Resolusi untuk Membangun Kebiasaan Membaca
Sumber Gambar :Oleh: Engkos Kosasih*
Setiap pergantian tahun selalu memunculkan harapan-harapan baru. Wajar karena semua orang pada dasarnya mengharapkan perbaikan-perbaikan atau membuat kemajuan-kemajuan seiring bertambahnya waktu. Rasanya tidak ada orang yang ingin hidupnya stagnan.
Muncul istilah resolusi yang memiliki arti bahwa orang memuat daftar keinginan atau harapan di awal tahun. Hal ini dibuat sebagai landasan capaian dalam tahun ini. Bagaimana kalau seandainya resolusi kita kaitkan dengan upaya menaikkan tingkat literasi di Indonesia. Misal, alangkah menarik jika setiap orang membuat resolusi untuk membangun kebiasaan membacanya.
Membaca merupakan aktivitas melihat serta memahami isi apa yang tertulis. Bagaimanapun aktivitas ini membutuhkan usaha yang cukup agar senantiasa berkelanjutan. Membaca jika dilakukan terus-menerus dan konsisten akan menjadi kebiasaan rutinitas atau praktik yang dilakukan secara teratur.
Dan terkait dengan kebiasaan membaca, data menarik berdasarkan survei CEOWORLD Magazine, Amerika Serikat menempati urutan pertama sebagai negara yang paling banyak membaca buku. Penduduk Amerika Serikat rata-rata membaca hingga 17 buku tiap tahunnya dan menghabiskan waktu sekitar 357 jam.
Peringkat kedua ditempati negara India yang penduduknya memiliki rata-rata membaca 14 buku per tahun dan menghabiskan waktu sekitar 278 jam. Peringkat selanjutnya disusul oleh Britania Raya, Prancis, Italia, Kanada, dan Rusia. Bagaimana dengan kebiasaan membaca orang Indonesia? Dari data yang sama Indonesia sendiri berada di urutan ke-31, rata-rata setiap orangnya membaca 5,91 buku per tahun dengan lama waktu membaca 129 jam per tahun.
Tentu harus ada upaya untuk membangun kebiasaan membaca yang baik. Ada buku yang menarik terkait dengan cara membangun kebiasaan. Buku itu berjudul Atomic Habits yang ditulis oleh James Clear. Buku tersebut telah diterjemahkan dengan tambahan subjudul Atomic Habit, Perubahan Kecil yang Memberikan Hasil Luar Biasa, Cara Mudah dan Terbukti untuk Membentuk Kebiasaan Baik dan Menghilangkan Kebiasaan Buruk.
Uraian berikutnya dalam tulisan ini saya sarikan dari buku tersebut. Singkatnya saya berusaha mengambil intisari cara dari buku tersebut untuk diterapkan dalam upaya membangun kebiasaan membaca. Tentu untuk pemahaman yang lebih komprehensif saya merekomendasikan buku tersebut untuk dibaca.
James Clear mengajukan empat kaidah perubahan perilaku dalam membangun kebiasaan: menjadikannya terlihat, menjadikannya menarik, menjadikannya mudah, dan menjadikannya memuaskan. Ia menyebut kita dapat memandang tiap hukum sebagai tuas yang memengaruhi perilaku manusia. Ketika tuas-tuas itu berada di posisi yang tepat, menciptakan kebiasaan baik menjadi mudah. Ketika tuas-tuas itu berada di posisi yang keliru, upaya itu hampir tidak mungkin.
Kaidah pertama, menjadikannya terlihat. Salah satu tantangan terbesar dalam mengubah kebiasaan atau menciptakan kebiasaan baru adalah mempertahankan kesadaran tentang apa yang sesungguhnya sedang kita lakukan. Dalam konteks membangun kebiasaan membaca penting kiranya kesadaran bahwa dengan kebiasaan membaca ini kita meyakini membaca bukan saja bermanfaat buat diri kita tetapi juga akan bermanfaat buat orang lain.
Dari kesadaran itu kita buat rencana spesifik yang jelas. Tidak cukup resolusi awal tahun ini untuk membangun kebiasaan membaca kita berkata dalam hati: “saya akan membaca lebih banyak buku”. Alih-alih begitu cobalah dengan kalimat yang lebih spesifik dengan rencana yang konkret: “saya akan membaca buku selama tiga puluh menit setiap sabtu sore di beranda rumah sambil ngopi”
Mengikuti kaidah pertama ini kita harus merancang lingkungan yang tepat untuk membangun kebiasaan membaca. Misal simpan buku-buku di tempat yang kita mau baca. Di rumah kita mungkin bisa membuat semacam perpustakaan kecil untuk menyimpan koleksi-koleksi buku. Lingkungan sama seperti tangan tak terlihat yang membentuk perilaku manusia.
Kaidah kedua, menjadikannya menarik. Makin menarik suatu kesempatan, makin besar peluangnya menjadi pembentuk kebiasaan. Bila Anda terbiasa minum kopi pagi dan menyukai bersepeda tetapi anda merasa perlu membangun kebiasaan membaca maka Anda bisa menggabungkannya sehingga membaca menjadi menarik untuk Anda.
Setelah Anda menyeruput kopi kesukaan pada sabtu pagi, Anda membaca buku selama tiga puluh menit. Setelah membaca buku, Anda akan bersepeda keliling perumahan. Harapannya dengan strategi ini perilaku-perilaku yang lebih mungkin akan memperkuat perilaku-perilaku yang kurang mungkin.
