan bahasa yang dipahaminya. Bahkan di Indonesia, kata literasi sudah lebih populer dibandingkan kemahirwacanaan, melek aksara, dan keberaksaraan. Bukan hanya sekedar kata, tapi literasi juga menjadi gerakan bagi pegiat pendidikan, baik informal maupun nonformal.

Budaya Literasi dalam keluarga

Keluarga merupakan lembaga pendidikan informal yang memiliki peran paling penting dalam pengembangan literasi. Karena keluarga terutama ibu adalah sekolah pertama (Madrasah Pertama) bagi anak-anaknya yang akan sangat berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan anak tersebut sejak dini. Orang tua terutama ibu ketika anak masih dalam kandungan pastilah ingin memberikan yang terbaik bagi masa depan buah hatinya. Anak adalah individu yang sedang tumbuh berkembang. Pada awal kehidupannya anak usia dini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat sehingga peka dan sensitif terhadap rangsangan. Rangsangan tersebut berupa apa yang dilihat, didengar, dan dirasa. Pada masa ini anak berada di masa golden age yang artinya masa emas (0-5 tahun) sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupannya. Seperti pepatah mengatakan ”Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar di waktu dewasa bagai mengukir di atas air.” Karena itu kenapa di masa golden age, anak lebih cepat menyerap dan mengingat sesuatu.

Masa kanak-kanak adalah masa yang paling penting dalam membentuk kepribadian yang baik serta meningkatkan potensi yang dimiliki agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal lewat bantuan orang sekitarnya, yaitu keluarga. Untuk pengembangan literasi, maka di dalam keluarga terlebih dahulu perlu penerapan 3S (Sadar, Stimulus, Sharing), orang tua dituntut untuk kreatif agar menjadikan membaca menjadi kegiatan yang menyenangkan. Orangtua harus berjuang menerapkan 3S secara berulang agar membaca menjadi kebiasaan yang mengakar menjadi budaya literasi dalam keluarga.

Karena itu memberikan contoh langsung dalam kegiatan literasi dini sangatlah diperlukan, menurut Itadz (2008:94), stimulasi dalam kegiatan literasi dini lebih penting dari pada mengajarkan menulis dan membaca. Menstimulasi memberikan efek menyenangkan sedangkan mengajarkan apalagi memaksakan justru bisa menghilangkan minat anak untuk melakukan kegiatan literasi. Padahal anak usia dini akan mudah tertarik dan tertantang apabila orang tua dapat menciptakan berbagai media literasi ataupun membangun atmosfer literasi di lingkungan rumah serta menyusun berbagai kegiatan out door yang sarat dengan muatan literasi. Oleh karena itu orang tua dituntut kreatif dalam mengembangkan literasi dini, contohnya dengan cara mengajarkan membaca atau mendongeng melalui media digital (Handphone, youtube, dll).

Pembiasaan bercerita dalam keluarga, baik bercerita langsung dengan cerita hasil karya sendiri ataupun bercerita menggunakan buku semuanya merupakan hal yang mendukung tumbuhnya literasi dalam keluarga. Menurut Bunanta, (2008:9), keuntungan membacakan buku adalah ada kemungkinan anak dapat membaca sebelum masuk sekolah karena terbiasa melihat huruf dan kata-kata yang di bacakan, sedangkan kelebihan mendongeng langsung tanpa teks adalah anak dapat ikut diajak mengekspresikan dirinya dan lebih percaya diri. Melalui berceritapun akan menumbuhkan sifat positif dan pemahaman bagi anak bahwa cerita yang diwujudkan dalam bahasa itu dapat dituliskan dalam huruf cetakan yang kemudian dapat dibaca, hal inilah yang menjadikan anak setelah senang akan cerita berlanjut menyenangi kegiatan coret mencoret, tulis menulis menuangkan cerita yang didengarnya ke dalam tulisan.

Budaya literasi terlebih dahulu harus dimulai dari orangtua karena itu peran orang tua sangat penting dalam proses pendidikan anak khususnya di dalam keluarga. Adapun peran yang dapat diambil orang tua dalam meningkatkan literasi dalam keluarga untuk  anak usia dini sebagai berikut :

·     Orang tua menjadi figur teladan kepada anak untuk menyukai bacaan. Jika orang tua memang kurang suka membaca buku, dapat diawali dengan membacakan/mendongeng ketika anak hendak tidur pada malam hari.

·     Mengajak anak untuk mengunjungi perpustakaan daerah, perpustakaan umum atau pun ke toko buku terdekat. Karena semakin sering anak di dekatkan dengan buku sejak dini akan menjadikan anak lebih senang dengan membaca atau bacaan.

·      Menjadikan buku sebagi reward ketika anak memperoleh prestasi daripada mainan dan pakaian.

·   Tidak kalah pentingnya adalah control orang tua selalu memberikan buku bergizi / baik kepada anak. Tidak semua buku baik bagi perkembangan anak. Hanya buku-buku bermutulah yang mampu menumbuhkan karakter positif anak. Disini orang tua sangat berperan untuk menyeleksi bacaan mana yang menyehatkan dan bacaan mana yang menyesatkan.

Kesimpulan

Keluarga yang memiliki lingkungan literasi yang baik dapat melahirkan generasi bangsa yang melek membaca dan menulis dan membawa Indonesia kedalam kemajuan dan keunggulan. Peran orang tua dalam menanamkan literasi dini dalam keluarga bukan dengan cara drill atau paksaan tetapi melalui contoh langsung dan keteladanan. Melalui contoh dan keteladanan dalam keluarga akan merangsang timbulnya rasa ketertarikan anak untuk lebih mengenal, mengetahui dan memahami kegiatan literasi dini. Orang tua dituntut untuk dapat mengemas berbagai kegiatan literasi dini yang menyenangkan dan menarik sesuai dengan usia anak. Menciptakan suasana literasi yang santai , nyaman dan menyenangkan dalam keluarga akan menyuburkan dan menumbuhkan budaya literasi dini pada diri anak. Anak akan tertarik dan terpicu dirinya untuk mengenal dan mengetahui lebih dalam kegiatan literasi.

“Jadi sudah sejauh manakah kita sebagai orangtua memberikan bimbingan dan perhatian lebih terhadap anak? Apakah kita hanya sibuk bekerja atau selalu menyempatkan waktu yang berkualitas bersama anak di sela-sela kesibukan?”. Semoga kita bisa belajar dan berjuang menjadi orangtua yang lebih baik lagi demi kemajuan anak-anak. Pastikan kita sebagai orang tua bisa memberikan waktu dan kesempatan terbaik yang bisa selalu di ingat oleh anak-anak.

 Penulis adalah :

-          Alumni dari Kemah Dongeng Angkatan ke -25 , Kampung Dongeng Indonesia

-          Penulis Pemula di Komunitas Rakata.id


Share this Post