Mengikuti kaidah kedua ini pada menjadikan kebiasaan membaca menarik pada level kelompok sosial menjadi tantangan. Karena memang secara sosial barangkali kebiasaan membaca umumnya di Indonesia belum tampak menarik. Pembaca buku aktif atau kutu buku masih dianggap perilaku tidak umum. Usaha yang mungkin dilakukan mempunyai teman akrab pembaca buku atau bergabung dengan klub pembaca buku.
Di media sosial Anda mungkin bisa mengikuti akun-akun para penulis buku. Atau Anda dapat meniru para pemimpin panutan atau tokoh-tokoh besar yang selama ini dikenal ternyata sangat menyukai buku-buku. Ada Soekarno, Muhammad Hatta dan Haji Agoes Salim. Tradisi membaca adalah tradisi kepemimpinan.
Kaidah ketiga, Menjadikannya Mudah. Membentuk kebiasaan adalah proses ketika suatu perilaku lambat laun menjadi lebih otomatis melalui perulangan. Makin sering kita mengulang suatu kegiatan, makin banyak struktur otak berubah menjadi lebih efisien dalam kegiatan itu. Untuk membangun kebiasaan kita perlu melatihnya. Cara efektifnya adalah menjadikannya mudah.
Dalam kaitan membangun kebiasaan membaca ini banyak hal yang bisa dilakukan mengikuti kaidah ketiga ini. Pikirkan kira-kira apa yang dapat membuat kebiasaan membaca mudah bagi kita. Mungkin kita bisa meletakkan buku-buku ditempat yang mudah dijangkau, terlihat, dan sering kita berada di ruangan itu. Kita mungkin bisa menaruh buku di meja kerja kita, atau kita dapat menaruh di tas sehingga bisa membacanya di perjalanan.
Lihat sekarang kemudahan teknologi di perangkat hp kita. Kita bisa mengunduh aplikasi perpustakaan digital seperti i-banten dan perpusnas. Atau betapa mudahnya kita membaca buku-buku melalui aplikasi baca lainnya semacam Gramedia Digital, Wattpad, atau NovelToon.
Dalam hal membangun kebiasaan membaca ini kita dapat juga memilih jenis buku yang paling sesuai dengan minat kita terlebih dahulu sebelum memasuki jenis buku-buku yang “berat”. Pikirkan bahwa buku-buku anak yang dipenuhi bukan hanya dilengkapi gambar-gambar berwarna tetapi juga kalimat-kalimat sederhana yang mudah dipahami.
Kemudahan juga bisa kita mulai dari jumlah waktu dan ritme membaca. Kalau kita merasa berat tiga puluh menit tiap kali membaca, kita bisa menguranginya dengan lima belas menit. Kalau kita merasa berat menyelesaikan satu bab buku, kita bisa memulainya dengan membaca dua atau tiga lembar buku. Demikian seterusnya asal prinsip pengulangan tetap harus konsisten dilakukan untuk membangun kebiasaan yang berkelanjutan.
Kaidah keempat, Menjadikannya Memuaskan. Hal yang mendatangkan ganjaran cenderung diulang. Hal yang mendatangkan hukuman cenderung dihindari. Kita belajar tentang apa yang sebaiknya dilakukan pada masa mendatang berdasarkan apa yang membuat kita mendatangkan ganjaran (atau hukuman) di masa sebelumnya. Emosi positif menyuburkan kebiasaan, emosi negatif menmbasmi kebiasaan.
Tiga kaidah pertama perubahan perilaku --menjadikannya terlihat, menjadikannya menarik, dan menjadikannya mudah-- memperbesar kemungkinan suatu perilaku diterapkan saat ini. Kaidah keempat perubahan perilaku --menjadikannya memuaskan-- memperbesar kemungkinan suatu perilaku diulang pada masa mendatang. Dengan demikian, lingkaran kebiasaan menjadi lengkap.
Penerapan untuk menjadikan kebiasan membaca memuaskan kita dapat menggunakan pemantau kebiasaan membaca. Mencatat dan melihat kemajuan-kemajuan kebiasaan membaca kita dari ke waktu. Barangkali pada awal-awal kita menyelesaikan sebuah buku membutuhkan waktu dua bulan. Tetapi itu harus dihargai bahwa kita konsisten dalam melakukannya.
Seiring waktu jika kebiasaan membaca tumbuh, maka jumlah buku yang kita baca dalam satu tahun mungkin melebihi ekspektasi pada resolusi awal tahun yang kita canangkan. Tetapi kita juga bisa mengalihkan penghargaan kepada diri sendiri jika pun target resolusi membaca buku tidak tercapai. Ternyata ada efek tambahan yang tidak kita sadari dengan manfaat membaca buku. Barangkali emosi kita mungkin lebih positif setelah membaca buku-buku psikologi.
Pada tingkat lanjut mungkin kebiasaan membaca ternyata meningkatkan kemampuan menulis kita. Kita bisa mendapat ganjaran-ganjaran yang mungkin berupa finansial ketika kita dapat menulis sebuah artikel, buku, atau skenario film. Ganjaran yang tidak disadari kebiasaan membaca dapat meningkatkan kompetensi profesional kita. Atau dari kebiasaan membaca kita, seperti telah disebutkan di atas, tumbuh pemahaman-pemahaman baru tentang kepemimpinan.
Pada akhirnya membangun kebiasaan membaca, seperti juga membangun kebiasaan lainnya, adalah proses yang berkelanjutan. Tidak ada garis finis. Tidak ada solusi permanen. Setiap kali mencari perbaikan, kita dapat berotasi seputar Kaidah Keempat Perilaku sampai kita menemukan bahwa kebiasaan membaca yang kita bangun : menjadikannya terlihat, menjadikannya menarik, menjadikannya mudah, dan menjadikannya memuaskan.
Selamat membangun kebiasaan membaca.
*Guru SMKN 11 Pandeglang